news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Riset: Kenaikan Muka Air Laut Ancam Warga di Pesisir Banda Aceh

Konten Media Partner
22 Januari 2020 13:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesisir Kota Banda Aceh di Gampong Alue Naga, pada Desember 2019. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Pesisir Kota Banda Aceh di Gampong Alue Naga, pada Desember 2019. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Seluas tiga persen dari total daratan Kota Banda Aceh, Aceh, diprediksi bakal tenggelam dalam 50 tahun ke depan akibat kenaikan muka air laut. Jika tidak diantisipasi, angka tersebut bakal meningkat menjadi 11 persen dalam jangka 100 tahun mendatang.
ADVERTISEMENT
Prediksi tersebut keluar berdasarkan penelitian yang dilakukan tim Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, selama 2016-2019. Hasil riset berjudul “Strategi Mitigasi Bencana Tsunami dan Banjir Rob yang Diperparah oleh Kenaikan Muka Air Laut Akibat Perubahan Iklim” digarap bersama PEER USAID.
TDMRC menyerahkan hasil penelitian tentang dampak kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim di pesisir Banda Aceh itu kepada Walikota Banda Aceh, Aminullah Usman, di Pendopo Walikota, Selasa (21/1).
Tim TDMRC Unsyiah menyerahkan hasil riset kepada Walikota Banda Aceh. Foto: Dok. Humas Unsyiah
Peneliti TDMRC Unsyiah, Syamsidik, mengatakan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pesisir Banda Aceh akan mengalami kenaikan muka air laut. Menurutnya, dalam jangka 50 tahun mendatang, tiga persen dari total luas Kota Banda Aceh akan terendam.
ADVERTISEMENT
Angka tersebut, imbuhnya, akan meningkat 11 persen dalam waktu 100 tahun jika tidak diantisipasi sama sekali.
Bahkan, kata Syamsidik, luasan genangan tsunami diprediksi bertambah 28 persen dari luas kawasan yang diterjang tsunami Aceh pada 2004 lalu.
Aktivitas warga membudidayakan tiram di Alue Naga wilayah pesisir Kota Banda Aceh. Foto: Suparta/acehkinni
“Dengan pengaruh kenaikan air laut, tsunami akan tiba lebih cepat yang artinya waktu evakuasi menjadi lebih singkat dan daya rusaknya pun lebih kuat,” kata Syamsidik.
Wali Kota Banda Aceh, Aminullah, mengatakan hasil penelitian itu bakal menjadi landasan pemerintah kota untuk melakukan langkah-langkah mengantisipasi bencana.
“Bencana memang tidak dapat diprediksi, tetapi mengedukasi masyarakat harus dilakukan sejak sedini mungkin," ujar dia.
Aktivitas nelayan di wilayah pesisir Kota Banda Aceh, Desember 2019. Foto: Suparta/acehkini