Pertanyaan Singkat, Apakah Harga Bitcoin Bisa Meledak Lagi?

Wiji Nurhayat
Juru tulis mengenai perkucingan, digital marketing, aset kripto, dan perkeretaapian.
Konten dari Pengguna
10 Februari 2021 15:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wiji Nurhayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Bitcoin/Dok: Skynews
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bitcoin/Dok: Skynews
ADVERTISEMENT
Minggu malam (7/2) tidak sengaja saya melihat pergerakan harga Bitcoin di chart Indodax. Saya berpikir, ada potensi harga Bitcoin akan meledak atau bullish pada Senin malam (8/2) atau Selasa (9/2).
ADVERTISEMENT
Grafik saat itu menunjukkan, harga Bitcoin mengalami fluktuasi walaupun tidak begitu agresif. Saya kemudian mencari berbagai sumber pemberitaan tentang Bitcoin. Ada kabar terbaru apa yang membuat harga Bitcoin berfluktuasi?
Tidak mendapatkan informasi apapun, tiba-tiba salah satu grup di Telegram berbunyi. Grup kecil yang terdiri dari 5 orang termasuk saya di dalamnya mengabarkan berita terbaru tentang Bitcoin.
"Tesla bought $1,5 billion in Bitcoin according to new SEC filling," tulis salah satu pesan teman saya.
"To the moon lagi men," timpal salah satu teman saya.
"Ngerih, sudah tembus Rp612 juta," timpal saya.
Kemudian diskusi kami buka. Masing-masing membuka pendapat tentang kemungkinan harga Bitcoin tembus Rp700 juta seperti yang diprediksi Nexo di London pada Selasa (9/2).
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, pada Senin malam sejumlah koin kripto juga mengalami kenaikan signifikan. Ada HNST, LYFE, DAX, dan GSC.
"Welcome to Crypto," kata salah satu teman saya yang mengkonfirmasi bahwa Tesla benar membeli Bitcoin dengan nilai nyaris Rp21 triliun.
Perusahaan Tesla yang didirikan oleh Elon Musk akhirnya benar membeli Bitcoin senilai USD1,5 miliar. Kalau dirupiahkan dengan kurs sekarang setara dengan Rp21 triliun.
Kabar itu langsung direspons positif pasar. Harga Bitcoin langsung melejit ke lebih dari US$43 ribu, membentuk harga All Time High (ATH) baru. Puncaknya terjadi pada Selasa (9/2) yaitu harga Bitcoin kembali membentuk ATH Rp672,5 juta di market Indodax.
Lantas apakah harga Bitcoin masih bisa meledak lagi? Berikut prediksinya.
Foto mobil dan simbol Tesla/Dok: Forbes

Bitcoin Makin Dicintai Perusahaan Besar

Harga Bitcoin di bulan kedua tahun 2021 ini masih kemilau. Harganya menembus level tertinggi sepanjang masa yaitu Rp672,5 juta.
ADVERTISEMENT
Siang ini, harga Bitcoin di market Indodax masih berada di level Rp657 juta dan kembali bergerak naik. Performa apik dari Bitcoin di tahun 2021 sudah bikin kamu cuan kan?
Apabila dihitung secara tahunan (year on year), harga Bitcoin sudah naik lebih dari 600%. Sebagai catatan, awal tahun 2020 harga Bitcoin hanya sekitar Rp90 jutaan.
Faktor pendorong yang bikin harga Bitcoin tetap strong di tahun 2021 ini adalah banyak perusahaan besar alias big company yang borong Bitcoin. Misalnya Tudor Investment Corp, Square Inc, Citibank, hingga MicroStrategy. Nama perusahaan terakhir yaitu MicroStrategy terbilang jor-joran dalam membeli Bitcoin dalam jumlah besar lho.
MicroStrategy Inc adalah perusahaan terbuka yang listing di bursa saham Amerika Serikat, NASDAQ, sudah membeli Bitcoin sebanyak 55.226 BTC. Total nilai mencapai USD600 juta atau Rp 8,8 triliun.
ADVERTISEMENT
MicroStrategy dinilai sebagai perusahaan publik pertama yang menghabiskan banyak uang alias boros banget dalam membeli Bitcoin. Adapun pembelian pertama diumumkan pada 11 Agustus 2020 untuk 21.454 Bitcoin dengan harga keseluruhan USD250 juta. Kemudian selang 17 jam kemudian kembali memborong 16.796 Bitcoin dengan total USD175 juta.
Nah, baru-baru ini MicroStrategy kembali membeli Bitcoin dengan jumlah besar. Pada 2 Februari 2021, perusahaan publik asal AS tersebut membeli Bitcoin lagi. Kali ini senilai USD10 juta atau setara dengan Rp140 miliar.
“MicroStrategy sudah membeli 295 BTC senilai US$10 juta, di harga rata-rata US$33.808 per BTC. Kini kami punya sekitar 71.079 BTC,” kata CEO MicroStrategy, Michael Saylor, di Twitter, Selasa (2/2).
ADVERTISEMENT
Setelah MicroStrategy melakukan aksi borong Bitcoin, langkah yang sama dilakukan Elon Musk. Tidak tanggung-tanggung, bos Tesla tersebut membeli Bitcoin senilai USD1,5 miliar atau setara dengan Rp21 triliun.
Selain aksi borong Bitcoin dengan jumlah besar oleh big company, perusahaan keuangan seperti Paypal dan Booking.com juga menyediakan fitur pembayaran dengan aset kripto. Begitu juga dengan perusahaan-perusahaan keuangan dan perbankan di Amerika Serikat yang diperbolehkan mengelola aset kripto, termasuk Bitcoin. Ini membuat harga Bitcoin makin perkasa.
Ilustrasi simbol Oracle Corporation/Dok: Istimewa

Perusahaan Oracle Corporation Disebut Akan Beli Bitcoin

Setelah MicroStategy dan Tesla, ada satu perusahaan besar lainnya yang disebut akan memborong Bitcoin. Perusahaan tersebut adalah Oracle Corporation.
Ini memang baru sebatas rumor tapi sudah ramai diperbincangkan di grup Telegram. Salah satu yang membocorkan aksi beli Bitcoin oleh Oracle Corporation adalah penyiar di Russian Television (RT), Max Keiser, yang mengklaim punya informasi yang dapat dipercaya bahwa Larry Ellison, pendiri perusahaan multinasional Oracle juga akan membeli Bitcoin.
ADVERTISEMENT
Larry Ellison adalah salah satu pemegang saham di perusahaan Tesla. Berdiri sejak tahun 1977, Oracle adalah salah perusahaan perangkat lunak terbesar di dunia, dengan pendapatan pada tahun 2020 mencapai USD39,07 miliar.
Kabar ini jelas membuat sentimen pasar terhadap Bitcoin makin positif. Kenaikan kembali harga Bitcoin tinggal menunggu waktu.

Dampak Halving Day

Harga Bitcoin dipercaya masih sangat mungkin meningkat lagi pada tahun ini. Bitcoin telah melewati Halving Day atau pembatasan pasokan di tingkat penambang pada tahun lalu.
Dampak Halving Day baru akan terjadi pada tahun 2021 ini. Jadi bersiapkan mengambil cuan banyak dari Bitcoin.
Penjelasannya begini, perlu dicatat, Bitcoin hanya diciptakan 21 juta keping saja. Saat ini yang sudah berhasil ditambang sekitar 18,5 juta keping. Yang sedang ditambang dan stok cadangan sekitar 2,5 juta keping.
ADVERTISEMENT
Bitcoin secara historis berada di titik terendah 459 hari sebelum Halving Day. Harga kemudian naik menuju tanggal Halving dan kemudian melejit setelahnya. Halving Day terbaru, yakni Halving ke-3 jatuh pada 12 Mei 2020 lalu.
Reli pasca-Halving Day rata-rata terjadi selama 446 hari dari Halving, hingga puncak siklus kenaikan tersebut. Dalam siklus ini, pasar sebenarnya melewati 514 hari sebelum Halving. Jika sejarah terulang, harga Bitcoin akan mencapai puncaknya pada Agustus 2021.
Pergerakan harga Bitcoin di Indodax/Dok: Wiji Nurhayat

Bagaimana Prediksi Harga Bitcoin?

Dengan melihat sejumlah faktor di atas, timbul pertanyaan berapa sih prediksi harga Bitcoin di 2021?
Untuk menjawab pertanyaan ini tentu sangat sulit. Tetapi kita bisa menggunakan berbagai analisis dari luar.
ADVERTISEMENT
Misalnya perusahaan modal ventura, Pantera Capital, yang memprediksi bahwa harga Bitcoin bisa mencapai USD115.212 atau setara Rp1,6 miliar pada Agustus 2021. Prediksi berdasarkan model Bitcoin Stock-to-Flow yang dikembangkan oleh Plan B sejak tahun 2018.
Selain Pantera Capital, JP Morgan juga pernah merilis prediksi harga Bitcoin pada tahun ini. Perusahaan bank investasi terbesar AS tersebut memprediksi harga Bitcoin bisa menembus USD146.000 atau setara Rp 2,04 miliar.
Dengan prediksi tersebut maka kita bisa menyimpulkan bahwa harga Bitcoin masih mungkin untuk terbang lagi pada tahun ini. Ingat Bitcoin dikenal karena volatilitasnya yang liar. Jadi jangan sekali-kali melakukan trading atau investasi Bitcoin dengan menggunakan uang panas alias uang dapur.