Konten Media Partner

Potret Warga Aceh Mengenang Haul Sang Sultan

21 Desember 2019 17:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga melintas di gerbang Taman Poteu Jeumaloy pada Haul untuk Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail, Sabtu (21/12). Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Warga melintas di gerbang Taman Poteu Jeumaloy pada Haul untuk Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail, Sabtu (21/12). Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Senandung salawat beriringan musik menyambut satu persatu tamu yang mengunjungi Taman Poteu Jeumaloy. Dua pria yang mengenakan meukasah --pakaian adat Aceh-- berdiri di gerbang depan yang dilindungi gapura. Dibaluti kopiah meukeutop di bagian kepala, dua pria itu menyalami orang-orang yang terus berdatangan, pada Sabtu (21/12).
ADVERTISEMENT
Pagi itu, kompleks makam Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail di Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Aceh, disulap menjadi Taman Poteu Jeumaloy. Warga menggelar haul untuk mengenang sang sultan sekaligus peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Haul untuk Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail di Taman Poteu Jeumaloy, Sabtu (21/12). Foto: Suparta/acehkini
Saat matahari menggantung tepat di atas kepala, orang-orang terus berdatangan dan bertambah ramai. Haul digelar oleh Yayasan Darud Donya, sebuah lembaga yang bergiat melestarikan sejarah Aceh. Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail merupakan sultan kedua puluh dua yang memerintah pada Kesultanan Aceh Darussalam.
Menengok pergelaran haul, tamu-tamu seperti direkonstruksi ketika Aceh masih dipimpin sang sultan. Aroma harum tercium begitu mendekati gapura menuju makam.
Suasana Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul untuk Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail yang digelar Yayasan Darud Donya. Foto: Suparta/acehkini
Suasana Haul untuk Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail, Sabtu (21/12). Foto: Suparta/acehkini
Tapi, sebentar. Bentuk gapura itu begini: dibangun dengan beton setinggi sekitar tiga meter dan lebar dua meter. Kemudian gapura beton itu berdiri kokoh pada sebuah lorong yang kanan-kiri terhimpit toko dan pagar perkantoran. Berjalan sekitar dua puluh meter menyusuri lorong itu, makam sang sultan teronggok di sana, tepat di belakang pertokoan.
ADVERTISEMENT
Ketua Yayasan Darud Donya, Cut Putri, menuturkan pergelaran haul untuk Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail baru perdana dilakukan setelah Belanda menyerang Kesultanan Aceh Darussalam pada 1874.
Cut Putri, Ketua Yayasan Darud Donya, pada acara Haul Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail. Foto: Suparta/acehkini
"Ini adalah acara haul yang pertama kali dilaksanakan sejak ratusan tahun yang lalu sejak agresi militer Belanda ke Aceh," kata Cut Putri, pada kata sambutannya.
Lantas, siapa Sultan Jamalul Alam Badrul Munir? Ia merupakan sultan kedua puluh dua di Kesultanan Aceh Darussalam. Dia memerintah pada tahun 1703 dan digulingkan pada tahun 1726.
Haul untuk Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail pada Sabtu (21/12) baru pertama kali dilaksanakan sejak ratusan tahun yang lalu sejak agresi militer Belanda ke Aceh. Foto: Suparta/acehkini