Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
ADVERTISEMENT

Mantan tak abadi, tapi kenangan tentangnya kadang mengendap di sanubari. Sial sekali.
ADVERTISEMENT
Lantas, mencari kekasih baru untuk sekadar menghapus jejaknya seakan jadi hal lumrah. Padahal, cara itu pun berpotensi menggiring pada luka hati berikutnya.
Apakah jika kamu sakit hati, lantas kamu berhak menyakiti hati orang lain? Tentu tidak.
Semua tahu, putus hubungan, patah hati, adalah hal menyedihkan. Seakan kamu jadi orang paling merana di dunia. Seolah derita berpusat padamu.
Patah hati memang kiamat kecil. Yang menyebalkan, bayang mantan tak jua hilang. Membuat hatimu sesak tak terperi.
“Aku kudu piye,” jeritmu dalam hati --yang robek.
Kamu lalu melakukan segala cara untuk mengusir memori mantan. Menyibukkan diri dengan seabrek kegiatan, menyediakan diri untuk bekerja lembur, sampai membakar barang peninggalan si mantan.
Tapi… apa semua itu efektif? Belum tentu.
ADVERTISEMENT
Melarutkan diri dalam interaksi kelompok memang bisa membuatmu melupakan dia, tapi itu hanya sementara. Nanti ketika kamu sudah di kamarmu lagi, sendirian, hendak beristirahat, niscaya bayang mantan akan kembali bergentayangan memasuki sel-sel otakmu.
“Jadi aku kudu piye?!” jeritmu sekali lagi, dengan benak dipenuhi kelebat wajah sang mantan.

Fenomena sulitnya mengusir mantan lantas menjadi inspirasi bagi sekelompok anak muda di Yogyakarta untuk berbuat sesuatu yang solutif. Mereka ingin mencarikan jalan agar para “korban” mantan ini bisa perlahan melupakan masa lalu.
Bulan Februari ini, yang bagi sebagian orang dianggap sebagai bulan penuh cinta, digelarlah Festival Melupakan Mantan (FMM) di Yogyakarta mulai akhir pekan ini, 11-13 Februari.
Mari merayakan kenangan atas mantan untuk mengubur masa lalu! Ihklaskan!
ADVERTISEMENT
Begitu kira-kira filosofinya, yang versi panjangnya dalam situs resmi mereka, festivalmelupakanmantan.com, dituliskan sebagai berikut.
“FMM2017 mengangkat dinamika perjalanan cinta anak muda, di balik layar kisah cinta seperti kegelisahan, gundah gulama, kesedihan, dan kepergian.”
“FMM 2017 merespon kepergian dan kegelisahan ini sebagai suatu spontanitas dan situasi alamiah yang sering dialami para muda-mudi, bagaimana momen hilangnya harapan, bertumpuknya beban, dan segala bentuk kegelapan sampai pada titik menemukan semangat baru untuk melanjutkan hidup yang juga baru.”
Festival ini bahkan punya sesi berdoa bersama. Pada sesi ini, seribu orang lebih akan berkumpul di depan sebuah galeri besar yang berisi foto para mantan mereka. Galeri itu sekadar simbol, sedangkan doa dipanjatkan pada Tuhan agar ikhlas datang dan hati siap menapak hidup baru tanpa mantan.
ADVERTISEMENT
“Ini penyelenggaraan ketiga. Kami menyelenggarakan festival ini setiap tanggal 13 Februari. Berawal dari obrolan biasa, kemudian kami ingin merespons Valentine’s Day dengan cara urban dan lebih Indonesia,” kata penanggung jawab humas Festival Melupakan Mantan, Seto Prayogi, saat berbincang dengan kumparan, Selasa (7/2).
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pengunjung festival akan membawa barang kenangan “warisan” si mantan, termasuk foto si mantan yang bakal dipajang di galeri besar bersama mantan-mantan orang lain.
“Justru kami adakan ritual doa karena Valentine itu kebarat-baratan. Sambil berdoa, pengunjung menuliskan harapan dan hal-hal yang dipelajari dari hubungan masa lalu mereka,” ujar Seto.
Festival Melupakan Mantan dilengkapi dengan sesi berbagi cerita dan mendonasikan barang kenangan mantan. Salah satu barang yang pernah didonasikan ialah: skripsi.
ADVERTISEMENT
Loh kok? Ternyata, seorang perempuan mendonasikan skripsinya karena proses pengerjaannya melibatkan banyak kenangan bersama mantan.
“Dia menceritakan, skripsi itu jadi karena mantannya yang mendorong. Tapi karena hubungannya berakhir, ia sempat merasa skripsi itu tak ada gunanya, seakan dia tak punya masa depan,” kata Seto.
Namun setelah datang ke Festival Melupakan Mantan, lanjut Seto, perempuan itu sadar bahwa skripsi itu bukan cuma soal si mantan, tapi keilmuan yang ia dapatkan.
“Skripsi dia donasikan, tapi dia jadi sadar skripsinya itu penting, sehingga salinannya ia simpan baik,” ujar Seto.
“Mereka (“korban” mantan) akhirnya menganggap hal-hal sensitif tentang mantan dan kegalauan, menjadi hal yang fun. Fun itu mereka enggak malu dengan cerita mereka. Ada cerita yang suram dan menyedihkan, tapi kalau ramai-ramai auranya jadi berbeda. Mereka menjadi satu rasa,” kata Seto.
ADVERTISEMENT
Setelah dua tahun berjalan, Festival Melupakan Mantan terlihat menyedot animo besar dari masyarakat. Itu sebabnya tahun 2017 ini, waktu penyelenggaran ditambah hingga 3 hari, tak sehari seperti tahun-tahun sebelumnya.
Panitia berharap festival ini bisa menjadi obat penawar paling tepat untuk mereka yang ingin menghapus jejak para mantan.
“Golnya adalah menyenangkan semua orang,” ujar Seto.
“Mari melupakan mantan dengan cara elegan.”

Ikuti perjalanan mantan di sini
