Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Cara Xinjiang Perjuangkan Akses Informasi untuk Kaum Minoritas
13 Mei 2017 13:16 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Xinjiang merupakan daerah otonom di China, dengan beberapa etnis minoritas di dalamnya, seperti Uighur dan Kazakh.
ADVERTISEMENT
Meski beragam, pemerintah pusat tetap menjaga kebutuhan mendasar para etnis minoritas tersebut. Kesetaraan, persatuan, dan bantuan timbal balik antara kelompok-kelompok etnis merupakan visi dari pemerintah Xinjiang saat ini. Mereka tak ingin ada jarak di antara kaum mayoritas dan minoritas.
Setelah kemarin kumparan (kumparan.com) berkesempatan mengunjungi Sekolah 66 yang merupakan sekolah untuk etnis minoritas, hari ini Jumat (12/5) waktu setempat, kumparan menjelajahi pengalaman baru.
Bersama awak media dari puluhan negara lainnya yang diundang pemerintah Xinjiang, kumparan berkesempatan mengunjungi TV and Radio Station yang digagas untuk kaum minoritas.
XJTV sudah mengudara sejak tahun 1970. Untuk stasiun TV, ada 12 channel yang menampilkan beragam acara dengan berbagai bahasa, seperti Uighur, Kazakh, Mongolia, dan China yang digunakan oleh penduduk mayoritas.
ADVERTISEMENT
Kedua belas channel itu yakni: Xinjiang TV Chinese, Xinjiang TV Uyghur, Xinjiang TV Kazakh, Chinese Variety channel, Uyghur Variety channel, Chinese Drama channel, Chinese Economic-life channel, Kazakh Variety channel, Uyghur Economic-life channel, Sport Health channel, Law Information channel, Children channel, Tianshan Theatre channel.
Uniknya, untuk berita-berita peristiwa ataupun serial drama yang tayang di televisi nasional, mereka menggunakan jasa para dubber atau pengisi suara untuk menerjemahkan ke dalam bahasa etnis minoritas.
Satu per satu studio para dubber tersebut kami kunjungi. Yang pertama adalah studio para dubber yang mengisi suara drama serial Mandarin, yang tayang di Beijing, Shanghai dan kota besar lainnya.
Demi hiburan yang sama untuk etnis minoritas, para dubber ini bekerja sepenuh hati menerjemahkan semua adegan.
ADVERTISEMENT
Ketika kami berkunjung, para dubber tengah mengisi suara sebuah adegan dengan bahasa Uighur. Setelah diperhatikan secara seksama, bahasa Uighur terdengar seperti kombinasi bahasa Mandarin dan bahasa Arab.
Mereka yang menjadi dubber nyatanya tak melulu pekerja muda. Ada juga pekerja lanjut usia juga yang ambil bagian di sana.
Penerjemah berita-berita peristiwa juga ada di sini. Untuk kaum minoritas yang tak bisa berbahasa China, tampaknya mereka harus bersabar jika ingin mendapatkan informasi peristiwa terkini atau breaking news. Meski ada satu divisi yang khusus menerjemahkan berita, para penerjemah bahasa-bahasa minoritas itu membutuhkan waktu untuk menerjemahkan berita peritiwa.
Kira-kira, bagaimana ya cara kerja mereka?
ADVERTISEMENT
Ambil sebuah contoh, misalnya ada peristiwa tabrakan di daerah Beijing. Saat stasiun TV di pusat kota memberitakan dengan cepat, warga minoritas harus bersabar. Mereka harus menunggu para penerjemah tersebut untuk bekerja.
"Mereka yang menerjemahkan dari bahasa China ke bahasa Uighur, Kazakh dan Mongolia," kata Director Xinjiang TV, Mr Lee.
Etnis minoritas kira-kira harus menunggu 2 jam hingga akhirnya berita perisitwa tersebut sampai ke telinga mereka. Ini dirasa menjadi kekurangan mendasar.
"Pemerintah sudah berkomitmen untuk segera meningkantkan sistemnya, semoga segera terwujud," tuturnya.
Tak hanya TV, ada juga radio di sini yang mengharuskan para penyiarnya bisa berbahasa Kazakh, Uighur dan Mongolia. Para penikmat radio pun bisa mendengarkan lagu bahasa mereka atau bahkan berkeluh kesah alias curhat dengan para penyiar.
ADVERTISEMENT
Kesetaraan jadi hal yang sangat diperhatikan pemerintah China, seperti yang terlampir dalam Undang-undang Dasar Republik Rakyat China yang berbunyi sebagai berikut: “Semua suku di Republik Rakyat China sama. Negara melindungi hak-hak sah dan kepentingan suku minoritas dan menjunjung tinggi dan mengembangkan hubungan kesetaraan, persatuan dan reksa bantuan antara semua kelompok-kelompok etnis China. Diskriminasi terhadap dan penindasan terhadap kelompok etnis dilarang; setiap tindakan yang merusak kesatuan kelompok suku atau instigates divisi adalah dilarang."
Melaui TV dan radio ini, pemerintah Xinjiang terus berupaya agar semua warganya mendapatkan kebutuhan mendasar yang setara.
*Laporan wartawan kumparan.com Wisnu Prasetiyo dari Urumqi, Xinjiang, China