Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Potret Kehidupan Penerima Manfaat Zakat Fakir Uzur di Aceh
8 Februari 2020 13:17 WIB

ADVERTISEMENT
Dari dipan rumahnya, Zulkifli menyambut kedatangan kami saat berkunjung ke rumahnya pada Jumat (7/2/2020) pagi. Lalu ia mempersilahkan kami masuk ke rumahnya dan duduk.
ADVERTISEMENT
Saat turun dari dipan untuk menerima kami, ia berjalan ringkih, pelan dan bungkuk. Usianya hampir 80 tahun. Zulkifli tinggal di rumah panggung yang di beberapa bagian atap telah bocor. Kentara dengan masa mudanya yang bekerja sebagai tukang kayu. "Rumah ini saya bangun sendiri dulunya," ujarnya.
Pagi itu, Kepala Sekretariat Baitul Mal Aceh Rahmad Raden bersilaturahmi ke rumah Zulkifli di Gampong Tingkeum Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Rahmad turun memperkenalkan kami yang datang bersamanya kepada Zulkifli.
Kemudian Rahmat menyebut bahwa dirinya selama ini hanya mengenal Zulkifli sebatas namanya sebagai salah seorang mustahik (penerima zakat) kategori fakir uzur. "Kami ingin mengenal juga bapak Zulkifli sekaligus bersilaturahmi ke sini," ujarnya.
Seketika Zulkifli tersenyum dan mengucapkan syukur. Ia menyebut zakat para dermawan yang dititipkan melalui Pemerintah Aceh telah setahun ia terima.
ADVERTISEMENT
"Kami belanja sedikit-sedikit. Beli ikan dan sayur," kata Cahya, istri Zulkifli yang belakangan tiba.
Di rumah panggung yang di beberapa bagian atap telah bocor, tempat Zulkifli tinggal bersama Cahya. Bersama mereka juga ada Farah Nadia, cucu dari saudara kandung Cahya yang masih belia. Sedangkan anak kandung mereka meninggal saat usia 20 hari, belasan tahun lalu.
Rumah panggung yang didiaminya sampai sekarang hasil ia bangun belasan tahun silam. Rumah kayu itu mengusam tanpa cat. Di bawahnya ada beberapa tumpukan kayu bakar, untuk dipakai memasak di dapur yang atapnya bocor. Sementara di halaman depan ada sebuah sumur berdinding anyaman rumbia dan spanduk bekas.
"Sudah enggak sanggup buat (perbaiki) lagi," ujar Zulkifli perihal rumahnya yang mulai bocor.
Zulkifli merupakan salah satu keluarga prasejahtera yang mendapatkan santunan zakat dari Baitul Mal Aceh. Selain Zulkifli, ada sekitar 2.000 lebih warga Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh yang juga menerima zakat.
ADVERTISEMENT
Para mustahik itu mendapatkan jatah Rp 400 ribu per bulannya dari zakat yang disalurkan Baitul Mal Aceh. "Tahun ini ada peningkatan sedikit, jadi lima ratus ribu," ucap Rahmad.
Rahmad menyebut para muzakki (pembayar zakat) yang menyerahkan zakat ke Baitul Mal Aceh kebanyakannya adalah mereka yang punya usaha di Banda Aceh dan Aceh Besar. Ihwal itu yang membuat zakat ini kemudian disalurkan ke masyarakat dari dua kabupaten dan kota ini.
Sementara para penerima zakat dari kabupaten/kota lain di Aceh disalurkan langsung oleh Baitul Mal kabupaten/kota setempat. Sebelum menyalurkan zakat kepada penerima, pihak Baitul Mal di Aceh terlebih dahulu melakukan verifikasi ke calon penerima manfaat zakat.
"Penerima bantuan fakir uzur ini akan disantuni seumur hidup," sebut Rahmad.[] Muhammad Hamzah Hasballah