Gagasan Tentang Hewan Bunuh Diri Ternyata Tidak Selalu Benar

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
18 November 2020 14:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anjing Labrador Hitam. Foto: 4924546 from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Anjing Labrador Hitam. Foto: 4924546 from Pixabay
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1845 sebuah cerita aneh muncul di Illustrated London News. Seekor anjing hitam dilaporkan menceburkan diri ke dalam air yang diduga sebagai percobaan untuk mengakhiri hidup. Lebih mengenaskan lagi, setelah anjing terseret ke tepian, lagi-lagi hewan bergegas ke air dan mencoba untuk tenggelam. Cerita berujung duka ketika anjing berhasil melakukan misinya dan kemudian mati.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan dari BBC Earth, anjing malang itu bukanlah satu-satunya. Tak lama kemudian, dua kasus lain muncul di media populer. Bebek dengan sengaja menenggelamkan diri dan seekor kucing diketahui gantung diri di dahan setelah anaknya mati. Tetapi, apakah insiden ini merupakan sebuah kebenaran dan kesengajaan?
Sama seperti manusia, hewan diduga dapat terserang gangguan mental yang mengakibatkan stres dan depresi. Perilaku yang dulunya dikira hanya terjadi pada manusia, kini ditemukan pada hewan. Pertanyaannya di sini adalah, apakah hewan dengan sengaja mencoba bunuh diri?
Pada zaman Yunani kuno sekitar 2.000 tahun yang lalu, Aristoteles menyebut seekor kuda jantan terjun ke dalam jurang. Pada abad ke-2 M, seorang ilmuwan Yunani, Claudius Aelian mengutip 21 kasus bunuh diri pada hewan, termasuk lumba-lumba yang membiarkan dirinya ditangkap. Selain itu, ada anjing mati kelaparan setelah ditinggal wafat pemiliknya, dan seekor elang yang mengorbankan dirinya sendiri terbakar pada tumpukan kayu milik majikannya yang telah mati.
Seekor Kuda. Foto: photo-graphe from Pixabay
Gagasan bunuh diri hewan tetap menjadi topik populer pada kalangan orang Victoria di Inggris pada abad ke-19. Seorang psikiater, William Lauder Lindsay, mengaitkan melankolia bunuh diri dengan hewan. Lindsay juga menggambarkan bagaimana hewan secara harfiah terpancing ke dalam amarah sebelum bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, kelompok hak asasi hewan, seperti Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals (RSPCA) yang berbasis di Inggris, berusaha memanusiakan emosi hewan. Dalam jurnal RSPCA Animal World edisi 1875, sampulnya menggambarkan rusa jantan yang melompat untuk bunuh diri.
Namun, seiring dengan kemajuan teknologi pada bidang pengobatan di abad ke-10, sikap manusia terhadap bunuh diri menjadi lebih klinis. Sementara, cerita hewan yang mencoba bunuh diri mulai terlupakan.
Menurut Antonio Preti, seorang psikiater University of Cagliari di Italia, cerita bunuh diri hewan seharusnya tidak membodohi manusia. Preti melihat sekitar 1.000 penelitian terkait yang diterbitkan selama 40 tahun tidak menemukan bukti adanya hewan yang sengaja bunuh diri di alam liar.
ADVERTISEMENT
Kawanan lemming yang menjadi legenda terjun ke jurang dalam jumlah besar bukan melakukan bunuh diri. Makhluk itu ternyata sedang bermigrasi untuk mengurangi membludaknya populasi di wilayah yang sama. Sehingga, kelompok lemming tersebar merata di beberapa daerah untuk menghindari persaingan memperebutkan makanan di satu area.
Ilustrasi Lemming Terjun dari Tebing. Foto: Screen Youtube/ Today I Found Out
Preti menambahkan kasus hewan peliharaan yang ikut mati setelah ditinggalkan mendiang pemiliknya bukanlah sebuah kesengajaan untuk mengakhiri hidup. Sebaliknya, hewan tersebut sudah begitu terbiasa dengan tuannya, sehingga tidak lagi menerima makanan dari orang lain.
Sementara, sebuah video menjadi viral tentang lumba-lumba yang lahir lalu diduga mencoba bunuh diri di sebuah Sea World. Seperti yang diketahui, lumba-lumba berperilaku berbeda di penangkaran dan di alam liar. Lingkungan yang tidak alami diketahui dapat membuat hewan menjadi stres dan memicu perilaku berulang, seperti menggosok sisi tangki dan membuat gigi menjadi gemetar.
ADVERTISEMENT
Barbara King dari College of William & Mary di Virginia, Amerika Serikat, memberikan pendapat, sebagian besar kasus hewan yang diduga bunuh diri akibat campur tangan manusia, baik karena perburuan atau pengurungan. Ini dapat memicu hewan yang dipelihara terjebak dalam kondisi traumatis dan mengalami stres pasca trauma (PTSD), bahkan hingga depresi.
Seekor beruang penangkaran di peternakan beruang Tiongkok dilaporkan telah mencekik putranya dan kemudian bunuh diri. Anak beruang diketahui diberikan suntikan ke perutnya untuk mengeluarkan empedu yang digunakan sebagai pengobatan. Tak terima melihat putranya disiksa, induk kemudian membunuh anaknya kemudian diikuti dengan mengakhiri hidupnya sendiri.
Seekor Paus Terdampar di Daratan. Foto: BirdEL from Pixabay
Hewan lain yang sering disebut mencoba bunuh diri adalah paus yang terdampar ke daratan. Masih belum jelas mengapa paus terdampar. Salah satu gagasannya, paus yang sedang sakit mencari perairan lebih dangkal yang nyaman.
ADVERTISEMENT
Paus memang dikenal sebagai makhluk sosial. Jadi, ketika paus pemimpin sakit dan beralih ke perairan dangkal, anggota koloni otomatis akan mengikuti. Fenomena ini tidak dianggap sebagai percobaan bunuh diri.
Spesies lain yang bertindak aneh adalah induk laba-laba yang membiarkan keturunan untuk memakannya. Meskipun para ibu mati, pengorbanan ini bukanlah bunuh diri, melainkan tindakan pengasuhan orang tua yang terbilang ekstrem.
Induk laba-laba menyediakan tubuhnya sendiri sebagai makanan bergizi penting untuk memastikan kelangsungan hidup bagi keturunannya. Hal ini memunculkan gagasan mengapa induk laba-laba menjadi salah satu ibu panutan bagi dunia hewan atas dedikasi kepada anaknya, walaupun berujung tragis.
Para ilmuwan modern menyarankan untuk berpikir rasional tentang kejadian bunuh diri pada hewan. Jika hewan dengan sengaja bunuh diri seperti beberapa manusia, maka zebra mungkin dengan sengaja merumput di dekat singa. Atau, ikan berenang bersama buaya, dan tikus menantang mata ular dalam jarak dekat.
ADVERTISEMENT