Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Mengiringi Vichai Srivaddhanaprabha Menuju Peristirahatan Terakhirnya
29 Oktober 2018 23:29 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bagi orang-orang Thailand, Srivaddhanaprabha adalah seorang hartawan. Reuters menyebutkan bahwa dia adalah orang terkaya nomor lima di 'Negeri Gajah Putih', dengan harta kekayaan ditaksir mencapai 4,9 miliar dolar AS.
King Power adalah sumber kekayaan Srivaddhanaprabha . Perusahaan ritel tersebut didirikan pada 1989 dan pada 2006, ia diberikan hak monopoli untuk membuka toko bebas pajak (duty-free) bandara-bandara Thailand dari eks perdana menteri Thaksin Shinawatra.
Empat tahun setelah King Power mendapatkan hak monopoli itu, Srivaddhanaprabha melebarkan sayap ke Eropa. Leicester, sebuah kota kecil di Midlands, dipilih Srivaddhanaprabha untuk jadi tempat berinvestasi.
Sebenarnya, Srivaddhanaprabha tidak membesarkan imperium bisnisnya di Leicester. Di kota berpenduduk 330 ribu jiwa itu, Srivaddhanaprabha mencoba peruntungan di bisnis lain: sepak bola. Kebetulan, di kota itu ada sebuah klub yang tengah membutuhkan uluran tangan.
ADVERTISEMENT
Sebelum Srivaddhanaprabha datang, Leicester City terlilit utang 103 juta poundsterling. Untuk membeli Leicester City dari tangan Milan Mandaric, Srivaddhanaprabha sebetulnya tak butuh uang terlalu banyak; hanya 39 juta pounds. Namun, utang 103 juta pounds itu akhirnya tetap jadi warisan yang harus dilunasi.
Tanggung jawab itu dipikul penuh oleh Srivaddhanaprabha . Utang dilunasi, dan pada 2013, stadion yang kini dikenal sebagai King Power Stadium itu dibeli dari tangan perusahaan asal Amerika Serikat. Pada musim 2013/14 itu, Leicester City sukses mendapat promosi ke Premier League sebagai juara Championship.
Perjalanan Leicester City di Premier League tidaklah mulus. Pada musim 2014/15, di bawah arahan Nigel Pearson, mereka hampir terdegradasi. Leicester City baru bisa bangkit di akhir-akhir musim ketika mereka memenangi tujuh dari sembilan laga pemungkas. Selamatlah Leicester City musim itu.
ADVERTISEMENT
Pada musim berikutnya, Pearson dicopot. Pada masa ini, Leicester City sempat terkena skandal seks memalukan kala melakukan tur ke Thailand. Salah satu pelaku yang terlibat di skandal itu adalah putra Pearson, James, yang dipecat lebih dulu ketimbang ayahnya.
Sebagai pengganti Pearson, ditunjuklah Claudio Ranieri, seorang pelatih yang dikenal sebagai sosok Tinkerman. Penunjukan Ranieri itu diragukan banyak pihak karena pelatih asal Italia itu dianggap sudah habis. Namun, nasib berkata lain.
Di bawah Ranieri, Leicester City yang di bursa taruhan cuma dijagokan 5000:1 itu keluar sebagai juara Premier League. Hasil imbang antara Chelsea dan Tottenham menjadi hasil yang memastikan gelar juara liga level tertinggi pertama bagi The Foxes.
Pesta besar pun digelar. Di King Power Stadium, 'Nessun Dorma' dikumandangkan dengan syahdu oleh Andrea Bocelli. Hari itu, Leicester City mencapai langit ketujuh dan semua itu tak mungkin diraih tanpa jasa Srivaddhanaprabha .
ADVERTISEMENT
Leicester City kini telah kembali menjadi tim semenjana. Ranieri pun sekarang sudah tidak berada di sana. Namun, kisah ajaib yang mereka torehkan tiga musim lalu itu masih segar betul di memori orang-orang, terutama mereka yang tinggal di Leicester sana.
Srivaddhanaprabha sekarang juga telah tiada. Akan tetapi, orang-orang yang sudah pernah dibuatnya bahagia sama sekali belum melupakan jasa-jasanya selama hidup. Selain untuk Leicester City, Srivaddhanaprabha juga berjasa besar bagi rumah sakit dan universitas di Leicester.
Itulah mengapa, sosok Srivaddhanaprabha menjadi lebih besar dari sepak bola itu sendiri. Srivaddhanaprabha adalah sebuah simbol harapan. Srivaddhanaprabha adalah alasan bagi banyak orang untuk kembali percaya pada ketidakmungkinan.
ADVERTISEMENT
Kejadian tersebut sudah terjadi pada Sabtu (27/10/2018) malam, ketika Srivaddhanaprabha baru saja rampung menyaksikan pertandingan Leicester City vs West Ham United yang berkesudahan 1-1. Namun, kepastian akan meninggalnya sang patron baru diumumkan secara resmi oleh Leicester pada Senin (29/10) pagi WIB.
Sejak sebelum kabar resmi itu disampaikan, ungkapan, ucapan, dan gestur dukacita sudah mengalir. Mulai dari bunga sampai memorabilia sudah diletakkan di pekarangan King Power Stadium oleh para suporter dan warga kota.
Setelah ada kepastian bahwa Srivaddhanaprabha memang meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter tadi, King Power Stadium pun kian ramai didatangi oleh khalayak. Tak cuma warga Leicester saja yang datang, tetapi juga para bintang Leicester City seperti Jamie Vardy, Kasper Schmeichel, dan Harry Maguire.
ADVERTISEMENT
Kedatangan para bintang Leicester City itu berbarengan dengan kedatangan istri serta anak laki-laki Srivaddhanaprabha, Aimon dan Aiyawatt. Kedua orang inilah yang akhirnya memimpin prosesi penghormatan terakhir bagi Srivaddhanaprabha di rumah keduanya.
Suasana duka, tentu saja, tidak cuma terasa di Leicester. Di Bangkok, kota kelahiran Srivaddhanaprabha serta kota tempat markas King Power berada, penghormatan terakhir juga diberikan oleh para penduduk.
Salah satu penghormatan tersebut diberikan dalam bentuk jersi Leicester City yang bertuliskan ucapan terima kasih atas seluruh jasa Srivaddhanaprabha terhadap klub kelahiran 134 tahun lalu itu. Selain itu, koran-koran Bangkok juga tak lupa mewartakan kepergian Srivaddhanaprabha .
Vichai Srivaddhanaprabha meninggal di usia 60 tahun. Pria yang menurut Schmeichel merupakan sosok murah senyum itu meninggalkan warisan berupa King Power, Leicester City, Oud Heverlee Leuven, seorang istri, serta empat orang anak.
ADVERTISEMENT