Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Perbedaan Campak dan Rubella: Pengertian, Penyebab, dan Gejala
23 Juni 2022 18:43 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, campak adalah suatu infeksi virus jenis paramyxovirus yang bisa menyebabkan ruam kemerahan di seluruh tubuh. Sementara itu, rubella atau campak Jerman adalah penyakit menular yang berasal dari virus rubella.
Selain virus penyebabnya berbeda, gejala dari penyakit campak dan rubella pun cukup berbeda. Penyakit rubella ini pun tidak menyebar luas dan separah penyakit campak.
Sebelum adanya vaksin atau imunisasi, campak termasuk ke dalam penyakit endemi yang dapat membahayakan para pengidapnya. Data World Health Organization (WHO) tahun 2019 mencatat bahwa terdapat 440.200 kasus campak aktif yang menginfeksi manusia setiap tahunnya.
Berdasarkan data tersebut, terlihat jelas bahwa infeksi campak dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, seperti infeksi telinga, bronkitis, pneumonia, masalah kehamilan, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Ingin mengetahui lebih banyak tentang perbedaan campak dan rubella? Simak informasinya pada artikel di bawah ini.
Pengertian Campak dan Rubella
Menyadur buku Therapy Herbal Back To Nature: Pengobatan Berbagai Penyakit karangan Aditya Bagus Pratama, campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai oleh gejala demam, batuk, konjungtivitis, dan ruam kulit.
Pada umumnya, campak akan menginfeksi saluran pernapasan lalu menyebar ke seluruh tubuh. Penularan tersebut dapat terjadi apabila seseorang menghirup droplets di udara karena bersin, batuk, atau ludah yang mengandung virus.
Setelah tertular, gejala campak akan langsung muncul. Puncaknya, pengidap campak akan merasakan sakit, ruam kemerahannya meluas, serta suhu tubuhnya naik mencapai 40°C.
Sementara itu, rubella menurut buku Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 6 karangan Soegeng Soegijanto, rubella sering disebut juga dengan German measles. Ini adalah penyakit ringan yang menyerang anak-anak.
ADVERTISEMENT
Namun, rubella bisa menjadi ancaman yang serius untuk janin. Jika seorang ibu hamil mengalami infeksi rubella, besar kemungkinan terjadi keguguran.
Tidak hanya keguguran, rubella juga berpotensi menimbulkan sindrom rubella kongenital yang bisa berdampak pada bayi setelah kelahiran. Bayi dengan kondisi tersebut mungkin akan mengalami kondisi, seperti:
Gejala Campak dan Rubella
Campak dan rubella termasuk penyakit yang akan menyebabkan para penderitanya mengalami ruam kemerahan. Selain itu, ada banyak gejala yang juga dapat dirasakan dari kedua penyakit ini.
Berikut ini adalah gejala dari penyakit campak dan rubella yang perlu diwaspadai.
Gejala Campak
Gejala campak biasanya muncul sekitar satu hingga dua minggu setelah seseorang terindeksi. Awal kemunculan campak ditandai dengan demam tinggi sampai 40 derajat celsius yang diikuti dengan mata merah berair, pilek, bersin, batu kering, kelelahan, sensitif terhadap cahaya, serta hilangnya nafsu makan.
ADVERTISEMENT
Pada umumnya, gejala campak terbagi menjadi beberapa stadium, yaitu stadium prodormal, erupsi, dan konvalensi. Berikut pengertian singkat dari ketiga stadium tersebut yang dikutip dari laman Rumah Sakit Krakatau Medika.
Gejala Rubella
Berbeda dengan campak, gejala rubella biasanya lebih ringan dan memakan waktu 14 hingga 21 hari sejak terjadinya pajanan hingga timbulnya gejala.
ADVERTISEMENT
Berikut beberapa gejala rubella yang berlangsung sekitar satu hingga lima hari, seperti yang dikutip dari laman Universitas Airlangga Fakultas Keperawatan.
Penyebab Campak dan Rubella
Penyakit campak dan rubella disebabkan oleh dua virus yang berbeda. Campak merupakan penyakit akibat virus paramyxovirus, sedangkan rubella bisa terjadi karena penularan virus rubella.
Untuk mengetahui bagaimana penularan dari kedua virus ini, simak informasinya di bawah ini.
Penyebab Campak
Penyebab campak adalah virus paramyxovirus. Umumnya, masa inkubasi sekitar 10-11 hari sebelum gejala muncul. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penularan dapat terjadi melalui droplets yang berasal dari bersin, batuk, atau ludah yang sudah terinfeksi virus.
ADVERTISEMENT
Dalam buku Pintar Penanggulangan Wabah Penyakit Dunia dan Nasional karya Winarni, virus paramyxovirus merupakan virus penyebab campak dapat bertahan di udara dan permukaan lebih dari 2 jam.
Laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa seseorang memiliki kesempatan untuk menularkan virus penyebab campak dari 4 hari sebelum dan 4 hari setelah ruam muncul. Berikut beberapa cara penyebaran campak.
Penyebab Rubella
ADVERTISEMENT
Menyadur laman Medical News Today, prosesnya adalah ketika pengidap rubella bersin atau batuk, kemudian percikan liurnya tanpa sengaja terhirup oleh orang-orang di dekatnya, sehingga menjadi jalan penyebaran rubella.
Tidak hanya itu, rubella juga dapat ditularkan melalui berbagai makanan atau minuman yang tersentuh oleh si pengidapnya. Rubella juga bisa menyebar dari ibu hamil ke anak dalam kandungannya melalui aliran darah.
Perlu diketahui, masa inkubasi pengidap rubella berlangsung satu atau dua minggu sebelum timbulnya ruam sampai sekitar satu atau dua minggu setelah ruam menghilang. Beruntung di masa kini, sudah jarang ditemui penyakit rubella karena adanya vaksinasi.
Pencegahan Campak dan Rubella
Campak dan rubella bukanlah penyakit yang tidak bisa dihindari. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit tersebut, yakni dengan melakukan vaksin atau imunisasi yang disebut dengan vaksin MMR.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, vaksin MMR dapat digunakan untuk mencegah tiga penyakit sekaligus, yakni campak, gondongan, dan rubella. Vaksin ini sudah mengandung virus dari ketiga penyakit tersebut yang sudah dilemahkan.
Dalam penerapannya, vaksin MMR dapat diberikan sebanyak 2 kali. Dosis pertama saat anak berusia 12-18 bulan dan dosis kedua saat anak sudah berusia 5 tahun.
(JA)