Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cinta Napoleon dan Beethoven dalam Lembar Surat
14 Februari 2017 19:03 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Oh, my adorable wife!
I don't know what fate has in store for me, but if it keeps me apart from you any longer, it will be unbearable! My courage is not enough for that.
ADVERTISEMENT
Kalimat penuh cinta itu bukan puisi karya pujangga, tapi potongan kalimat dari salah satu kaisar terkuat Prancis yang pernah menguasai hampir seluruh daratan Eropa: Napoleon Bonaparte.
Sejarah mencatat Napoleon sebagai salah seorang paling cemerlang di muka bumi. Ia prajurit brilian, ahli taktik gemilang, dan administrator andal.
Meski demikian, Bonaparte juga dikenal benar-benar kejam, seorang diktator yang tak menoleransi kesalahan sekecil apapun.
Tapi, di samping semua catatan impresif perjalanan kekuasaannya, Napoleon memiliki sisi romantis yang tak kalah dari pujangga-pujangga terkenal.
Ini misalnya terlihat dari kutipan surat pertama Napoleon untuk seorang perempuan bernama Josephine --yang kemudian menjadi istrinya. Surat itu ditulis pada 29 Desember 1795.
Aku terbangun dipenuhi pikiran tentangmu.
Potretmu dan kesenangan yang memabukkan tadi malam, membuat perasaanku tak bisa beristirahat.
ADVERTISEMENT
Josephine yang manis tiada banding, betapa aneh ulahmu terhadap hatiku.
Apakah kau marah kepadaku? Apa kau tidak senang? Apa kau kecewa?
Jiwaku hancur oleh nestapa, dan cintaku untukmu tak kan pernah surut.
Bagaimana aku mampu beristirahat, saat aku tunduk pada perasaan yang mengendalikan jiwa terdalam, saat aku mereguk dalam-dalam dari rekah bibirmu dan nyala api hatimu?
Ya! Satu malam mengajarkanku bagaimana potretmu tak mampu melukiskan sempurnamu!
Kau memulai di tengah hari: nanti tiga jam aku akan melihatmu lagi.
Hingga saat itu tiba, lewat ribuan kecupan, cintaku manisku, jangan kau kecewakan darahku yang terbakar hanya untukmu!
Napoleon dan Josephine kemudian menikah pada 9 Maret 1796. Mereka kerap terpisah berjauhan karena Napoleon bertugas dalam misi penaklukan negara-negara Eropa.
ADVERTISEMENT
Di saat-saat itulah, surat menjadi penyambung hubungan mereka.
Pernah saat Napoleon sedang berada di Italia dan tak menerima kabar apapun dari sang istri, dia mencurahkan rindu lewat lembaran-lembaran perkamen.
Dalam perkamen yang juga surat itu, Napoleon menulis, “Suratmu adalah kebahagiaan untuk hari-hariku.”
Sayangnya, kisah cinta ini tak berakhir “bahagia selamanya” seperti kerap terjadi dalam dongeng. Napoleon dan Josephine bercerai karena Josephine tak bisa memberikan anak sebagai penerus takhta kekaisaran Napoleon.
Meski begitu, Napoleon tak bisa melupakan Josephine hingga akhir hayat.
Menurut kabar yang beredar, kata terkahir yang diucapkan Napoleon sebelum meninggal adalah "Bagiku Perancis, pasukan, Panglima, dan Josephine."
Ludwig van Beethoven
Di dunia musik, tak ada yang tidak kenal Ludwig van Beethoven. Si Tuli Jenius dengan ratusan karya fenomenal. Sebut saja Ninth Symphony, Diabeli Variation Op. 120, atau Moonlight Sonata.
ADVERTISEMENT
Beethoven punya kisah cinta agak misterius. Ia pernah menulis surat cinta untuk kekasih “sepanjang masa”-nya. Walau tak ada yang pernah tahu siapa kekasihnya itu.
Sejarawan yang meneliti tentang Beethoven percaya bahwa pria kelahiran Bonn, Jerman, itu pernah jatuh cinta dengan Antonie Brentano, seorang anak diplomat kenamaan.
Tertulis dalam biografi Beethoven karya William Kinderman, sang komposer mendedikasikan Diabeli Variation Op. 120 untuk Antonie Brentano.
Dalam karyanya tersebut, Beetoven mengatakan bahwa ikatannya dengan keluarga Brentano adalah sebuah simpul yang “tidak akan pernah bisa dihancurkan oleh waktu.”
Berikut kutipan dari lembar pertama surat Beethoven untuk pujaan hatinya.
Selamat pagi, di 7 Juli
Walau berada di ranjang, pikiranku selalu merindukanmu.
Kekasihku yang abadi, dalam kesenangan, kesedihan, menantikan Takdir, apakah dia akan mendengarkan kita jua.
ADVERTISEMENT
Aku hanya bisa hidup, bersama denganmu atau tidak sama sekali.
Ya, aku memutuskan untuk berkelana sangat jauh, sampai akhirnya bisa terbang ke haribaanmu dan merasa seperti di rumah denganmu, membuat jiwaku terselimuti oleh jiwamu, ke dalam alam arwah -- ya, saya menyesalinya, sudah seharusnya.
Kau akan melupakannya, seiring kau kian tahu kesetiaanku padamu, tiada siapapun yang bisa memiliki hatiku, tidak ada --tidak ada!
Ya Tuhan, mengapa seseorang harus pergi dari orang yang sangat dicintainya, kehidupanku di W (Wina) sekarang sangat menderita. Cintamu membuatku menjadi orang yang sangat bahagia dan tidak bahagia dalam satu waktu.
Di usiaku sekarang, aku perlu keberlanjutan, rutinitas dalam kehidupan --apakah itu bisa terwujud dengan keadaan kita sekarang?
ADVERTISEMENT
Oh Dewi, aku dengar surat itu keluar setiap hari --jadi kau akan mendapatkan L (Ludwig) juga. Tenanglah --cintai aku--hari ini--kemarin.
Apa yang dirindukan air mata dari dirimu --dirimu--hidupku--segalanya bagiku-- sampai jumpa. Oh, teruslah mencintaiku --jangan ragukan hati yang penuh kesetiaan.
Yang mencintaimu
L
Selalu milikmu
Selalu milikku
Selalu milik kita.
Meski suratnya manis dan menggebu-gebu, Beethoven pada akhirnya justru tidak pernah menikah dengan siapapun, termasuk dengan “kekasih sepanjang masa”-nya itu.
Cinta kerap penuh misteri. Ia ada, hadir, terasa, meski tak selalu dapat diraih.
Kamu mencari cinta? Simak kisah-kisah berikut
ADVERTISEMENT