Hewan yang Menjadi Contoh Sebagai Ibu yang Baik

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
18 November 2020 10:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Meerkat (Suricata suricatta). Foto: peterstuartmil from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Meerkat (Suricata suricatta). Foto: peterstuartmil from Pixabay
ADVERTISEMENT
Tingkat kepedulian dan komitmen orang tua sangat bervariasi pada dunia hewan. Induk dari beberapa spesies tidak terlalu peduli pada keturunannya. Peran nyata sebagai orang tua yang teladan justru ditemukan pada jantan dari sedikit spesies.
ADVERTISEMENT
Tetapi, hewan memiliki caranya masing-masing untuk mencoba memastikan generasinya bertahan. Dilansir dari BBC Earth, hewan berikut ini menjadi contoh sebagai ibu yang baik dalam merawat anak-anaknya.
Para ilmuwan hewan menganggap kriteria induk panutan adalah yang tanpa pamrih mendedikasikan banyak waktu dan upaya untuk merawat keturunannya. Misalnya, bonobo, memberikan dukungan seumur hidup untuk anak-anaknya.
Namun, spesies yang tampaknya memiliki lebih sedikit naluri keibuan dalam istilah manusia akan menyeimbangkan kebutuhan keturunan dengan kebutuhan induk itu sendiri sebagai tujuan perkembangbiakan.
“Ibu hewan ibarat selalu mencoba untuk memiliki kue dan memakannya juga. Mereka ingin bayi tumbuh dan bertahan hidup, tetapi para induk juga ingin menghemat energi untuk bayi lainnya atau bayi berikutnya,” kata Kirsty MacLeod, dari Departemen Zoologi di University of Cambridge.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan dari pernyataan MacLeod adalah ibu terbaik mungkin yang paling berhasil merawat anak dengan kondisi fisik yang baik atau bertindak dominan secara sosial dalam kelompok yang juga turut membantu membesarkan bayi.
MacLeod mempelajari meerkat (Suricata suricatta), di mana betina alfa secara dominan meminta bantuan bawahannya untuk menjaga dan memberikan makan anak-anaknya.
MacLeod secara mengejutkan berpendapat bahwa ibu hewan yang sukses adalah yang tidak membesarkan bayinya sendiri. Gajah dan orangutan biasanya menjadi ibu yang brilian di dunia hewan karena harus menunggu sampai bayi tumbuh dewasa.
Namun, MacLeod mengatakan hewan yang memiliki umur panjang memungkinkan para bayi tidak mandiri dan cenderung ketergantungan pada induk dalam waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
“Spesies berumur panjang yang memiliki waktu bertahun-tahun untuk berkembang biak adalah spesies yang mampu menjadi ibu yang baik dalam kacamata manusia. Spesies menghabiskan waktu yang lama selama masa kehamilan dan perawatan bayi,” kata MacLeod.
Gurita air laut dangkal betina terus berjaga-jaga di samping telurnya. Calon ibu menjaga telur agar tetap bersih, teroksigenasi, dan terlindung dari predator. Sehingga tidak ada waktu untuk berburu makanan untuk dirinya sendiri.
Rangkong Paruh Kuning Selatan (Tockus leucomelas). Foto: Screen Youtube/Stories of the Kruger
Dr Bruce Robison dari Monterey Bay Aquarium Research Institute (MBARI), menambahkan bahwa hampir semua ibu gurita sangat berdedikasi dan setia. Kebanyakan gurita hanya memiliki satu periode reproduksi selama hidup. Setelah kawin, bertelur dan mengerami hingga menetas, betina akan mati.
Spesies lain dengan perilaku mengerami yang sangat langka adalah rangkong paruh kuning selatan (Tockus leucomelas). Betina mengadopsi strategi berisiko dengan mengandalkan jantan untuk menjaganya tetap hidup.
ADVERTISEMENT
Betina bersarang di lubang di pohon dan menutupi dirinya dengan lumpur untuk melindungi keturunannya dari predator. Para betina kemudian kehilangan bulunya dan sepenuhnya bergantung pada pasangan untuk membawakan makanan saat mengerami telur.
“Jika pasangan meninggal, atau tidak begitu baik dalam menjaga mereka, maka kelangsungan hidup induk dan calon bayi akan terganggu,” kata MacLeod.
Berang-berang betina merasa membesarkan anak sangat melelahkan. Induk menghabiskan sekitar setengah waktu dewasanya untuk memberi makan anak. Ibu yang lemah berisiko terkena luka ringan atau infeksi.
Sementara, berang-berang laut dewasa harus makan sekitar seperempat berat badannya setiap hari untuk bertahan hidup. Baru-baru ini para ahli menemukan, induk harus menggandakan kebutuhan energi untuk membesarkan anak-anaknya.
Berang-berang Laut. Foto: 272447 from Pixabay
Nicole Thometz, dari University of California di Santa Cruz, Amerika Serikat, menjelaskan mengapa ibu sering lemah dan kurus saat anak-anaknya hampir disapih dan kemungkinan dengan tega meninggalkan anak-anaknya sebelum dewasa.
ADVERTISEMENT
“Keputusan seekor betina untuk memelihara anaknya tergantung dari kondisi dan faktor lingkungan seperti kehadiran mangsa. Meninggalkan anak dapat memberinya kesempatan yang lebih baik untuk membesarkan anak pada periode reproduksi berikutnya,” Thometz berpendapat.
Tetapi memang para ibu tak tergoyahkan dalam pengabdian untuk kelangsungan hidup keturunan. MacLeod memberi contoh laba-laba kepiting Australia betina (Diaea ergandros), yang secara aktif melakukan kanibalisme pada masa mudanya.
Laba-laba menghisap cairan bergizi dari sendi kaki ibunya sendiri, sama seperti mamalia menghisap susu dari induknya. Tetapi dalam kasus ini, laba-laba benar-benar menghisap kaki induk hingga kering dan mati.
“Teori seleksi alam Darwin mengatakan ‘tetap hidup dengan segala cara’ karena mati dengan mengorbankan individu lain sangat jarang dan merupakan hal yang adaptif untuk dilakukan," MacLeod mengakhiri.
ADVERTISEMENT