Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Biografi Asrul Sani, Pencetus Gelanggang Seniman Merdeka
10 Agustus 2024 15:27 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Asrul Sani adalah seorang sastrawan pencetus Gelanggang Seniman Merdeka. Untuk lebih mengenalnya, biografi Asrul Sani ini bisa dijadikan inspirasi.
ADVERTISEMENT
Gelanggang Seniman Merdeka merupakan komunitas seni yang dibentuk oleh para seniman Indonesia pada tahun 1946, di Jakarta. Komunitas ini dikenal karena manifestonya "Surat Kepercayaan Gelanggang" di tahun 1950.
Biografi Asrul Sani
Nama Asrul Sani mungkin terdengar asing di telinga, tetapi di kalangan seniman dan sastrawan sangat terkenal. Untuk lebih mengenalnya, berikut adalah biografi Asrul Sani, pencetus Gelanggang Seniman Merdeka.
Dikutip dari laman ensiklopedia.kemdikbud.go.id, Asrul Sani lahir di Rao, daerah di bagian utara Sumatra Barat, pada 10 Juni 1926, dan meninggal di Jakarta pada 11 Januari 2003.
Ia adalah anak kedua dari dua bersaudara, putra seorang raja yang bergelar Sultan Marah Sani Syair Alamsyah yang Dipertuan Rao Mapat.
Satu-satunya saudara kandungnya adalah Chairul Basri. Seperti kebanyakan orang Minangkabau, Asrul Sani berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang Islam.
ADVERTISEMENT
Meskipun ia tidak pernah dihukum jika tidak melaksanakan salat, pendidikan agama tetap menjadi bagian penting dalam keluarganya. Bahkan, Asrul disekolahkan secara khusus di sekolah agama bernama Dar el Ashar.
Pendidikan formalnya dimulai di Hollands Inlandsche School (HIS) Bukittinggi pada tahun 1933.
Di usia yang masih sangat muda, ia sudah harus meninggalkan orang tuanya di Rao, yang berjarak sekitar 100 km dari Bukittinggi, untuk tinggal di asrama bersama kakaknya, Chairul Basri.
Asrul Sani menikah dua kali. Pernikahan pertamanya dengan Siti Nuraini, seorang sastrawan, pada 29 Maret 1951 di Bogor, memberinya tiga anak perempuan. Namun, mereka bercerai pada tahun 1961.
Sebelas tahun kemudian, tepatnya pada 29 Desember 1972, Asrul menikah lagi dengan Mutiara Sarumpaet. Dari pernikahan ini, ia dikaruniai tiga anak laki-laki, yaitu Syauki, Zaki, dan Gibran.
ADVERTISEMENT
Ketertarikan Asrul pada sastra tidak muncul secara tiba-tiba. Benihnya telah ditanam oleh kedua orang tuanya sejak ia masih kecil. Bahkan sebelum ia bisa membaca, ibunya sudah sering membacakan cerita, termasuk karya terkenal "Surat kepada Radja" karangan Tagore.
Ayahnya juga sering memanggil "tukang kaba" atau pendongeng keliling ke rumah mereka, yang selalu membuat Asrul merasa senang dan mendengarkan cerita-ceritanya dengan penuh rasa ingin tahu.
Riwayat Pendidikan Asrul Sani
Setelah lulus dari HIS Bukittinggi, Asrul Sani melanjutkan pendidikannya di Jakarta, masuk ke sekolah teknik Koningin Wilhelmina School (KWS) di Jalan Budi Utomo dengan masa studi lima tahun. Namun, ia tidak berhasil menyelesaikan pendidikannya di sana.
ADVERTISEMENT
Ia merasa minder karena tidak memiliki bakat di bidang teknik, meskipun sebelumnya kegemarannya mengutak-atik gramofon disangka oleh ayahnya sebagai tanda awal minat di bidang teknik.
Pada tahun 1942, Asrul pindah ke SMP Taman Siswa di Jakarta. Di sana, ia berkenalan dengan Pramoedya Ananta Toer dan bersama-sama bergabung dalam kelompok "Penggemar Sastra" di sekolah mereka.
Setelah lulus dari SMP, Asrul melanjutkan pendidikan ke Sekolah Kedokteran Hewan di Bogor, dan kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (sekarang Institut Pertanian Bogor, IPB), hingga meraih gelar sarjananya pada tahun 1955.
Pada masa kuliah, Asrul sempat mengikuti seminar kebudayaan di Harvard University.
Setelah tamat kedokteran hewan, Asrul kembali mengejar hasratnya pada seni sastra dengan melanjutkan kuliah dramaturgi dan sinematografi di South California University, Los Angeles, Amerika Serikat (1956), dan kemudian membantu Sticusa di Amsterdam (1957-1958).
ADVERTISEMENT
Perjalanan Karier Asrul Sani
Asrul Sani memiliki karier yang sangat beragam. Dari berbagai aktivitasnya, hanya sedikit yang berkaitan dengan gelar sarjananya.
Ia dikenal sebagai sastrawan, penulis skenario film, sutradara teater dan film, Direktur Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI), Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).
Selain itu juga sebagai Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslim Indonesia (Lesbumi), Anggota Badan Sensor Film (BSF), Pengurus Pusat Nahdlatul Ulama (NU), dan Anggota DPR-MPR mewakili seniman dari tahun 1966 hingga 1982.
Di dalam dunia sastra, Asrul Sani dikenal sebagai seorang pelopor Angkatan 1945. Kariernya sebagai sastrawan mulai menanjak ketika bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin menerbitkan buku kumpulan puisi yang berjudul Tiga Menguak Takdir.
ADVERTISEMENT
Selain itu, mereka bertiga juga merupakan pencetus Gelanggang Seniman Merdeka sebagai manifestasi sikap budaya mereka.
Ia pun pernah menjadi redaktur majalah Pujangga Baru, Gema Suasana (kemudian Gema), Gelanggang (1966-1967), dan pimpinan umum Citra Film (1981-1982).
Sebagai sastrawan, Asrul Sani tidak hanya dikenal sebagai penulis puisi, tetapi juga penulis cerpen, dan drama. Sejak tahun 1950-an Asrul lebih banyak berteater dan mulai mengarahkan langkahnya ke dunia film.
Selain menulis puisi, cerpen, esai, naskah teater, dan skenario film, dia banyak menerjemahkan karya sastra mancanegara. Selain itu, Asrul juga ikut aktif dalam politik. Memasuki Orde Baru, sejak tahun 1966 Asrul menjadi anggota DPR mewakili NU.
Berikut adalah karya-karya yang pernah dibuat oleh Asrul Sani:
ADVERTISEMENT
1. Sastra
2. Film
3. Terjemahan
ADVERTISEMENT
Itulah biografi Asrul Sani, salah satu pencetus Gelanggang Seniman Merdeka. Kecintaannya dalam dunia sastra , membuatnya mampu membuat karya-karya yang penuh inspirasi. (Umi)