'Membunuh' Sepak Bola ala Marco van Basten

20 Januari 2017 11:20 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Marco van Basten menuai kecaman (Foto: Dean Mouhtaropoulos)
zoom-in-whitePerbesar
Marco van Basten menuai kecaman (Foto: Dean Mouhtaropoulos)
Sudah hampir seperempat abad sejak Marco van Basten memutuskan gantung sepatu. Dia masih muda ketika itu; baru 30 tahun. Cedera engkel yang dideritanya saat menghadapi Ancona di Serie A Italia membuat dirinya harus menjalani serangkaian operasi yang sayangnya, tak satu pun berhasil. Meski harus pensiun dini, semua orang yang pernah menyaksikannya berlaga sepakat bahwa Marco van Basten adalah salah satu penyerang terbaik sepanjang masa, kalau bukan yang terbaik.
ADVERTISEMENT
Menjadi salah seorang pemain terbaik sepanjang masa tak secara otomatis membuat sosok Marco van Basten luput dari kritik pedas. Setelah gagal di dunia kepelatihan, Van Basten pun kemudian beralih menjadi teknokrat di Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA). Kini, Marco van Basten adalah Direktur Teknik FIFA, dan lewat jabatan barunya itu, dia mencoba untuk melakukan perubahan radikal di sepak bola. Upaya itulah yang kemudian membuat pria 52 tahun tersebut dihujani kritik.
Salah satu orang yang mengkritik Van Basten paling keras adalah Christian Gourcuff, ayah dari Yoann Gourcuff yang sempat diberi julukan Arsene Wenger-nya Ligue 1.
ADVERTISEMENT
Gourcuff, dalam kritiknya itu, sedang berbicara soal rencana Marco van Basten menghapuskan offside. Sebuah rencana yang menurut Van Basten, bertujuan untuk membuat sepak bola lebih menarik untuk ditonton.
Seperti dilansir Independent, Marco van Basten mengatakan bahwa sepak bola dewasa ini tampak seperti olahraga bola tangan di mana ada sembilan sampai sepuluh pemain bertahan menumpuk di depan gawang.
"Sangat sulit bagi tim lawan untuk mencetak gol dengan sempitnya ruang yang tersedia. Jika tidak ada offside, kesempatan mencetak gol pun akan lebih besar." saran Van Basten.
Bagi Marco van Basten, dihapuskannya offside itu bertujuan untuk menciptakan sepak bola yang "jujur" dan "dinamis". Entah apa maksud dari dua hal ini.
Sebetulnya, apa yang dikatakan Van Basten itu tidak sepenuhnya salah. Memang benar bahwa dalam sepak bola dewasa ini, mencari ruang untuk berkreasi dan mencetak gol adalah perkara yang sulitnya bukan main. Namun, agak aneh rasanya jika ada seorang Belanda yang mengeluhkan ketidaktersediaan ruang.
ADVERTISEMENT
Orang-orang Belanda adalah orang-orang yang dikenal akan kemampuannya mengakali ruang. Dengan luas negara yang tak sampai separuh Pulau Jawa, mereka sudah terbiasa sejak dahulu untuk membuat tempat yang sempit jadi terasa luas. Biasanya, cara mereka mengakali hal ini adalah dengan mengakali perspektif.
Totaal voetbal ala Rinus Michels adalah salah satu bukti yang paling mudah dilihat. Di bawah Michels, Timnas Belanda memainkan sebuah permainan sepak bola yang belum pernah ada sebelumnya dan tidak pernah ada lagi hingga kini.
Dari nukilan totaal voetbal yang terekam dalam video di atas terlihat jelas bagaimana Timnas Belanda mampu mempersempit atau memperlebar ruang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam sepak bola, besarnya ruang permainan dihitung sampai pemain outfield paling belakang. Setelah itu, ruang yang ada pun menjadi ruang invalid, alias offside. Dalam video di atas terlihat bagaimana para pemain-pemain Belanda memipihkan area permainan sehingga tim lawan tidak memiliki ruang permainan yang valid.
ADVERTISEMENT
Nah, offside sendiri sebenarnya merupakan kawan baik dari gaya bermain khas Belanda ini. Tanpa keberadaan offside, filosofi agung Rinus Michels ini takkan jadi apa-apa.
Christian Gourcuff, dalam kesempatan yang sama, mengatakan bahwa keberadaan offside adalah "manifestasi kecerdasan", dan dia benar. Awalnya, aturan offside ini diciptakan untuk menghindarkan permainan bola-bola panjang yang menjemukan. Dulu, tim-tim memilih untuk menumpuk pemain di belakang dan mengirimkan bola kepada para penyerang mereka lewat umpan panjang. Keberadaan aturan offside ini sebetulnya membuat sepak bola menjadi jauh lebih menarik untuk ditonton dan tentunya, lebih (men)cerdas(kan).
Argumen Van Basten bahwa pada zaman sekarang tim-tim lebih suka menumpuk pemain di belakang sehingga pertandingan jadi tidak menarik dapat dengan mudah dipatahkan di sini. Kalau ada aturan offside saja tim-tim sudah menumpuk pemain di belakang, bagaimana kalau tidak ada?
ADVERTISEMENT
Jika katakanlah, Barcelona, bertanding dengan kekuatan penuh melawan Garrison Gunners dari Isles of Scilly Football League, apa yang akan dilakukan pemain-pemain Gunners? Keberadaan aturan offside setidaknya akan membuat pemain-pemain Gunners melakukan pressing untuk menjauhkan pemain Barcelona sejauh mungkin dari gawang mereka. Kemudian, ketika aturan offside dihilangkan, ya, untuk apa mereka melakukan pressing? Lebih baik menumpuk pemain di mulut gawang saja sampai tidak ada celah sedikit pun untuk dilesaki bola.
Marco van Basten mungkin lupa kalau dia pernah jadi bagian dari dua tim yang sangat, sangat fasih dalam melakukan pressing. Selain Belanda-nya Michels, Milan-nya Arrigo Sacchi juga merupakan tim yang amat mendewakan sistem temuan Viktor Maslov ini. Selain punya teknik luar biasa dan insting mencetak gol yang mematikan, Van Basten juga dikenal sebagai pemain yang cerdas. Pergerakan tanpa bolanya begitu liar dan sukar ditebak. Nah, pergerakan liar dan sukar ditebak ini hanya mungkin ada dan diagung-agungkan jika ada aturan offside. Kalau tidak ada offside, apanya yang mau diakali? Kalau cuma agar lebih mudah mencetak gol, kenapa tidak sekalian menghapuskan saja posisi penjaga gawang?
ADVERTISEMENT
Meminjam kata-kata Christian Gourcuff (lagi), jika seseorang tidak mengerti pentingnya aturan offside dalam sepak bola, maka orang itu tidak mengerti sepak bola. Namun, menyebut seorang Marco van Basten tidak mengerti sepak bola sama seperti menyebut Paus Fransiskus tidak mengerti agama Katolik. Nah, sekarang, yang perlu diselidiki lebih lanjut adalah apakah benar ini ide Van Basten seorang? Jangan-jangan, ini adalah ide pesanan Gianni Infantino karena di laga antarlegenda jelang FIFA's Best Awards lalu dia terus-terusan terjebak offside?!