Dapat Kredit Rp 660 Miliar dari BJB, Produsen Perhiasan Emas Lunasi Utang ke BNI

7 September 2021 10:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perhiasan emas, seperti yang diproduksi PT Hartadinata Abadi Tbk. Foto: Beawiharta/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perhiasan emas, seperti yang diproduksi PT Hartadinata Abadi Tbk. Foto: Beawiharta/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Produsen yang juga perusahaan perdagangan perhiasan emas, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) memperoleh kredit dari PT Bank BJB Tbk sebesar total Rp 660 miliar.
ADVERTISEMENT
Direkrut Utama Hartadinata Abadi, Sandra Sunanto, menjelaskan sebagian dari kredit tersebut digunakan perusahaan untuk melunasi pinjaman ke Bank BNI (refinancing) sebesar Rp 310 miliar.
"Perseroan melakukan refinancing atau takeover pinjaman/fasilitas kredit dari Bank BNI yang di-takeover kepada Bank BJB serta penambahan fasilitas kredit yang kemudian disertai dengan peletakan jaminan oleh Perseroan," kata Sandra dikutip Selasa (7/9).
Sisa kredit dari Bank BJB sebesar Rp 350 miliar, lanjutnya, akan digunakan sebagai modal kerja Perseroan.
Ilustrasi uang rupiah. Foto: Aditia Noviansyah
Dalam penjelasan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Sandra memaparkan perjanjian kredit dengan Bank BJB itu telah diteken pada 1 September 2021. Ada tiga paket Kredit Modal Kerja (KMK) , yakni pertama, KMK RC Terbatas dengan limit kredit Rp 285 miliar yang ditujukan untuk take over dengan jangka waktu pinjaman selama setahun.
ADVERTISEMENT
Kedua, KMK RC Terbatas dengan limit kredit Rp 350 miliar dengan jangka waktu setahun. KMK ini akan digunakan sebagai tambahan modal kerja dengan suku bunga 11 persen. Ketiga, KMK Umum limit kredit sebesar Rp 25 miliar untuk takeover dari utang Bank BNI.
"Adapun jangka waktu kredit selama satu tahun dengan suku bunga 11 persen," imbuhnya.
Pada 2020 lalu perusahaan emas, PT Hartadinata Abadi Tbk mencatatkan kinerja positif, dengan meraup laba bersih Rp 170 miliar. Posisi itu naik 13,3 persen dibanding periode tahun sebelumnya Rp 150 miliar.