Mengapa Turis Singapura Diserang Komodo Saat Memotret?

4 Mei 2017 16:13 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rangga, Komodo di Taman Safari Bogor. (Foto: Niken Nurani/kumparan)
Turis Singapura Loh Lee Aik (68) digigit komodo di Desa Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Lee Aik menderita luka di bagian betis akibat gigitan hewan purba itu. (Baca: Turis Singapura Digigit Komodo Saat Memotret)
ADVERTISEMENT
Saat kejadian, Lee Aik tengah mengabadikan komodo yang sedang memakan bangkai kambing. Saking asyiknya, ia tidak menyadari di dekatnya ada komodo kecil lain yang kemudian langsung menggigit betis kaki bagian kirinya hingga robek.
Mengapa Lee Aik bisa digigit komodo saat sedang memotret?
Peneliti komodo, Ardiantiono, mengatakan komodo menyerang saat merasa wilayahnya terganggu. Mungkin saja saat itu Lee Aik terlalu dekat dengan sumber makanan. Menurut Adriantiono komodo memang bersifat lebih agresif karena menyangkut sumber daya yang penting bagi mereka.
"Ketika mereka merasa terganggu karena misalnya manusia terlalu dekat mereka, mereka akan menyerang. Ada kemungkinan mereka merasa terganggu karena dianggap manusia ingin mengambil makanan mereka," ujar peneliti lulusan Bilologi Universitas Indonesia itu. (Baca: Jarak Minimal Nonton Komodo Makan: 30 Meter)
ADVERTISEMENT
Taman Nasional Komodo (Foto: Instagram/@tjgrace)
Ardiantiono juga mengungkapkan kemungkinan turis itu yang dianggap sebagai makanan oleh komodo. Posisi turis yang dekat dengan bau sumber makanan membuat komodo mengasosiasikan turis tersebut dengan makanan yang siap untuk dimakan.
"Begitu didekati dan turis beraksi misalnya mendadak berdiri atau membuat gerakan mendadak, itu akan memicu komodo untuk menyerang karena merasa terancam atau teringat akan mangsa," papar peneliti yang berkolaborasi dengan Komodo Survival Program ini.
Kemungkinan lainnya adalah posisi turis yang mengambil foto tidak dalam posisi berdiri namun dalam posisi jongkok, sehingga terlihat lebih kecil dan tidak mengancam untuk komodo.
"Satwa liar secara umum takut dengan manusia, terutama ketika kita berdiri. Karena itu memberikan kesan kita lebih besar dan "mengancam". Jadi mungkin itu juga berpengaruh," ujar Ardiantiono.
ADVERTISEMENT
Taman Nasional Komodo. (Foto: Dok. New 7 Wonder)
Dia mencontohkan kasus yang pernah terjadi pada seorang polisi hutan (polhut) atau ranger yang digigit di kantor Taman Nasional Loh Buaya, Pulau Rinca, NTT. Saat itu komodo masuk ke dalam ruangan polhut, karena kaget polhut melompat ke atas meja dan membuat komodo menyerang.
"Gerakan yang mendadak itu memicu komodo untuk menyerang polhut," katanya.
Namun terlepas dari itu, menurut Ardiantiono komodo itu pada dasarnya tidak akan menyerang manusia dalam kondisi normal. Jarang sekali kasus gigitan komodo karena murni mencari mangsa. Biasanya kasus terjadi karena manusia yang berada terlalu dekat atau reaksi manusia yang membuat komodo terkejut.
"Di daerah Taman Nasional yang jarang banget didatangi turis, pas ketemu sama komodo pasti mereka kabur," ucap Ardiantiono.
ADVERTISEMENT
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Seksi Perencanaan, Perlindungan dan Pengawetan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam NTT, Imanuel Ndun. Dia mengatakan komodo bisa menyerang ketika mereka merasa teritorialnya terancam.
"Komodo itu akan menyerang kalau mereka merasa terancam dan wilayahnya dimasuki orang," kata Imanuel.
Imanuel menyarankan agar turis tidak pergi sendiri saat ingin melihat komodo. Pastikan ada pemandu wisata yang bisa memberikan pertolongan bila terjadi sesuai.
Bagi wisatawan yang sedang haid atau menderita luka berdarah, tidak disarankan untuk masuk ke kawasan komodo karena bisa membuat komodo menyerang.
ADVERTISEMENT
"Bau darah itu bisa memicu komodo datang dan menyerang. Indra penciuman komodo itu bisa sampai berkilo-kilometer," katanya.