Mengintip Dekorasi Awal Masjid Nabawi Mahakarya Nabi Muhammad

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
4 Agustus 2021 10:17 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Masjid Nabawi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Nabawi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Saat menunaikan ibadah haji atau umrah, umat muslim pasti berebut pahala untuk memperbanyak salat, khususnya di Masjidil Haram Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Dua masjid itu menjadi tempat yang paling sering dikunjungi jemaah setelah Kakbah.
ADVERTISEMENT
Khusus untuk Masjid Nabawi, selain mengejar pahala Shalat yang nilainya seribu kali dibanding Shalat di masjid biasa, umat Islam juga pasti berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW dan berdoa di Raudah atau bagian Taman Surga.
Masjid yang berjarak 450 kilometer dari Makkah itu, merupakan masjid kedua yang dibangun oleh Nabi Muhammad saat tahun pertama Hijrah. Karena itu, Masjid Nabawi di kota yang dulu bernama Yatsrib tersebut juga dinamakan dengan Masjid Nabi.
Masjid Nabawi kini jauh lebih modern dan megah ketimbang pertama kali dibuat. Namun di balik kemegahan Masjid Nabawi saat ini, ada mahakarya buah tangan Nabi Muhammad yang membangun fondasi awal masjid 1443 tahun lalu itu dengan dekorasi yang sangat sederhana.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan Madain Project, tanah tempat masjid yang dibangun tahun 632 itu adalah milik dua anak yatim piatu, Sahl dan Suhail, dan digunakan sebagai tempat pengeringan kurma.
Nabi merencanakan struktur masjid di atas tanah 50 x 49 meter dan membangunnya menghadap Baitul Maqdis atau Masjid Aqsa, kiblat umat Islam pada saat itu.
Sebagai fondasi, Nabi Muhammad menggunakan daun pelepah kurma untuk atap dan batang pohon kurma sebagai tiang pancang masjid.
Dindingnya terbuat dari batu bata yang disusun dengan lumpur tanah, sementara lantainya dibuat menghampar dari pasir dan kerikil-kerikil kecil.
Nabi membangun masjidnya dengan tiga pintu, salah satunya berada di belakang dan disebut "Atikah" atau "Pintu Belaskasih", sedangkan yang lainnya adalah "Pintu Jibril" dan merupakan pintu masuk pilihan Nabi.
ADVERTISEMENT
Di bagian belakang masjid, ada area teduh untuk melindungi musafir atau tunawisma yang dikenal sebagai "As-Saffa".
Setelah kurang lebih 12 hari, Masjid Nabawi rampung. Sejak Masjid Nabawi dibangun, Rasulullah itu tidak memiliki mimbar untuk berkhotbah. Setiap kali dia hendak berceramah, beliau hanya menyandarkan tubuhnya pada sebatang pohon yang tumbuh di tempat salatnya.
Nabi Muhammad juga tidak membangun atap untuk seluruh masjid, jadi saat hujan, air akan menetes ke jamaah.
Pada masa-masa awalnya, lantai masjid tidak pernah ditutup dengan apapun sampai pada 3 Hijirah atau 624 masehi, mulai dilapisi dengan kerikil.
Ketika kiblat diubah menghadap Ka’bah di Makkah dan tak lagi ke Baitul Maqdis Yerusalem, pintu As-Saffa yang berada di bagian selatan masjid dipindahkan ke bagian utara.
ADVERTISEMENT
Seiring semakin banyaknya umat Islam, Masjid Nabawi pun mengalami perluasan. Secara singkat perluasan Masjid Nabawi pertama kali pada zaman Khalifah Umar ibn Al-Khattab pada 17 Hijriah (638 M).
Umar, pun membeli rumah-rumah di sekitarnya untuk memperluas masjid ke arah barat, selatan (bagian kiblat), dan utara. Namun, tidak ada perluasan ke arah timur, karena ada rumah yang terdiri dari kamar-kamar istri nabi.
Setelah pemekaran itu, bangunan masjid direnovasi dengan bahan dinding dari batu bata, batang pohon kurma digunakan sebagai kolom, atap dari daun kurma, dan lantainya terbuat dari pasir garnet.
Perluasan yang terjadi pada zaman Khalifah Umar diperkirakan sekitar 1.100 meter persegi. Renovasi tersebut juga memberikan masjid enam pintu masuk: Dua di timur, dua di barat, dan dua di utara.
ADVERTISEMENT
Hingga pada zaman Khalifah Utsman bin Affan pada 29 Hijiriah (650 Masehi), Masjid Nabawi kembali diperluas dengan membangun dinding dari batu berukir dan plester, tiang-tiangnya dari batu berukir dan batang besi dipasang dengan timah, dan atapnya dari kayu jati.
Masjid Nabawi tak lagi mengalami renovasi hingga kepemimpinan Walid bin Abdul-Malik pada tahun 88 Hijirah (707 M).
Raudhah (Taman Surga) di Masjid Nabawi, Madinah. Foto: wmn.gov.sa
Ia meminta Umar bin Abdul Aziz pada 712 Masehi membeli rumah di sekitar Masjid Nabawi untuk memperluas area masjid, termasuk sebagian kamar istri Nabi dan menjadikan makam Nabi sebagai bagian dari area masjid.
Oleh karena itu, perluasan Walid dilakukan dari tiga sisi - timur, utara, dan barat. Perluasan pada masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul-Malik termasuk membangun mihrab berlubang dan menara untuk pertama kalinya di Masjid Nabawi.
ADVERTISEMENT
Sebanyak empat menara dibangun, satu di setiap sudut, serta teras di atap masjid.
Kebakaran terjadi di Masjid Nabawi pada tahun 654 Hijirah (1256 M) membuat sejumlah khalifah dan pemimpin Muslim berkontribusi untuk memulihkannya.
Yang pertama berkontribusi adalah Khalifah Abbasiyah terakhir, Al-Musta'sim Billah, yang mengirim perbekalan dan pekerja dari Baghdad untuk memperbaiki masjid pada 655 H (1257 M).
Kekhalifahan Abbasiyah berakhir dengan jatuhnya Baghdad di tangan Tatar. Setelah itu, kebakaran kedua meletus pada tahun 886 H (1482 M) yang menghancurkan banyak bagian atap masjid.
Sultan Qaytbay, penguasa Mesir pada saat itu, menerima kabar tentang kejadian tersebut dan, kemudian, mengirim perbekalan, pekerja, dan material dan masjid itu beratap pada 888 H (1484 M).
ADVERTISEMENT
Sejarah mencatat Masjid Nabawi merupakan tempat pertama di Jazirah Arab yang diterangi oleh bola lampu listrik pada tahun 1327 Hijirah.
Revonasi dan perluasan Masjid Nabawi terus berlanjut pada zaman Utsmaniyah hingga Kerajaan Arab Saudi.
Masjid Nabawi kini sudah berkali-kali lipat dari zaman Nabi Muhammad pertama membangun. Luasnya disebut 1.060 x 580 meter, dan termasuk pelataran mencapai 1.300 x 785 meter, dengan kapasitas dua juta jemaah di dalam dan 800.000 di pelataran masjid.
Selan itu ada juga 250 payung otomatis di area sekitar 143.000 meter untuk melindungi jemaah dari sinar matahari atau hujan. Ada 4 ribu orang bekerja untuk membersihkan masjid. (ace)