5 Penyebab Lutut Sakit di Usia Muda dan Cara Mengatasinya

Konten Media Partner
27 Oktober 2022 11:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Apa saja penyebab lutut sakit di usia muda? Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Apa saja penyebab lutut sakit di usia muda? Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Ada beragam penyebab lutut sakit di usia muda di antaranya cedera lutut, sindrom nyeri patellofemoral, hingga osteoarthritis. Kondisi ini memicu rasa sakit yang tidak nyaman, sehingga berpotensi mengganggu aktivitas sehari-hari. Untuk mengatasinya, nyeri lutut dapat dihilangkan dengan berolahraga, menjalani akupuntur, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Namun sebelum mengatasi kondisi ini, penting untuk setidaknya mengetahui apa saja penyebab lebih jelas dari lutut sakit di usia muda. Sebab, cara mengatasi nyeri lutut berbeda-beda tergantung dari penyebab-penyebabnya. Artikel ini akan membahas lebih lengkap apa saja penyebab lutut di usia muda.

Penyebab Lutut Sakit di Usia Muda

Menyadur laman Glen Eagles, lutut adalah salah satu sendi terbesar di dalam tubuh yang terdiri dari 3 buah tulang, mulai dari tulang paha, tulang kering, hingga tempurung lutut. Ketiga tulang tersebut disatukan oleh sebuah jaringan luas yang terdiri dari ligamen, tulang rawan, tendon, hingga otot.
Nantinya fungsi lutut ini untuk menunjang pergerakan tungkai dan menopang berat badan, ketika berjalan, melompat, berlari, dan sebagainya. Maka itu, ketika lutut terasa nyeri, fungsinya tidak bisa bekerja dengan baik.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini biasanya terjadi pada seseorang yang sudah lanjut usia, namun tidak menutup kemungkinan bahwa nyeri lutut ini bisa menimpa seseorang di usia muda. Umumnya, nyeri lutut di usia muda ini disebabkan oleh gangguan kesehatan yang menyerang persendian.
Ingin tahu apa saja penyebab lutut sakit di usia muda secara lebih detail? Berikut informasinya, seperti yang dikutip dari laman Mayo Clinic.
Penyebab-penyebab lutut sakit. Foto: Unsplash

1. Cedera

Cedera adalah penyebab lutut sakit yang cukup sering terjadi di usia muda. Kondisi ini biasanya muncul akibat gerakan berulang yang berhubungan dengan lutut, misalnya berolahraga dengan gerakan melompat hingga berlari.
Adapun beberapa jenis cedera lutut yang terjadi di usia muda, yakni keseleo, robek ligamen pada lutut, hingga adanya pergeseran tulang, dan patah tulang.
ADVERTISEMENT

2. Asam urat

Asam urat adalah salah satu jenis radang sendi yang terjadi akibat penumpukan kristal asam urat. Kondisi ini bisa terjadi di sendi mana pun, mulai dari jari kaki, pergelangan kaki, lutut, tapi yang paling sering di jempol kaki hingga lutut.
Menyadur laman Harvard Health Publishing, penyakit asam urat bisa disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat pada sendi. Kondisi ini bisa terjadi ketika tubuh mulai menghasilkan terlalu banyak asam urat, sehingga membuat kadar asam urat di dalam darah terlalu tinggi.

3. Osteoarthritis

Osteoarthritis adalah peradangan kronis di sendi yang diakibatkan oleh kerusakan pada tulang rawan. Selain menyebabkan nyeri di lutut, osteoarthritis juga bisa menyebabkan berbagai macam keluhan lainnya, mulai dari sendi-sendi terasa sakit, kaku, hingga bengkak.
ADVERTISEMENT
Dalam laman National Health Service disebutkan bahwa osteoarthritis bisa menyebabkan kerusakan pada tulang rawan dan sendi. Kondisi ini terjadi ketika tulang rawan kehilangan elastisitasnya. Akibatnya, terjadi gesekan antar tulang yang membuatnya lebih rentan mengalami kerusakan dan radang sendi.

4. Rheumatoid arthritis

Rheumatoid arthritis adalah kelompok penyakit yang menyerang sendi dan jaringan di sekitarnya, mulai dari tulang, otot, dan jaringan ikat. Menyadur laman World Health Organization, terdapat lebih dari 150 jenis penyakit rematik.
Selain nyeri lutut, gejala rheumatoid arthritis bisa menyebabkan sikut hingga ruas tulang belakang. Tidak hanya itu, gejala lainnya bisa menyebabkan sendi membengkak, kemerahan, hingga terasa hangat.

5. Sindrom nyeri patellofemoral

Sindrom nyeri patellofemoral adalah nyeri di bagian depan lutut, tepatnya di sekitar tempurung lutut. Kondisi ini lebih sering terjadi pada atlet yang melibatkan gerakan berlari dan melompat. Gejala sindrom nyeri patellofemoral adalah nyeri tumpul di bagian lutut hingga ketika duduk dalam waktu lama.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya, faktor yang dapat meningkatkan gejala sindrom nyeri patellofemoral adalah usia, seks, hingga olahraga yang terlalu memberikan tekanan ekstra pada area lutut.

Bagaimana Cara Menghilangkan Nyeri Lutut?

Nyeri pada lutut bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan jika tidak diobati dengan tepat, radang pada sendi ini bisa menyebabkan komplikasi yang lebih membahayakan tubuh. Menyadur laman Medical News Today, berikut cara menghilangkan nyeri lutut yang dapat diterapkan.

1. Memakai bantal kompres panas atau dingin

Kompres panas maupun dingin termasuk cara yang dapat menghilangkan nyeri lutut dan sakit pada punggung. Kompres ini bekerja dengan cara melemaskan otot dan sendi pada lutut yang berasal dari efek suhu panas, sehingga dapat mengurangi kekakuan yang menyebabkan rasa sakit.
Sementara itu, sensasi dingin dari kompres es bisa meredakan pembengkakan, peradangan, serta rasa nyeri. Namun, perlu diketahui ketika mengompres lutut menggunakan kain panas atau es batu, bungkuslah dengan menggunakan kain secara bergantian.
ADVERTISEMENT

2. Mengonsumsi bahan-bahan alami

Menurut Pakistan Journal of Biological Sciences, nyeri lutut bisa diatasi dengan mengonsumsi bahan-bahan alami, mulai dari kayu manis, jahe, minyak wijen, hingga damar wangi.
Pengobatan ini bisa dibuktikan dari penelitian ​​New England Journal of Medicine yang menyebutkan bahwa kandungan alami dari jahe yang dikombinasikan dengan obat resep dari dokter, mampu mengurangi sakit lutut akibat radang sendi.

3. Mengatur berat badan

Cara terakhir yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri lutut adalah mengurangi berat badan. Sebab seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, lutut perlu menyangga tubuh ketika beraktivitas, mulai dari berjalan, berlari, dan lain sebagainya. Maka itu, penting untuk menjaga agar berat badan tetap ideal.
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
ADVERTISEMENT
(JA)