Mengenal Munggahan, Cara Pelaksanaan, dan Maknanya bagi Masyarakat

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
23 Maret 2022 16:18 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menyambut Ramadan dengan tradisi Munggahan. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menyambut Ramadan dengan tradisi Munggahan. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjelang Ramadan, biasanya ada beberapa tradisi yang kerap dilakukan masyarakat Indonesia. Salah satunya tradisi Munggahan yang berasal dari suku Sunda, Provinsi Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Munggahan artinya tradisi menyambut datangnya Ramadan yang umumnya dilakukan di akhir bulan Syaban, sekitar 1 minggu (atau paling lambat 1-2 hari) menjelang bulan Ramadan.
Bentuk pelaksanaan Munggahan sendiri memang bervariasi. Namun, umumnya kegiatan ini dilakukan dengan cara makan bersama kerabat atau keluarga, saling bermaafan, berdoa bersama, dan bersedekah.
Tak hanya di kawasan Jawa Barat, tradisi Munggahan juga dikenal di daerah Jawa Tengah dengan istilah Punggahan. Keduanya merupakan tradisi yang sama, hanya berbeda wilayah.
Lantas, apa sebenarnya arti dari Munggahan? Bagaimana pelaksanaannya? Agar mengenalnya lebih jauh, berikut penjelasannya.

Apa Itu Munggahan?

Ilustrasi melakukan tradisi Munggahan dengan menggelar doa bersama. Foto: Pixabay
Menurut buku Tradisi-tradisi Menyambut Ramadan di Indonesia dan Dunia tulisan Yeti Nurmayati, Munggahan berasal dari bahasa Sunda yaitu "unggah" yang berarti naik. Secara istilah, Munggahan artinya naik ke bulan suci atau tinggi derajat.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, secara filosofi Munggahan dapat diartikan sebagai prosesi penyambutan bulan puasa yang penuh kemuliaan, sehingga umat Muslim akan merasa bahagia dan dinaikkan derajatnya.
Tradisi Munggahan sejak dulu hingga kini masih terlaksana dengan baik dan penuh antusias oleh masyarakat Muslim, khususnya yang berada di tanah Sunda.
Pada beberapa daerah, ada berbagai istilah berbeda dalam menyebut Munggahan. Bagi masyarakat Bandung, Munggahan disebut Papajar.
Papajar juga digunakan untuk menyambut bulan Ramadan yang ada di Kabupaten Cianjur, Sukabumi, Purwakarta dan daerah sekitarnya. Sementara di Bogor, Munggahan disebut dengan Cucurak.

Apa yang Dilakukan Saat Munggahan?

Ilustrasi berkumpul dengan keluarga sebagai bentuk tradisi Munggahan. Foto: Pixabay
Mengutip buku 150++ Tradisi Hari Raya di Dunia susunan Redaksi Plus, tata cara Munggahan sebenarnya tidak terlalu formal, tetapi bisa dibilang bervariasi, yakni:
ADVERTISEMENT
Meskipun di setiap daerah memiliki bentuk tradisi yang beragam, tetapi intinya masih memiliki kesamaan. Setiap tradisi merupakan budaya turun temurun yang mau tidak mau harus dipertahankan oleh setiap generasinya.
Selain itu, tradisi yang telah ada harus dipegang teguh karena sebagai salah satu bentuk rasa hormat masyarakat terhadap leluhur di daerah tempat tradisi itu berkembang.
Melestarikan dan mewariskan suatu tradisi adalah kewajiban para generasi penerus, agar sebuah kebudayaan tidak tergerus oleh pengaruh globalisasi sekaligus modernisasi.
ADVERTISEMENT

Apa Manfaat Munggahan?

Ilustrasi menjalin silaturahmi sebagai manfaat melakukan tradisi Munggahan. Foto: Pixabay
Dikutip dari situs Balai Diklat Tambang Bawah Tanah Kota Sawahlunto, tradisi Munggahan memang dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah.
Secara khusus, tujuannya untuk membersihkan diri dari hal-hal yang buruk selama setahun sebelumnya. Selain itu, agar terhindar dari perbuatan yang tidak baik selama menjalankan ibadah puasa di Ramadan.
Namun, seiring berjalannya waktu tradisi ini telah menjadi kebudayaan dalam rangka meningkatkan tali silaturahmi antarmasyarakat. Masyarakat Sunda sendiri terkenal dengan tingkatan emosional kekerabatan yang tinggi.
Masyarakat Sunda juga dikenal sebagai suku yang tidak terbiasa merantau terlalu jauh. Munggahan pun dipilih menjadi bagian dari proses untuk menjaga kekerabatan. Jarak yang dekat memungkinkan mereka untuk munggah.
Seiring berkembangnya zaman, prosesi Munggahan pun memiliki beberapa perubahan. Dalam masyarakat milenial dan kosmopolitan, Munggahan dilakukan dengan berkumpul bersama rekan sejawat.
ADVERTISEMENT
Mereka menyelenggarakan Munggahan dengan makan bersama di restoran atau berpelesiran ke tempat wisata.

Makna Tradisi Munggahan

Ilustrasi makan bersama sebagai bentuk melakukan tradisi Munggahan. Foto: Pixabay
Menurut Ira Indra Wardana, dosen Universitas Padjajaran sekaligus budayawan Sunda dalam jurnalnya, Munggahan merupakan tradisi dari kelompok-kelompok yang memiliki pemahaman tentang hubungan spiritual antara kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat kelak.
Sebagian orang yang melakukan Munggahan dengan berziarah, karena mereka memiliki pemahaman spritual antara hubungan kehidupan di dunia dengan akhirat. Artinya, ada keyakinan bahwa kehidupan para orang tua, saudara, atau leluhur dipercayai masih memiliki hubungan secara spiritual.
Selain memiliki nilai sakral, Munggahan juga mengandung nilai-nilai sosial. Letak makam-makam orang tua dan leluhur yang biasanya berada di kampung halaman, membuat masyarakat Sunda yang merantau harus pulang kampung.
ADVERTISEMENT
Meskipun tidak pulang kampung, tetapi daerah tempat tinggal dengan letak makam pun kadang berbeda. Mau tidak mau, mobilisasi masyarakat tidak dapat dihindarkan. Hal-hal inilah yang menjadi bagian dari nilai sosial.
Pada intinya, Munggahan membuat hubungan sosial mereka tetap terjaga. Terjaganya hubungan sosial dapat membuang semua prasangka terhadap sesama saudara.
Selain itu, Munggahan juga bisa mendekatkan sekat-sekat persaudaraan yang terputus lama atau yang pernah memiliki konflik.

Ide Munggahan selama Pandemi Covid-19

Ilustrasi bersedekah sebagai bagian dari tradisi Munggahan. Foto: Pixabay
Melalui keterbatasan kondisi di tengah pandemi Covid-19, tradisi Munggahan memang sedikit berbeda pelaksanaannya. Bahkan, acara berkumpul dan kontak fisik dengan kerabat dan sanak saudara hanya bisa dilakukan secara terbatas.
ADVERTISEMENT
Namun, agar makna Munggahan tetap bisa tersampaikan, terdapat ide pelaksanaan Munggahan yang dapat dilakukan di rumah dengan mengajak anggota keluarga terdekat. Berikut ide Munggahan yang bisa dilakukan di rumah selama pandemi Covid-19.

1. Mengirimkan makanan online

Meski tak bisa bertatap muka langsung dan menggelar acara Munggahan dengan berkumpul bersama keluarga besar, Anda tetap bisa menunjukkan perhatian kepada sanak saudara di tempat yang berbeda.
Misalnya, dengan memesan makanan online untuk mengirimkannya ke alamat mereka.

2. Melakukan video call dengan keluarga

Kemajuan teknologi yang begitu pesat membuat interaksi antarmanusia semakin mudah. Salah satunya adalah dengan melakukan video call.
Ini untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan dengan saudara, kerabat, serta anggota keluarga lainnya. Agar tradisi Munggahan tetap terasa, lakukanlah video call sambil memasak menu yang sama dengan kerabat yang berbeda tempat.
ADVERTISEMENT

3. Ajak anak bersedekah

Selain berkumpul dan makan bersama, Munggahan juga bisa dimaknai dengan melakukan sedekah. Seperti yang telah diketahui, sedekah memiliki berbagai manfaat. Mulai dari pembuka pintu rezeki hingga mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
Maka dari itu, tak ada salahnya membiasakan anak untuk bersedekah sejak dini. Ajak Si Kecil untuk menyisihkan tabungannya, kemudian dikumpulkan dengan uang yang dimiliki anggota keluarga lain, dan disumbangkan kepada orang-orang yang membutuhkan.
(VIO)