Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Bing Slamet dan Benyamin Sueb. Sama-sama bisa melawak, mencipta lagu, menyanyi, hingga akting. Mereka seniman serbabisa dengan rasa berbeda. Bing Slamet dengan sedikit bumbu Sunda, sementara Benyamin kental dengan cita rasa Betawi.
ADVERTISEMENT
Bing Slamet, bernama asli Achmad Syech Albar, sangat mengidolakan Bing Crosby. Itu juga yang membuatnya memilih “Bing” sebagai nama panggungnya. Bing yang lahir pada 27 September 1927 telah terjun lebih dulu ke industri hiburan Indonesia.
Di usia 12 tahun, Bing bergabung dengan Orkes Terang Bulan yang membantu mengembangkan bakat seni dalam dirinya. Pada tahun itu pula, Benyamin baru lahir, tepatnya 5 Maret 1939.
Ketika Bing mengawali karier profesionalnya di dunia tarik suara dengan mengisi soundtrack film “Menanti Kasih” pada 1949, Benyamin yang berusia 10 tahun masih mengamen keliling kampung bersama Orkes Kaleng yang ia inisiasi bersama ketujuh kakaknya.
Selain merambah dunia musik, Bing dikenal sebagai pelawak. Titel Bapak Lawak Indonesia bahkan disematkan kepadanya.
ADVERTISEMENT
Pada 1953, Bing Slamet memenangkan kejuaraan lomba lawak. Saat itu, dengan suara bass baritonnya, ia mampu menirukan gaya penyanyi AS, Louis Amstrong.
Sejak itulah tren lawak menirukan gaya, suara, atau logat orang lain dimulai di dunia komedi Indonesia.
Sementara Benyamin pada 1957 mulai bergabung dengan band Melody Boys sebagai penyanyi latar dan pemain bongo. Perkenalannya dengan dunia musik profesional dimulai di situ. Bersama Melody Boys, Benyamin rajin manggung di klub-klub dan berbagai pentas.
Salah satu klub tempat Melody Boys rajin pentas, Yacht Club Sindang Laut, membawa Benyamin berkenalan dengan Letnan Dading. Berkat perkenalan itulah Benyamin membentuk grup lawak Trio Kambing bersama Edi Gombloh dan Dul Kambing.
Jika Melody Boys tengah sepi tawaran manggung, Benyamin melakukan tur lawak ke berbagai daerah sesuai permintaan. Hingga dia sempat lebih dikenal sebagai pelawak ketimbang penyanyi.
Sejak 1960-an, Benyamin mulai rajin menciptakan lagu. Namun namanya belum begitu dikenal.Benyamin yang mengidolakan Bing Slamet, berharap lagunya bisa dinyanyikan oleh Bing Slamet. Saat itu Bing Slamet telah menghasilkan setidaknya belasan album dan judul film.
ADVERTISEMENT
Harapan Benyamin terwujud saat dia, dibantu Ateng, bertemu dengan Bing Slamet. Benyamin dengan malu-malu menyodorkan lagu berjudul Malam Minggu pada Bing.
Setelah sedikit revisi di beberapa bagian, lagu itu kemudian berganti judul menjadi Nonton Bioskop.
Lagu Nonton Bioskop yang dinyanyikan Bing Slamet pun jadi terkenal dan menuai sukses. Hal itu mendorong Benyamin untuk makin rajin mencipta lagu.
Nama Benyamin pun makin dikenal. Apalagi Bing Slamet selalu bilang ke orang-orang, “Ini lagu adik saya, Benyamin.”
Benyamin kembali mencoba untuk menyodorkan lagu pada Bing Slamet. Si Jampang judulnya. Namun Bing merasa lagu dengan tempo sedikit cepat itu kurang cocok dengan dirinya.
“Gue tau lu bisa nyanyi, coba aja nyanyi,” ujar Bing Slamet, mendorong Benyamin untuk menyanyikan lagu-lagunya sendiri.
ADVERTISEMENT
Bing Slamet menyadari bahwa Benyamin ragu dengan kemampuan bernyanyinya. Padahal Bing merasa Benyamin cocok dan mampu untuk menyanyikan lagu-lagunya sendiri. Karena itulah Bing mendorong Benyamin masuk dapur rekaman.
Bing Slamet bukan hanya menjadi idola Benyamin, tapi juga teman dan guru sekaligus mentor bagi kesuksesan Benyamin Sueb.
Atasan dorongan Bing Slamet, Benyamin mulai menyanyikan lagunya sendiri yang berjudul Si Jampang. Semula banyak orang mengira lagu Si Jampang dinyanyikan oleh Bing Slamet karena gaya menyanyi Ben yang sangat mirip dengan Bing. Benyamin memang sangat terinspirasi oleh Bing Slamet. Tak heran jika Benyamin pun menjadi seniman serbabisa seperti panutannya, Bing Slamet.
Setelah menyanyi Si Jampang, Benyamin tak henti bereksplorasi dan makin berani. Bukan cuma di jalur musik, Ben mulai terjun ke dunia akting. Pada 1970, Benyamin bermain film Honey Money Djakarta Fair arahan sutradara Misbach Yusa Biran.
ADVERTISEMENT
Kariernya di dunia hiburan makin berkibar. Benyamin bahkan meraih Piala Citra sebagai Aktor Terbaik atas aktingnya di film “Intan Berduri” pada tahun 1973. Piala Citra kedua diraihnya pada 1977 atas aktingnya di film Si Doel Anak Modern yang disutradarai oleh Sjuman Djaja.
Benyamin terus aktif berkarya di dunia hiburan. Ia setidaknya menelurkan 53 judul film, 45 single solo, 37 single duet, dan 10 album kompilasi. Dia juga merambah ke dunia produksi dengan film “Mat Beken”, mendirikan Jiung Production, dan Bens Radio yang masih aktif hingga kini.
Wafatnya Benyamin pada 5 September 1995 mengejutkan banyak pihak. Benyamin meninggal karena terserang penyakit jantung setelah bermain sepak bola.
Pesan terakhirnya adalah agar dia dimakamkan di samping Bing Slamet yang meninggal pada 1974 di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak Jakarta.
ADVERTISEMENT
Bing Slamet dan Benyamin Sueb. Hingga ke alam keabadian, Benyamin ingin dekat terus dengan sang idola.
Terima kasih atas semua karya kalian.
Buka lembar kenangan bersama Benyamin Sueb di sini