Riset: Program Bayi Tabung Tingkatkan Risiko Kanker Payudara

28 Juni 2019 14:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi tabung. Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi tabung. Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
Program bayi tabung menjadi salah satu alternatif bagi pasangan yang mendambakan buah hati, namun sulit hamil lewat pembuahan alami. Bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) dilakukan dengan mempertemukan sel telur dan sperma di laboratorium. Jika pembuahan berhasil, terbentuklah embrio yang kemudian ditransfer ke rahim ibu.
ADVERTISEMENT
Meski membutuhkan biaya yang cukup besar, bayi tabung kerap menjadi pilihan, terutama bagi wanita usia 35 tahun ke atas. Sebab, peluang untuk terjadinya pembuahan menurun secara bertahap setelah wanita melewati usia 35 tahun.
Namun hasil penelitian terbaru terkait IVF yang dilakukan Copenhagen University, Denmark, tampaknya perlu Anda pertimbangkan. Riset itu baru saja dipresentasikan dalam konferensi European Society of Human Prediction and Embryology di Vienna pada 23-26 Juni 2019.
Tim peneliti menganalisis data lebih dari 626 ribu wanita dalam periode 21 tahun. Sebanyak 59 ribu wanita melahirkan setelah menjalani treatment fertilitas, sedangkan 567 ribu wanita di usia yang sama melahirkan lewat pembuahan alami. Kemudian diperoleh angka, kurang 1 persen wanita menderita kanker payudara.
Ilustrasi bayi tabung. Foto: Shutter stock
Para peneliti menemukan hubungan antara kanker payudara dan IVF. Disimpulkan bahwa wanita berusia di atas 40 tahun yang menjalani program bayi tabung, berisiko 65 persen lebih tinggi terkena kanker payudara. Sementara risiko rata-rata semua usia adalah 10 persen.
ADVERTISEMENT
Kok bisa begitu ya, Moms?
Mengutip The Telegraph, peneliti berusaha menjelaskan kaitan antara bayi tabung dan risiko terkena kanker payudara. Para ilmuwan selama ini percaya bahwa tingginya tingkat hormon estrogen lah yang memicu kanker payudara.
Oleh karena itu, risiko terkena kanker payudara pada wanita yang tidak pernah melahirkan semakin tinggi seiring bertambahnya usia. Sebab, melahirkan dan menyusui turut menurunkan tingkat estrogen.
Nah, menjalani proses bayi tabung meningkatkan risiko tersebut. Sebab, untuk menstimulasi ovarium mematangkan beberapa sel telur sekaligus, pasien harus diberi suntik hormon estrogen. Alhasil, tingkat estrogen dalam tubuh bertambah.
Bagaimana dengan tanggapan dokter terkait temuan ini?
Risiko terserang kanker payudara. Foto: Shutterstock
kumparanMOM menghubungi dr Ivan Sini, Sp.OG., dokter spesialis kandungan di RS Bunda Jakarta dan Morula IVF Jakarta. Menurutnya, risiko itu memang ada, terutama pada wanita usia 40 tahun ke atas dengan faktor risiko tambahan, seperti ada riwayat kanker pada keluarga.
ADVERTISEMENT
“Oleh karena itu pemberian obat hormon harus sesuai indikasi dan dosis berlebihan ini yang sering tidak disadari yang mempunyai risiko lebih,” jelas dr Ivan.
dr Ivan menambahkan, hormon estrogen yang disuntikkan pada tubuh wanita dalam proses bayi tabung sebenarnya bersifat sementara. Sehingga program bayi tabung bisa tetap dikatakan aman selama dosis hormon tidak berlebihan.
“Terapi (bayi tabung) tetap bisa dikatakan aman tapi dengan catatan penjelasan mengenai risiko dan benefit mesti clear dengan pasien,” tutup dr Ivan.