Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pada 2016 lalu, Desa Penglipuran terpilih sebagai desa terbersih ketiga dunia versi majalah internasional Boombastic.
Kemudian di tahun berikutnya, Desa Penglipuran juga pernah mendapat penghargaan ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Award) 2017 dengan peringkat terbaik untuk kategori pelestarian budaya.
Bahkan, penghargaan terbaru, Desa Penglipuran dan Pemuteran masuk dalam Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation.
Dalam rangka untuk menggaungkan kembali salah satu desa wisata yang ada di Bali ini, Penglipuran Village Festival (PVF) pun digelar dari tanggal 9-30 Desember 2019 untuk menarik lebih banyak wisatawan ke Bali.
Menurut Tenaga Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bidang Pemasaran dan Kerja sama Pariwisata, I Gde Pitana mengatakan PVF 2019 merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas desa wisata Penglipuran serta desa lainnya di kawasan Bangli.
“Dalam program Bali Recovery, Kemenparekraf selain memberikan dukungan pada event PVF juga pada Festival Kintamani dalam upaya meningkatkan kualitas serta citra pariwisata di Kabupaten Bangli dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan,” katanya.
ADVERTISEMENT
I Gde Pitana menambahkan festival yang memasuki penyelenggaraan ketujuh ini diharapkan menjadi sarana promosi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus).
"Penyelenggaraan PVF yang sudah berlangsung secara rutin ini merupakan suatu wujud nyata komitmen daya tarik wisata di Desa Penglipuran untuk senantiasa melestarikan seni dan budaya Bali serta pada saat yang sama menghidupkan pariwisata untuk menyejahterakan masyarakat lokal," imbuhnya
Sementara itu, Pitana menjelaskan bahwa festival harus diartikan sebagai salah satu bentuk investasi untuk mengenalkan destinasi ke dunia internasional. Namun, patut dicatat bahwa suatu festival akan dapat dikenal dan menjadi brand suatu destinasi apabila dilakukan secara konsisten dan dengan waktu yang sudah pasti.
“Pengalaman menunjukkan bahwa suatu festival harus dipastikan tempat, waktu, dan berbagai agendanya setahun sebelum hari H. Kelemahan kita selama ini adalah kurang promosi dan kurang pastinya tanggal pelaksanaan festival-festival yang begitu banyak yang kita lakukan di Bali maupun di seluruh Indonesia,” katanya.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan sebuah festival, kata Pitana, haruslah mempunyai visi yang pada ujungnya adalah untuk kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, sebuah festival yang penuh dengan nilai kreativitas yang tinggi dengan cultural values harus mampu dikonversi ke arah nilai ekonomi yaitu kesejahteraan masyarakat.
"Kesejahteraan ini bukan saja sifatnya sementara, melainkan harus berkelanjutan sehingga festival bisa menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi sebagai suatu modal atau capital," imbuh Pitana.
PVF diselenggarakan setiap akhir tahun dirangkaikan dengan penyambutan tahun baru. Rangkaian kegiatan PVF 2019 antara lain pembukaan yang menampilkan Parade Pakaian Adat Bali Tempo Dulu, Barong Ngelawang, dan Parade Seni Budaya lainnya, serta aneka lomba.
Penyelenggaraan PVF terbukti mampu meningkatkan kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Penglipuran pada 2018 sebanyak 10.500 wisatawan. Sedangkan pada 2019 ditargetkan akan berkunjung 13.500 wisatawan terdiri dari 2.700 wisman dan 10.800 wisnus.
ADVERTISEMENT