Perubahan Iklim Mengancam Keberadaan Pohon Joshua yang Ikonik

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
13 November 2020 18:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pohon Joshua. Foto: 272447 from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Pohon Joshua. Foto: 272447 from Pixabay
ADVERTISEMENT
Suhu global yang terus meningkat telah membuat alam membutuhkan pertolongan. Perubahan iklim merupakan masalah serius bagi negara di seluruh dunia. Ekosistem akan mengalami gangguan seiring dengan efek gas rumah kaca yang tidak terkendali jika pencegahan selalu diabaikan. Dari berjuta-juta spesies makhluk hidup, salah satu yang merasakan dampak ini adalah pohon Joshua, yang merupakan simbol internasional gurun Amerika.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2100, para ilmuwan memperkirakan bahwa Taman Nasional Pohon Joshua akan kehilangan hampir semua habitat pohon karena perubahan iklim. Namun, pohon Joshua bergantung pada spesies lain untuk bertahan hidup, salah satunya ngengat yucca. Menurut penelitian terbaru, perkembangbiakan ngengat mengalami tren menurun di mana tempat pohon Joshua berada. Jelas ini merupakan kabar buruk bagi kelangsungan hidup pohon.
"Kami menemukan bahwa perubahan iklim tidak hanya memengaruhi spesies, tetapi juga berdampak pada cara spesies berinteraksi satu sama lain," kata Juniper Harrower, penulis pertama studi tersebut, dan mahasiswa pascasarjana di University of California Santa Cruz, mengatakan kepada National Geographic.
Pohon Joshua dan ngengat yucca bergantung satu sama lain dalam contoh nyata evolusi. Jika ngengat yucca tidak bertahan hidup di kantong dingin taman, pohon Joshua juga tidak akan bertahan lama. Kedua spesies tersebut terancam akan menghilang dari habitatnya.
Pohon Joshua. Foto: 127071 from Pixabay
Taman Nasional Pohon Joshua terletak di negara bagian California, dan merupakan lokasi yang terancam terhadap dampak perubahan iklim. Harrower mengatakan lebih banyak pohon yang mati di area terpanas di taman nasional. Meskipun, pohon Joshua ditemukan hidup lebih aman di dataran tinggi yang dingin. Tetapi, para ilmuwan telah memperhatikan bahwa dataran tinggi bukan tempat reproduksi terbaik bagi pohon.
ADVERTISEMENT
Chris Smith, ahli biologi di Willamette University, menemukan bahwa pohon Joshua di dataran tinggi bereproduksi secara aseksual, di mana pohon mampu menumbuhkan klon dari akarnya sendiri. Tetapi, mekanisme ini tidak baik untuk kehidupan pohon jangka panjang. Klon rentan terhadap hama dan tidak dapat mengusir spesies.
Harrower kemudian mengamati rumpun pohon Joshua di berbagai iklim, dari taman nasional bagian selatan yang rendah dan panas, hingga lereng dingin di utara. Harrower mengumpulkan bunga dan buah pohon serta menghitung populasi ngengat pada setiap lokasi yang dia tentukan. Harrower ingin mengetahui di mana pohon paling bahagia berada, dan apakah ada hubungannya dengan kehadiran ngengat.
ADVERTISEMENT
Hasil yang didapat dari penelitian menunjukkan perubahan iklim tampaknya telah memengaruhi simbiosis tersebut. Ngengat tidak ditemukan di bagian selatan karena pepohonan tidak lagi berbuah dan beberapa sudah mulai mati. Namun, di bagian utara yang lebih tinggi juga tidak jauh berbeda. Ngengat sulit ditemukan meskipun terdapat beberapa pohon baru dengan klon. Peneliti menyimpulkan bahwa reproduksi paling berhasil terletak di jalur sempit dengan ketinggian sedang.
Hubungan antara pohon Joshua dan ngengat yucca sangat istimewa. Ngengat yucca sengaja membuahi pohon Joshua menggunakan satu set "tentakel" khusus untuk membawa bola serbuk sari dari bunga ke bunga. Ngengat membantu reproduksi pohon tanpa imbalan nektar langsung, karena ngengat dewasa hanya mampu hidup selama lima hari.
Pohon Joshua. Foto: FlorenceD-pix from Pixabay
Para ilmuwan mengatakan bahwa usaha keras ngengat tampak seperti tidak mendapatkan balasan. Meskipun, ngengat juga membutuhkan pohon untuk bertelur. Bayi berkembang di dalam ovarium bunga dan menyediakan makanan bagi spesies muda tersebut. Kemudian, larva mengunyah biji buah untuk berkembang menuju dewasa.
ADVERTISEMENT
Tak hanya ngengat, makhluk lain juga berinteraksi dengan pohon Joshua, seperti serangga dan tikus kanguru. Hewan menciptakan habitat mikro dengan berteduh di bawah pohon di tengah gurun yang gersang. Tetapi, rumput invasif dan kejadian kebakaran juga telah mengancam pohon ikonik itu.
Popularitas taman nasional yang meroket bisa menjadi masalah baru bagi pohon. Kehadiran pengunjung tercatat selalu meningkat dua kali lipat dalam empat tahun terakhir, atau tiga juta orang berlibur di Taman Nasional Pohon Joshua per tahun. Tetapi, jumlah penjaga taman tidak bertambah secara signifikan.
Harrower kemudian tergerak hatinya untuk membagikan hasil penelitiannya di festival musik lokal. Dia mengkampanyekan dengan bertanya kepada orang-orang arti kehilangan pohon Joshua yang menjadi ikon negara. Respons yang didapat, orang menganggap pohon ini sebagai bagian dari rumah mereka.
ADVERTISEMENT
Harrower ingin menanamkan rasa identitas dan budaya pada masyarakat tentang keberadaan pohon Joshua. Dengan demikian, rasa peduli untuk menjaga pohon Joshua dan lingkungan diharapkan akan meningkat. Tentunya ini merupakan kabar baik untuk langkah di masa depan dengan melibatkan komunitas yang lebih luas.
Bayangan Pohon Joshua. Foto: Kristendawn from Pixabay