Apakah Erupsi Gunung Berapi Bawah Laut Berhubungan dengan Perubahan Iklim?

Erina Prastyani
SainsAsyikFGMI
Konten dari Pengguna
30 April 2020 11:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erina Prastyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Erupsi gunung berapi yang berada di daratan terbukti berdampak kepada perubahan iklim yang terjadi di bumi. Namun, bagaimana jika erupsi tersebut terjadi di bawah laut? Apakah erupsi gunung berapi bawah laut juga memiliki hubungan dengan perubahan iklim? Dr Maya Tolstoy, seorang geofisikawan dari Columbia University berhasil mengungkapnya.
Ilustrasi: Gunung berapi bawah laut (Sumber: sciencealert.com)
Gunung berapi dan perubahan iklim
ADVERTISEMENT
Membicarakan tentang perubahan iklim tidak akan pernah lepas dari campur tangan manusia. Hal ini dikarenakan memang aktivitas manusia adalah penyebab utama yang mendorong perubahan iklim semakin cepat terjadi. Meskipun kita semua memahami bahwa manusia menjadi kontributor terbesar terjadinya perubahan iklim di bumi, erupsi gunung berapi juga berpotensi untuk membuatnya semakin buruk. Sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa erupsi gunung berapi di daratan mampu mengubah iklim dunia. Tengoklah Tambora dan Krakatau, dua gunung berapi Indonesia yang letusannya berhasil mempengaruhi iklim global di masanya.
Gunung berapi yang kita ketahui tidak hanya terbatas pada gunung berapi yang ada di daratan saja. Jauh di bawah dasar lautan ternyata terdapat gunung berapi bawah laut. Sayangnya, seluruh informasi mengenai gunung berapi bawah laut masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan informasi yang berasal dari gunung berapi di daratan, termasuk pengaruhnya terhadap perubahan iklim. Belum ada bukti yang mengatakan bahwa erupsi gunung berapi bawah laut dapat mempengaruhi perubahan iklim, begitu pula sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Mayoritas ilmuwan awalnya berspekulasi bahwa pengaruh yang diberikan oleh erupsi gunung berapi bawah laut terhadap iklim sangatlah kecil karena karakter letusan gunung berapi bawah laut yang cenderung sangat lambat dan tetap, padahal sebenarnya adalah tidak. Dilansir dari Science Daily, Dr Tolstoy mengungkapkan sebuah fakta bahwa ternyata letusan gunung berapi bawah laut memproduksi lava delapan kali lebih banyak dari gunung berapi yang ada di daratan serta berpotensi mengemisikan karbon dioksida yang jumlahnya hampir sama, yaitu sekitar 88 juta metrik ton per tahunnya. Lalu, apakah gunung berapi bawah laut juga memiliki pengaruh yang sama terhadap perubahan iklim seperti layaknya gunung berapi yang ada di daratan?
Ilustrasi: Ketinggian permukaan air laut serta pasang-surut air laut berpengaruh terhadap intensitas dan frekuensi erupsi gunung berapi bawah laut (Sumber: needpix.com)
Hubungan perubahan iklim terhadap erupsi gunung berapi bawah laut
ADVERTISEMENT
Para ahli berpendapat bahwa tekanan yang dihasilkan dari melelehnya es-es yang ada di kutub-kutub bumi menyebabkan gunung berapi yang ada di daratan mengalami peningkatan intensitas dan frekuensi erupsinya. Hal ini memiliki arti bahwa pemanasan global dapat mendorong semakin banyak gunung berapi di daratan untuk meletus. Namun, perbedaan tampak pada gunung berapi bawah laut. Gunung berapi bawah laut cenderung akan mengalami erupsi lebih banyak ketika iklim bumi menjadi lebih dingin. Ketika bumi mengalami pendinginan secara global, ketinggian permukaan air laut akan berkurang yang menyebabkan tekanan terhadap gunung berapi bawah laut semakin tinggi untuk melakukan erupsi.
Dr Tolstoy dan timnya menganalisis data seismik dan peta dari zona pemekaran samudra yang ada di Pasifik, Atlantik, dan Samudra Arktik dalam rentang periode selama 25 tahun untuk mengungkap kebenaran informasi mengenai erupsi gunung berapi bawah laut ini. Dari hasil analisis yang dilakukan, tim penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ketika periode pendinginan bumi sedang terjadi, intensitas erupsi gunung berapi bawah laut meningkat sehingga menghasilkan topografi bawah laut yang cenderung lebih tinggi dibandingkan ketika bumi sedang mengalami pemanasan global.
ADVERTISEMENT
Menurut Dr Tolstoy, intensitas dan frekuensi erupsi gunung berapi bawah laut tidak hanya dipengaruhi oleh variasi ketinggian permukaan air laut saja, pengaruh astronomis juga ternyata berperan di sini. Variasi gaya gravitasi antara bumi dengan bulan atau matahari sangat berpengaruh terhadap pasang-surut air laut. Ketika jarak antara bumi dengan bulan atau matahari semakin jauh, hal ini menyebabkan gaya gravitasi antara kedua objek tersebut menjadi melemah. Melemahnya gaya gravitasi menyebabkan air laut menjadi surut sehingga mendorong gunung berapi bawah laut untuk mengalami lebih banyak erupsi. Implikasi yang bisa ditarik dari hasil penelitian Dr Tolstoy dan timnya adalah erupsi gunung berapi yang terletak di daratan maupun di lautan sama-sama berhubungan dengan perubahan iklim global yang sedang terjadi di bumi.
ADVERTISEMENT