Hobi Bonsai Dinilai Bisa Atasi Masalah Klitih di Jogja, Ini Penjelasannya

Konten Media Partner
11 Januari 2022 15:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Koordinator Wilayah Piyungan, Perhimpunan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Bantul DIY, Gunardi (kanan) sedang memasang kawat di pohon bonsainya. Foto: Widi Erha Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Koordinator Wilayah Piyungan, Perhimpunan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Bantul DIY, Gunardi (kanan) sedang memasang kawat di pohon bonsainya. Foto: Widi Erha Pradana
ADVERTISEMENT
Hobi merawat bonsai dinilai bisa jadi salah satu media untuk menyelesaikan masalah kejahatan jalanan klitih yang kembali marak dan meresahkan masyarakat Yogyakarta dalam sebulan terakhir. Hal tersebut disampaikan oleh Koordinator Wilayah Piyungan, Perhimpunan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Bantul DIY, Gunardi.
ADVERTISEMENT
Merawat bonsai, menurutnya bisa menjadi salah satu terapi untuk menurunkan tensi emosi anak muda yang sedang membara. Pasalnya, merawat bonsai adalah berbicara tentang kesabaran, bagaimana seseorang bisa menaklukan waktu dan nafsu di dalam dirinya.
“Dulu saya orangnya tempramen sekali, setelah menekuni bonsai baru saya bisa jadi orang yang jauh lebih sabar,” kata Gunardi ketika ditemui di rumahnya di Piyungan, Bantul, Sabtu (8/7).
Gunardi di sebelah bonsai rawatannya. Foto: Widi Erha Pradana
Anak-anak muda yang sering membuat onar itu, menurutnya hanya kurang difasilitasi dengan kegiatan-kegiatan positif dan produktif. Jika nanti mereka disibukkan dengan kegiatan-kegiatan merawat bonsai, harapannya waktu-waktu luang yang mereka miliki dapat dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang lebih positif dan meninggalkan kegiatan-kegiatan yang mengganggu keamanan dan kenyamanan orang lain.
“Jadi energi anak muda yang mereka miliki, bisa dilampiaskan ke kegiatan-kegiatan yang positif,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Anak-anak nantinya bisa diberi tugas oleh sekolah untuk menjaga dan merawat bonsai masing-masing. Selain untuk melatih kesabaran dan membentuk karakter, hal ini juga bisa sekaligus untuk melatih jiwa wirausaha mereka. Kendati demikian, ini bukanlah solusi jangka pendek. Karena berkaitan dengan karakter, maka butuh waktu panjang untuk bisa melihat hasilnya.
Sebagai permulaan, PPBI Bantul akan menyelenggarakan kegiatan ‘Bonsai On The Road’, pada Minggu (9/1). Dalam kegiatan itu, mereka akan memberikan edukasi kepada masyarakat luas, khususnya di daerah Bantul, terkait manfaat bonsai. Mereka juga akan membagikan ribuan bibit bonsai hasil budidaya mereka secara gratis kepada masyarakat.
“Harapannya ini jadi langkah awal, supaya masyarakat terutama anak-anak muda lebih mengenal dan akhirnya mau terjun ke dunia bonsai,” kata Gunardi.
ADVERTISEMENT
Hal senada dikatakan oleh Eko Hastomo, salah seorang anggota PPBI Bantul yang juga berprofesi sebagai seorang guru. Menurutnya, bonsai menjadi media yang tepat untuk membentuk karakter anak. Namun, hal ini sulit untuk diwujudkan tanpa intervensi atau dukungan dari pemerintah.
Menurutnya, pengetahuan mengenai bonsai bahkan perlu jadi kurikulum tersendiri yang diajarkan di sekolah dalam bentuk kurikulum lokal.
“Kan luar biasa sekali kalau ini bisa jadi kurikulum lokal. Di samping memberikan keterampilan, kita juga bisa perlahan membangun karakter anak-anak,” kata Eko Hastomo.
Apalagi saat ini sudah semakin banyak penghobi bonsai di Bantul. Para penghobi ini menurutnya bisa diberdayakan untuk memberikan materi mengenai bonsai di sekolah-sekolah. Sehingga, sekolah atau pemerintah cukup menyediakan bibit saja. Dan bibit pun sekarang sudah banyak dibudidayakan di Bantul, sehingga tidak akan kekurangan dan tidak perlu lagi mengambil dari alam.
ADVERTISEMENT
“Sekaligus kita bisa ajak mereka menanam. Jadi jangan cuman diceramahin, tapi harus kita fasilitasi, dan itu harus dilakukan sejak dini,” ujarnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)