Duet Bareskrim dan FBI Berhasil Ciduk Kapal Pesiar Mewah di Bali

2 Maret 2018 8:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal pesiar "Equanimity" (Foto: AFP/Rully Prasetyo)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal pesiar "Equanimity" (Foto: AFP/Rully Prasetyo)
ADVERTISEMENT
Melihat kapal pesiar supermewah menjadi buruan utama FBI memang tak ubahnya seperti kisah di film-film aksi Hollywood. Namun nyatanya, peristiwa itu benar-benar terjadi di Indonesia, Rabu (28/2).
ADVERTISEMENT
Di tepian perairan Benoa, Bali, sebuah kapal pesiar supermewah yang menjadi incaran FBI selama 4 tahun, berhasil diamankan oleh Bareskrim Polri. Tidak main-main, karena kapal mewah itu bernilai kurang lebih Rp 3 triliun. Diduga, kapal tersebut merupakan hasil kejahatan pencucian uang yang masuk dalam sistem keuangan AS.
Awalnya, FBI mengirimkan surat pada 21 Februari 2018 untuk meminta bantuan kepada Kepolisian Indonesia. Sebab, kapal mewah yang diberi nama Equanimity itu, diketahui sempat pelesiran ke beberapa spot perairan yang menarik di wilayah Indonesia, di antaranya Sorong, Raja Ampat, NTT, NTB, Bali, dan Maluku.
"Kepolisian Amerika telah menetapkan tersangkanya. Dan saat mengejar hasil kejahatannya ada di Indonesia. Jadi FBI Amerika melakukan join investigation dengan Bareskrim. Bareskrim membantu, lokasi di Benoa Bali," jelas Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Brigjen Agung Setya melalui keterangan tertulisnya, Rabu (28/2).
ADVERTISEMENT
Kapal ini diduga berkaitan dengan penyelidikan korupsi terkait dana negara Malaysia, 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Dana tersebut, kemudian masuk dalam sistem keuangan USA lalu digunakan untuk membeli Equanimity.
Kasus 1MDB terungkap dari dari laporan Wall Street Journal, mereka melaporkan uang USD 700 juta mengalir ke rekening-rekening pribadi milik Perdana Menteri Malaysia Najib Razak di 2 bank. Surat kabar tersebut mengatakan sumber dana tidak jelas dan para penyelidik pemerintah tidak memberikan perincian tentang penggunaan dana tersebut, begitu masuk ke rekening Najib.
Pemeriksaan lanjutan kapal Equanimity (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pemeriksaan lanjutan kapal Equanimity (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
Pemilik Kapal Mewah
Pertanyaan berikutnya siapa pemilik kapal supermewah yang bermasalah ini? Nama seorang pengusaha asal Malaysia Jho Low mencuat ke permukaan. Low disebut-sebut sebagai pemilik kapal premium itu.
Terkait dengan disitanya kapal mewah tersebut, Low melontarkan kritik kepada Kementerian Kehakiman AS. Pria yang kerap disapa Jho Low ini mengatakan, AS tidak memberikan bukti kuat kepada aparat keamanan Indonesia untuk menyita aset miliknya tersebut. Low bahkan menuding ada motif politik di balik penyitaan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Ini sangat mengecewakan, tuduhan ini cacat dan punya motif politik di belakangnya, Kementerian Kehakiman AS terus melakukan pola seperti ini di seluruh dunia, mereka melakukan ini tanpa bukti yang mendukung," sebut Low lewat juru bicaranya, seperti dikutip dari The Star, Kamis (1/3).
Pengusaha Malaysia, Jho Low (Foto: Dimitrios Kambouris/Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Pengusaha Malaysia, Jho Low (Foto: Dimitrios Kambouris/Getty Images)
Siapa sebenarnya Jho Low? Pria bernama lengkap Low Taek Jho ini bukanlah orang sembarangan. Lelaki kelahiran Penang itu dikenal dekat dengan lingkar kekuasaan Pemerintah Malaysia, bahkan namanya disebut-sebut terkait dalam skandal dugaan korupsi di 1MDB.
Karier bisnis Jho Low dimulai ketika dia membantu beberapa pesohor Malaysia, termasuk anak tiri Perdana Menteri Najib Razak, Riza Azis, mengelola keuangan. Bisnisnya terus meroket. Sejumlah properti mewah di AS dimilikinya, termasuk kondominium milik Jay Z dan Beyonce yang bernilah 30 juta dolar AS.
ADVERTISEMENT
Aksi Jho Low terendus oleh media New York Times. Mereka melakukan liputan investigatif terkait pembelian properti mewah dengan 'uang tersembunyi'.
FBI Sita Kapal Pesiar Equanimity (Foto: Rully Prasetyo / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
FBI Sita Kapal Pesiar Equanimity (Foto: Rully Prasetyo / AFP)
Penyelidikan New York Times berujung pada dugaan Jho Low terkait skandal mega korupsi 1MDB. Beberapa kerabat Jho Low diketahui masuk jajaran petinggi BUMN bermasalah tersebut.
Mendengar namanya masuk terkait kasus tersebut, Jho Low membantah keras tuduhan itu. Dia menilai tudingan terhadap dirinya tidak berdasar. Namun begitu, skandal 1MDB terus bergulir. Kapal luks Equanimity seharga Rp 3 triliun hanya satu dari barang mewah yang diduga dibeli dengan dana 1MDB yang digelapkan.
Sejumlah barang mewah diduga dibeli Low dengan dana hasil korupsi 1MDB antara lain jet pribadi, lukisan Vincent Van Gogh, dua lukisan monet, dua lukisan Pablo Picasso, hingga dua mansion mewah di AS dan Inggris.
Bareskrim memeriksa kapal pesiar (Foto: Dok. Bareskrim Polri)
zoom-in-whitePerbesar
Bareskrim memeriksa kapal pesiar (Foto: Dok. Bareskrim Polri)
Dikendalikan dari Cayman Island
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto menyebut tersangka pemilik kapal tersebut saat ini tengah berada di Amerika Serikat. Menurut Dirtipid Eksus Bareskrim Polri Brigjen Agung Setya, kapal mewah itu sudah berada di Indonesia sejak tahun 2017. Hasil pemeriksaan menunjukkan kapal tersebut dikendalikan oleh perusahaan dari Kepulauan Cayman, Karibia.
"Kapal itu dikendalikan perusahaan dari Cayman Island. Pemeriksaan kapal masih dilakukan, tidak ada penumpang di kapal ini," kata Agung.
Kepulauan Cayman merupakan sebuah wilayah luar negeri Britania Raya di Laut Karibia bagian barat, yang kerap menjadi tempat penyimpanan uang.
Kapal pesiar "Equanimity" (Foto: AFP/Rully Prasetyo )
zoom-in-whitePerbesar
Kapal pesiar "Equanimity" (Foto: AFP/Rully Prasetyo )
Agung juga mengatakan, hingga Kamis (1/3), Polri masih belum menerima surat keberatan dari Jho Low. Namun, Agung memastikan bahwa penyitaan kapal itu dilakukan setelah mendapat seizure warrant dari FBI karena pembelian kapal tersebut berasal dari pencucian uang.
ADVERTISEMENT
"Soal pencucian uang itu sudah confirm," kata Agung.
Proses pemeriksaan terhadap kapal mahal ini pun masih terus berlangsung. Pemeriksaan antara lain dilakukan untuk menggali informasi dari para awak kapal yang berasal dari berbagai negara tersebut, juga mencari alat bukti lain yang menunjang proses penyidikan yang sudah dilakukan.