Paus Fransiskus: Keberanian Berbuah Kontroversi

15 Maret 2017 11:02 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Paus Francis (Foto: Pixabay)
Sederhana. Kesan itu terpancar kuat dari diri Pope Francis atau Paus Fransiskus. Dengan kesederhanaan itu, ia memimpin misa di Basilika Santo Petrus, tempatnya bertugas melayani umat Katolik dunia.
Paus Fransiskus memimpin Misa malam Natal di Vatikan (Foto: Tony Gentile/Reuters)
Basilika Santo Petrus. Itulah pusat kekuasaan Katolik dunia. (Baca: )
ADVERTISEMENT
Namun, berada di sana dan mengemban posisi kuat dan strategis tak membuat Paus Fransiskus lantas bersikap “semena-mena”. Ia memosisikan diri layaknya manusia biasa, tak lebih tinggi dari umatnya.
Paus Fransiskus yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio itu terpilih menjadi Paus ke-266 Gereja Katolik Roma. Sebagai pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus tak diam di menara gading. Ia turun langsung menemui umatnya dan berbincang dengan mereka.
Di tengah badai kemanusiaan yang makin gencar menyerang dunia, Paus Fransiskus berkeliling memberikan berkatnya, berbicara mengetuk hati nurani warga dunia.
Sikap dan pesan yang ia sampaikan lewat homili (hotbah) di tiap misa kerap memberi sentuhan kemanusiaan bagi umatnya. Tak jarang dalam beberapa pesannya, Paus Fransiskus dianggap kontroversial dan “berani”.
ADVERTISEMENT
Karena sikapnya yang lugas itu, pada tahun pertamanya melayani umat sebagai Paus, ia sudah demikian populer. Tak hanya di kalangan penganut Katolik, tapi juga di dunia.
(Baca juga: )
Paus Fransiskus memberikan sambutan tradisional di hadapn Kuria Roma. (Foto: Gregorio Borgia/Reuters)
Berikut beberapa pernyataan Paus Fransiskus yang dianggap lugas dan berani.
Menanggapi pendeta/pastor yang gay, Paus Fransiskus balik bertanya, “Siapakah saya ini berhak menghakimi?”
Paus Fransiskus di Brasil tahn 2013 berkata, “Jika seseorang adalah gay dan ia mencari Tuhan dan memiliki niat baik, maka siapakah saya ini berhak menghakimi?”
Ia mengucapkan kalimat tersebut untuk menjawab pertanyaan mengenai posisi Gereja bila ada pendeta/pastor yang menyukai sesama jenis.
Pesan yang terbilang kontroversial untuk lingkungan Gereja Katolik itu terkesan berseberangan dengan ucapan pendahulunya, Paus Benediktus XVI, yang menyebut homoseksualitas adalah perbuatan Iblis.
ADVERTISEMENT
Soal homoseksualitas itu, Paus Fransiskus menyatakan bahwa kecenderungan seksual tersebut dapat diadvokasi dengan perilaku dan sikap yang tepat.
Menyatakan evolusi sesuai dengan penciptaan.
“Tuhan bukanlah dewa maupun pesulap, melainkan Pencipta yang membuat segalanya menjadi hidup. Proses evolusi di alam selaras dengan gagasan mengenai penciptaan, karena evolusi memerlukan penciptaan makhluk yang terus berkembang.”
Pernyataan ini disampaikan Paus Fransiskus pada perhelatan Pontifical Academy of Sciences di Vatikan, Oktober 2014.
Paus Fransiskus menjelaskan, semesta diciptakan bukan berawal dari kekacauan, melainkan dengan kasih Allah.
Terlepas dari berbagai persepsi yang ada, Gereja Katolik tak pernah secara gamblang menolak teori evolusi seperti yang dilakukan Protestan.
Teori evolusi Darwin meyakini makhluk hidup berubah secara lambat dalam waktu lama, sehingga berkembang menjadi berbagai spesies baru dengan struktur tubuh lebih lengkap. Dengan demikian, makhluk hidup yang sekarang, termasuk manusia, berbeda wujudnya pada zaman dulu.
ADVERTISEMENT
Teori evolusi, menurut Paus Pius XII pada tahun 1950, bisa dihubungkan dengan ajaran Katolik. Pernyataan ini diafirmasi oleh Beato Yohanes Paul II pada 1996.
Mengatakan “Komunis adalah Kristen.”
Aksi Komunis pasca Perang Dunia ke 2 (Foto: Wikimedia Commons)
"I can only say that the communists have stolen our flag. The flag of the poor is Christian. Poverty is at the center of the Gospel ... Communists say that all this is communism. Sure, twenty centuries later. So when they speak, one can say to them, 'But then you are a Christian.'"
Karena ucapannya itu, yang sesungguhnya kecaman terhadap praktik kejam kapitalisme, Paus Fransiskus sempat dituding Marxist.
Untuk menjelaskan pernyataannya tersebut, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Kristianitas memiliki nilai serupa dengan yang diperjuangkan oleh komunisme, yakni kepedulian terhadap kemiskinan dan keinginan untuk menolong mereka yang berada di jurang kemiskinan. Pun meski Komunis dan Kristianitas punya perbedaan dogma.
Bagian dari Basilika St. Petrus di Vatikan. (Foto: Pixabay)
Menyebut Eropa sebagai “Nenek Tua”.
ADVERTISEMENT
“Sepanjang hidup, kita akan menemui masa penuaan, sama halnya dengan Eropa yang kini sudah menjadi ‘nenek tua’, sudah tak lagi subur dan bersemangat. Sehingga, berbagai ide besar yang menginspirasi Eropa nampaknya sudah tak lagi menarik, digantikan dengan berbagai isu birokrat dan institusional.”
Pernyataan Paus yang disampaikan untuk Parlemen Eropa, November 2014, itu sontak menuai kritik, salah satunya menuding dia diskriminatif terhadap orang lanjut usia --yang sesungguhnya pun termasuk dia sendiri.
Bukan cuma menyebut Eropa “Nenek Tua”, Paus juga amat berani dengan mengatakan Eropa dirundung penyakit sosial.
Ucapannya itu berkebalikan dengan perkataan Paus Yohanes Paulus II yang menyanjung Eropa sebagai “menara peradaban”.
Alih-alih menilai Eropa sebagai pusat peradaban, Paus Fransiskus meratapi Eropa yang menurutnya telah menelantarkan kaum miskin dan papa, serta meninggalkan martabat dan nilai kemanusiaan semata-mata demi keuntungan nilai ekonomi dan teknologi.
ADVERTISEMENT
Mencela kampanye dan gerakan “hak untuk mati”.
Ilustrasi bunuh diri (Foto: Pixabay)
“Cara pikir yang dominan kerap kali mengusung keibaan yang salah: menolong perempuan yang ingin aborsi, perizinan untuk melakukan eutanasia... Ini adalah persoalan ilmiah, karena ada kehidupan di sana, dan kita tidak berhak mengambil hidup manusia untuk menyelesaikan masalah.”
Paus Fransiskus menyatakan hal tersebut pada perhelatan Asosiasi Dokter Italia Katolik, November 2014, di tengah maraknya kampanye “memilih mati secara bermartabat” yang diusung Brittany Maynard, seorang warga Amerika yang mengidap kanker otak terminal dan karenanya menghendaki dan mendukung kematian dengan eutanasia.
Eutanasia, secara harfiah, ialah tindakan dengan sengaja mengakhiri kehidupan makhluk, termasuk manusia, yang sakit berat atau luka parah atas dasar perikemanusiaan.
Paus berpesan, yang diperlukan ialah kepedulian bagi mereka yang berusia senja, berkekurangan, dan difabel. Ia menegaskan, sudah selayaknya manusia menghormati hidup yang telah diberikan oleh Tuhan.
Paus Fransiskus menyampaikan kutbah ditengah misa malam Natal (Foto: Tony Gentile/Reuters)
Dengan segala kesederhanaan dan kerendahan hatinya, pesan yang disampaikan seorang Paus Fransiskus selalu sarat nilai kemanusiaan yang kini meluruh dari diri umat manusia.
ADVERTISEMENT
Kontroversi ucapan Paus Fransiskus sesungguhnya tak seberharga makna yang dikandung dalam tiap pesannya, untuk mengingatkan umat manusia akan wajah mereka saat ini: sarat ego, lantas lupa memanusiakan sesama manusia.
Dari berbagai sumber
Simak rangkaian kisah tentang Vatikan di sini