CEO Facebook Sebut Bunuh Diri Bisa Dicegah dengan Bantuan Orang Dekat

19 Maret 2017 10:46 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
CEO Facebook, Mark Zuckerberg ketika berbicara di forum APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) CEO Summit  (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
CEO Facebook, Mark Zuckerberg ketika berbicara di forum APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) CEO Summit (Foto: Reuters)
Aksi mengerikan terjadi di situs jejaring sosial Facebook pada Jumat (17/3) malam. Seorang penggunanya dari Indonesia bernama Pahinggar Indrawan (36) melakukan aksi gantung diri yang ia siarkan secara langsung lewat fitur Facebook Live dan telah disaksikan ribuan kali. Aksi itu sebenarnya ia lakukan pada Jumat pagi, tapi baru ramai diperbincangkan pada sore hingga malam di hari yang sama. Facebook sendiri sudah menghapus video tersebut dari profil Pahinggar. Video berdurasi 1 jam 45 menit tersebut memang mengerikan dan bukan tayangan yang baik bagi warga. Lalu bagaimana caranya mencegah hal seperti itu terjadi? Memang Facebook tak bisa disalahkan atas terjadinya aksi bunuh diri Pahinggar, karena sulit untuk memantau jutaan konten yang diunggah setiap waktunya di platform media sosial tersebut. Oleh karena itu, peran masyarakat juga sangat penting untuk melaporkan kejadian ini dan bisa turut membantu mencegah korban melakukan bunuh diri. Baca juga: Lima Orang Ini Rekam Aksi Bunuh Diri di Media Sosial "Bunuh diri adalah penyebab kematian kedua terbesar untuk orang-orang berusia 15-29 tahun. Mencegah terjadinya bunuh diri memang rumit, tapi para ahli mengatakan cara terbaik untuk membantu orang yang depresi adalah memberi perhatian dari orang-orang terdekat," tulis CEO sekaligus pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, pada 1 Maret lalu. Sebelum terjadinya tragedi Pahinggar, Facebook memang sudah menyoroti fenomena bunuh diri yang disiarkan secara live di platform mereka. Sebuah fitur untuk membantu orang-orang depresi sedang disiapkan Facebook dan diharapkan dapat mencegah terjadinya aksi-aksi serupa. Facebook akan menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau biasa disebut AI (artificial intelligence) dan pengenalan pola-pola tertentu untuk menyesuaikan dengan pengguna. Baca juga: Facebook Pakai Kecerdasan Buatan untuk Cegah Aksi Bunuh Diri Fitur pencegah bunuh diri itu akan tersedia di Facebook Live, dengan tujuan langsung menghubungkan orang yang depresi secara langsung dan real-time. Jika Facebook meyakini orang yang sedang live itu butuh pertolongan, maka ia akan menerima notifikasi berisi pencegahan bunuh diri saat masih mengudara. Teman-teman yang melihat video itu bisa melaporkan jika pengguna tersebut terlihat akan mencoba bunuh diri dan mereka pun bisa ikut membantunya. Untuk mengembangkan fitur ini, Facebook bekerja sama dengan beberapa organisasi, seperti National Suicide Prevention Lifeline, National Eating Disorder Association, dan Crisis Text Line. Jika video pengguna itu sudah ditandai dengan dugaan akan melakukan bunuh diri dan ia ingin berbicara dengan seseorang, ia bisa langsung menghubungi orang tersebut melalui Messenger. "Ketika seseorang mulai berpikir untuk melakukan bunuh diri atau melukai diri sendiri, kami punya alat yang membuat teman-temannya bisa menghubunginya langsung atau melaporkannya sehingga kami bisa membantu. Tapi, dengan miliaran konten, komentar, dan pesan setiap harinya (di Facebook), kami memiliki keterbatasan dengan apa yang dilaporkan," lanjut Zuckerberg. "Sudah terjadi beberapa kejadian tragis, seperti bunuh diri, bahkan disiarkan langsung. Ini seharusnya bisa dicegah jika seseorang dapat menyadari apa yang terjadi dan melaporkannya lebih cepat." Baca juga: Kemkominfo Imbau Warga Tidak Upload Ulang Video Bunuh Diri Teknologi AI yang digunakan Facebook dalam fitur ini berfungsi untuk menemukan pola-pola di antara video-video yang ditandai tersebut, lalu mengidentifikasi pengguna-pengguna yang kemungkinan akan melakukan bunuh diri. Zuckerberg menyatakan komitmennya untuk membangun infrastruktur sosial yang membantu masyarakat untuk mengidentifikasi masalah sebelum hal itu terhadi. Saat ini, fitur tersebut sedang diuji di Amerika Serikat dan belum diketahui kapan akan diresmikan.
ADVERTISEMENT