Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Jangan Kerahkan Jawara, Ulama atau Kader Partai ke TPS
17 April 2017 14:35 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Pilgub DKI Jakarta rasa Pilpres, semua orang seperti punya kepentingan dengan Jakarta. Paling mengkhawatirkan adalah adanya pengerahan massa untuk mengamankan TPS saat pencoblosan hari Rabu, 9 April 2017.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah para jawara dan pengacara yang dikumpulkan senator asal Jakarta, Fahira Idris. Pendukung Anies-Sandi ini serius mengumpulkan jawara, yaitu mereka yang pandai bersilat.
Saat dikenalkan ke Anies-Sandi pada 25 Februari lalu, Fahira mengklaim sudah ada 250 jawara dan 300 pengacara yang mendaftar dalam Bang Japra. Salah satu tujuannya adalah melawan intimidasi terhadap pemilih.
Jawara di TPS tak hanya disiapkan oleh pendukung Anies-Sandi, tapi pendukung Ahok-Djarot juga punya. Mereka adalah para pesilat Beksi Betawi.
Lalu bagaimana jadinya jika dua jawara beda kubu bertemu di satu TPS?
ADVERTISEMENT
Selain jawara, ada yang lebih besar yaitu pengerahan massa dari luar Jakarta dalam 'Tamasya Al-Maidah'. Mengusung semangat 'Aksi Bela Islam', mereka ingin menempatkan setiap orang di tiap TPS untuk memastikan umat Islam menggunakan hak pilihnya.
Hingga Jumat (14/3), panitia mengklaim sudah ada 1,3 juta orang yang mendaftar untuk mengamankan TPS di Jakarta.
Baca juga:
Selain jawara, pengacara, dan ulama, masing-masing partai politik juga mengerahkan pengurus hingga kadernya untuk memastikan pasangan calon yang diusung menang dalam pencoblosan Rabu (19/4) lusa.
Baca juga:
ADVERTISEMENT
Ketua KPU DKI Jakarta, Sumarno, mengatakan semua pihak punya tanggung jawab untuk menjaga suasana TPS kondusif, dan bebas intimidasi atau tekanan terhadap pemilih dan penyelenggara. Soal pengerahan massa, KPU sudah berkoordinasi dengan kepolisian.
"KPU berkoordinasi dengan kepolisian untuk menjaga suasana yang kondusif itu. Polisi akan melakukan pengamanan di TPS di-back up TNI," ujar Sumarno kepada kumparan (kumparan.com), Senin (17/4).
Koordinasi itu melahirkan maklumat bersama yang melarang adanya mobilisasi massa ke TPS.
Baca juga:
Sementara anggota Bawaslu DKI, Jufri, mengatakan bahwa pihaknya tak bisa melarang orang datang ke TPS. Namun tidak semua orang bisa masuk TPS. Hanya petugas KPU (KPPS), Panwaslu, saksi timses, dan pemilih.
ADVERTISEMENT
"Di dalam ring TPS hanya petugas KPPS, saksi, dan orang yang memilih. Mereka yang sudah memilih juga harus keluar kalau sudah selesai," ucap Jufri.
"Kalau ada yang ke TPS ya sah-sah saja kalau hanya memantau, tapi jangan lakukan intimidasi. Kalau Tamasya Al-Maidah atau kader partai dari luar Jakarta ke TPS, untuk apa? Kalau dalam rangka studi banding boleh saja, tapi kalau ada intimidasi atau menak-nakuti pemilih, harus ada tindakan dari keamanan," tegasnya.