Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya, Kanter jatuh sakit. Pebasket asal Turki itu pun harus absen mengikuti sesi latihan Knicks. Akan tetapi, insiden itu tidak pernah menghalangi Kanter untuk menyantap makanan-makanan kesukaannya dalam jumlah tak masuk di akal.
Sebenarnya, bagi sosok seperti Kanter, makan dalam jumlah besar adalah hal wajar. Pasalnya, dia tak seperti orang kebanyakan. Tubuhnya begitu besar, menjulang sampai 211 sentimeter dengan bobot mencapai 121 kilogram. Jika Kanter butuh banyak asupan makan, itu karena dia memang memerlukan banyak bahan bakar untuk menggerakkan tubuh.
Namun, pada dasarnya Kanter memang seorang foodie. Tak cuma makan, dia juga doyan memasak. Bahkan, pria 26 tahun itu memiliki acara memasak bernama 'Kitchen11' di kanal YouTube-nya. Pendek kata, Kanter tak pernah bisa jauh-jauh dari yang namanya makanan.
ADVERTISEMENT
Kecuali, tentu saja, pada bulan Ramadhan.
Menjalani puasa adalah kewajiban bagi seorang muslim seperti Kanter dan hal itu sudah dia jalankan sejak masih kanak-kanak. Kini, sebagai seorang atlet yang berkompetisi di level tertinggi olahraga, Kanter pun tak pernah meninggalkannya. Selain berpuasa, salat lima waktu juga tidak pernah dilupakannya.
Dalam perspektif basket, puasa tahun ini adalah yang terberat bagi Kanter. Pasalnya, ini adalah kali pertama dia menjalankan ibadah tersebut di masa playoff NBA. Setiap tahunnya bulan Ramadhan datang sebelas hari lebih cepat ketimbang pada tahun sebelumnya dan kali ini bulan suci datang ketika Kanter sedang berjuang di post-season bersama Portland Trail Blazers.
ADVERTISEMENT
Awalnya, Kanter mengaku gugup saat hendak menjalani pertandingan playoff pertama di bulan Ramadhan. Pertandingan yang dimaksud adalah gim kelima semifinal Wilayah Barat menghadapi Denver Nuggets. Pemain yang berposisi sebagai center itu gugup karena dia tak tahu respons seperti apa yang akan diberikan tubuhnya dan dia tahu orang-orang akan menyalahkan ibadahnya jika dia tampil buruk.
Sebenarnya, Kanter sedikit beruntung hari itu karena pertandingan tersebut digelar pada pukul delapan malam, sesudah waktunya berbuka. Namun, karena gugup, Kanter pun berbuka banyak-banyak. Dia melahap enam roti lapis berisi selai kacang dan jeli serta menenggak sebotol Gatorade sebelum turun gelanggang.
Rekan setimnya, Gary Trent Jr., sempat khawatir Kanter akan muntah saat pertandingan. Namun, Kanter mampu melewati laga tanpa halangan apa-apa. Blazers memang kalah, tetapi kekalahan itu terjadi bukan karena Kanter berpuasa, melainkan karena seluruh pemain tak bermain optimal.
ADVERTISEMENT
Sebagai bukti bahwa berpuasa bukan masalah bagi Kanter , pada gim ketujuh kontra Nuggets dia mampu mencatatkan double-double (12 poin dan 13 rebound). Bersama bintang Nuggets, Nikola Jokic, Kanter jadi pengemas rebound terbanyak dalam pertandingan tersebut. Blazers menang 100-96 dan berhak lolos ke final Wilayah Barat.
Pada gim ketujuh itu perjuangan Kanter bahkan lebih berat lagi. Jika gim kelima diselenggarakan pada malam hari, gim ketujuh itu dihelat tengah hari. Di saat rekan-rekannya menenggak air di sekelilingnya, Kanter tetap teguh bertahan. Total, pemain kelahiran Zuerich, Swiss, itu bisa bermain prima selama 40 menit.
Aksi cemerlang Kanter itu mendapat pujian dari rekan setimnya yang lain, Moe Harkless. "Entah apa yang terjadi kepadaku kalau aku tidak makan dalam beberapa jam. Aku tak bisa membayangkan. Dia bilang dia merasa rileks dan bisa bermain dengan pikiran jernih. Entahlah. Itu menunjukkan betapa tangguh dirinya," kata Harkless.
ADVERTISEMENT
Jika Kanter mampu selalu tampil prima selama berpuasa, itu bukan kebetulan. Selain karena didorong oleh kepercayaannya yang kuat, Kanter juga melakukan persiapan dengan baik. Setidaknya, ada dua hal yang dia lakukan untuk mengkondisikan tubuhnya.
Pertama, dengan melakukan puasa sunah. Di luar bulan Ramadhan, Kanter secara rutin berpuasa agar tubuhnya terbiasa bekerja tanpa bantuan makanan dan minuman. Kemudian, Kanter juga meminta bantuan dari senior-seniornya di NBA. Kepada Hakeem Olajuwon, salah satunya, dia sempat meminta saran.
Olajuwon adalah salah satu pebasket terbaik yang pernah hidup di muka bumi. Dua kali sudah dia menjadi juara NBA bersama Houston Rockets dan kini Olajuwon adalah bagian dari Basketball Hall of Fame. Selama berkarier, pria kelahiran Nigeria itu beberapa kali harus bertanding di playoff dalam kondisi berpuasa.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, saran dari Olajuwon akhirnya tidak diikuti oleh Kanter. Sebab, Olajuwon sendiri menyarankan agar dia cuma menyantap kurma dan oatmeal saat sahur. "Aku ini 'kan tukang makan. Aku suka pasta, aku suka granola bars, aku suka minum Gatorade. Saat sahur, ya, kalau bisa aku makan sebanyak-banyaknya agar tidak lapar," seloroh Kanter .
Namun, pada akhirnya, yang membuat Kanter bisa bertahan dan tetap menunjukkan kemampuan terbaik selama berpuasa adalah kepercayaannya. Seorang ahli nutrisi dari University of Memphis, dr. Richard Bloomer, kepada New York Times berkata bahwa kekuatan pikiran akan sangat membantu seseorang saat berpuasa.
"Jika Kanter berpikir bahwa berpuasa akan menghalangi dirinya, itu bisa saja terjadi. Namun, secara fisiologis, pengaruhnya tidak ada sama sekali," tutur dr. Bloomer.
ADVERTISEMENT
Argumen ini pun diamini oleh Kanter. Juga kepada Times, dia berucap, "Aku malah bisa bekerja lebih keras saat berpuasa karena tubuhku sudah terbiasa."
Kekuatan pikiran itu nyatanya amat berpengaruh pada kapabilitas Kanter di arena. Tahun ini, selain berpuasa, Kanter juga harus bergelut dengan cedera bahu. Dia pun cuma bisa mengonsumsi obat sebelum sahur dan setelah berbuka. Namun, kenyataannya, di atas lapangan dia tetap trengginas.
Pada semifinal lalu, Kanter mampu mencatatkan rata-rata 8,8 poin dan 10,9 rebound dalam kondisi berpuasa. Di babak final, catatan Kanter pun masih tinggi. Dari dua laga, meski Blazers harus menelan kekalahan, Kanter mencatatkan rata-rata 7 poin 10,5 rebound. Lewat torehan ini, Kanter membuktikan bahwa berpegang teguh pada ajaran agama tak melulu berarti mengorbankan profesionalitas.
ADVERTISEMENT