Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Wajah Baru PSSI & Sepak Bola yang Sekarat Sejak Lama
5 Maret 2023 20:09 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Akbar Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sepak bola Indonesia sudah sekarat sejak lama. Mafia wasit tahun 1998, sepak bola gajah di Piala Tiger (sekarang Piala AFF) tahun 1998, hingga desas-desus isu pengaturan skor di final Piala AFF 2010 antara Indonesia dengan Malaysia.
ADVERTISEMENT
Tak cuma urusan di lapangan, federasi tertinggi sepak bola Indonesia, PSSI juga penuh dengan rapor merah. Sedikit di antaranya seperti dualisme kompetisi tahun 2011-2012, hingga kasus mafia bola 2019 yang menyeret nama Plt Ketua Umum PSSI saat itu Joko Driyono dan beberapa Exco PSSI sebagai tersangka.
Walau tak salah, beberapa Ketua Umum PSSI periode sebelumnya menjadikan federasi tertinggi sepak bola sebagai batu loncatan untuk berkiprah di panggung politik. Edy Rahmayadi Ketum PSSI periode 2016-2019, 2018 melenggang jadi Gubernur Sumatera Utara.
Selanjutnya, ada nama La Nyalla Mattalitti yang sempat menjadi Wakil Ketua Umum PSSI periode 2013-2015, dan terpilih menjadi Ketum PSSI pada 2015, walau akhirnya PSSI waktu itu dibekukan FIFA buntut dari kasus dualisme kompetisi. Saat ini, eks Ketua KONI Provinsi Jawa Timur tersebut menjabat sebagai Ketua DPD RI periode 2019-2024. Tahun ini dirinya juga mencalonkan kembali menjadi Ketum PSSI namun kalah dari Erick Thohir.
ADVERTISEMENT
Mungkin hal ini bisa dimaklumi bila prestasi tim nasional Indonesia melonjak tinggi, atau minimal kualitas liga di dalam negeri semakin apik. Namun faktanya, masyarakat Indonesia bisa menilai sendiri.
Melihat dari kontroversi ke kontroversi internal PSSI, sepak bola yang dicintai setengah mati oleh rakyat Indonesia, menjadi sarana menghidupi keluarga. Bisa salah, bisa tidak.
Tragedi Kanjuruhan Jadi Alarm
Awan gelap menyelimuti sepak bola Indonesia kala meletusnya tragedi Kanjuruhan Malang 1 Oktober 2022. Tragedi ini menyebabkan nyawa 135 manusia melayang. Kurang etis bila disebut hikmah, tapi tragedi ini membuat semua mata tertuju pada betapa menyedihkannya sepak bola Indonesia.
Lintas instansi mulai turut andil peduli sepak bola Indonesia. Gerak cepat PSSI membentuk satgas transformasi sepak bola yang berisi FIFA, AFC, Polri, Kemenpora, Kemendagri, Kementerian PUPR, dan Kemenkes.
ADVERTISEMENT
Sepak bola Indonesia juga menjadi perhatian Presiden Jokowi. Setelah menyambut kehadiran Presiden FIFA , Gianni Infantino di Istana Negara, beberapa langkah kolaborasi pemerintah dengan FIFA disepakati di antaranya seperti dibentuknya tim transformasi sepak bola Indonesia. Bahkan federasi sepak bola tertinggi dunia yang berpusat di Zurich Swiss ini bakal mendirikan kantor di Indonesia.
Selain membuat sepak bola menjadi sorotan lintas instansi, tragedi Kanjuruhan Malang juga memantik beberapa klub di Indonesia seperti Persebaya Surabaya dan Persis Solo mendesak segera dilakukan Kongres Luar Biasa PSSI.
Saat ini, semua pekerjaan rumah PSSI dipegang kendali oleh Erick Thohir. Menteri BUMN ini didapuk sebagai Ketum PSSI per 16 Februari 2023 dan akan menakhodai federasi hingga 2027 nanti.
ADVERTISEMENT
Wajah Baru PSSI
Ibarat tim sepak bola, starting lineup PSSI saat ini cukup menjanjikan. Di posisi Ketua Umum ada Menteri BUMN Erick Thohir. Pria kelahiran Jakarta ini malang melintang menjadi petinggi beberapa klub di Indonesia hingga Eropa.
Erick sempat menjadi pemilik saham mayoritas klub raksasa asal Itali, Inter Milan pada 2013. Erick menjadi Presiden Klub il Nerazzurri dari 2013 hingga 2019. Pada September 2022, dia bersama pengusaha Anindya Bakrie membeli 51 persen saham klub yang saat ini berkiprah di kasta ketiga kompetisi Liga Inggris, Oxford United.
Sementara di liga domestik, Erick memiliki sebagian saham Persis Solo. Erick sukses membawa Laskar Sambernyawa promosi ke Liga 1 pada musim 2022 lalu.
Dengan pengalamannya itu, tak heran terpilihnya Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI turut memberi harapan dan ekspektasi tinggi untuk perubahan sepak bola Indonesia, yang dari tahun ke tahun tak ada perubahan signifikan. Sering keok lawan Thailand dan Vietnam hingga angin-anginan tiap bentrok dengan Malaysia. Padahal masih Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya di posisi Wakil Ketua Umum I ada Menteri Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Zainudin Amali yang bakal melepas jabatan menterinya. Sebelum jadi Menpora, alumni Ekonomi STIE Swadaya Jakarta ini malang melintang di panggung legislatif nasional.
Menariknya, Zainudin Amali memiliki gelar profesor kehormatan bidang Ilmu Kebijakan Olahraga (Sport Policy). Dengan latar belakang itu, ekspektasi publik tentu besar, berharap tata kelola sepak bola Indonesia semakin baik, didukung dengan kebijakan-kebijakan yang tepat.
Kemudian di posisi Wakil Ketua Umum II ada nama Ratu Tisha Destria. Namanya tidak asing dengan sepak bola Indonesia, Ratu Tisha pernah menjadi Sekretaris Jenderal PSSI pada 2017-2020.
Alumni ITB dari jurusan Matematika tersebut merupakan sosok di balik Indonesia sukses terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2021 (mundur jadi 2023). Indonesia mengalahkan kandidat lainnya Peru dan Brasil. Selain itu, kedatangan Shin Tae Yong ke Indonesia juga buah dari tangan dingin Ratu Tisha.
ADVERTISEMENT
Ratu Tisha sempat mencicipi program pendidikan Master yang digelar FIFA 2013 lalu. Tidak cuma lulus, Ratu Tisha mendapat peringkake-7 dari 28 peserta yang mendapat beasiswa. Pada 2019 lalu Ratu Tisha menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai Wakil Presiden AFF.
Dengan tiga sosok itu, pecinta sepak bolah Tanah Air patut berekspektasi lebih setelah sekian lama PSSI lebih banyak meninggalkan cerita kontroversi ketimbang prestasi.
Live Update