Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Hasyim Muzadi dan Persahabatannya dengan Vatikan
16 Maret 2017 10:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT
Hasyim Muzadi bukan sembarang ulama. Perannya dalam menjaga kerukunan antarumat beragama dan kebinekaan bangsa, sungguh luar biasa. Maka rasa kehilangan itu lengkap sudah, di tengah kondisi bangsa yang kini demikian tercabik, amat mudah terpecah belah dan tersulut hanya karena pilkada --yang membawa-bawa segala persoalan agama dan nama Tuhan.
Mari tengok bagaimana eratnya persahabatan Hasyim dengan umat manusia yang berbeda Tuhan dengannya. Hal itu terlihat dari kelakarnya saat menerima kunjungan 40 pastor Indonesia di Kantor PBNU, Jakarta, 17 Mei 2008.
Kardinal Julius Darmaatmadja saat itu ialah Kardinal Gereja Katolik Roma dari Indonesia. Ia menjabat sebagai Uskup Agung Jakarta dari Januari 1996 sampai Juni 2010. Sebagai kardinal, ia adalah pejabat tinggi Vatikan yang diangkat oleh Paus.
ADVERTISEMENT

Ia saat itu menjawab, tak lain untuk menjalin persaudaraan dan persahabatan dengan sesama pemeluk agama di dunia, terlepas dari perbedaan agama yang mereka anut.
Untuk mewujudkan perdamaian dunia dan menghilangkan rasa curiga, kesalahpahaman, serta syak wasangka, kata Hasyim, adalah penting untuk saling bersilaturahmi, bertatap muka, dan berdialog.
ADVERTISEMENT
Tiga tahun sebelumnya misal, 1 Februari 2005, Kantor PBNU kedatangan rombongan tamu istimewa dari Vatikan yang dibawa oleh Kardinal Julius Darmaatmadja. Mereka yang bertandang adalah utusan khusus Vatikan, dikirim langsung Paus Yohanes Paulus II.
Rombongan yang diterima oleh Hazyim Muzadi itu punya misi penting di Indonesia: membantu korban gempa dan tsunami di Aceh serta Sumatera Utara.
Dua minggu sebelumnya, 14 Januari 2005, gempa bumi Samudra Hindia mengirim gelombang tsunami hebat ke Aceh setinggi 30 meter, menewaskan tak kurang dari 170.000 orang di Aceh dan sekitarnya. Total 14 negara terdampak tsunami itu, dan Indonesia adalah titik terparah.

Musibah dahsyat di Aceh itu sontak membuat dunia mengulurkan tangan, termasuk Vatikan. Utusan khusus Vatikan, Uskup Agung Paul Cordez, misalnya ikut terbang ke Aceh untuk melihat langsung kondisi para pengungsi.
ADVERTISEMENT
“Keterlibatan Vatikan semata-mata bantuan kemanusiaan. Lihat dari dimensi kemanusiaan,” kata Hasyim seperti dikutip dari website Nahdlatul Ulama, nu.or.id.
Ucapan Hasyim diamini oleh Kardinal Julius Darmaatmadja. Ia berkata, penderitaan bangsa Indonesia akibat tsunami begitu besar, sehingga “Utusan Bapak Suci di Roma (Paus) yang biasa, yaitu Duta Besar Vatikan di Indonesia, dianggap kurang cukup (sebagai pengirim pesan belasungkawa). Paus Paulus II masih merasa perlu mengirimkan utusannya secara pribadi.”
Paus, ujar Kardinal Julius, bersyukur karena semua negara dan umat manusia bergerak membantu sesama tanpa pamrih dan pretensi. “Kemanusiaan ternyata menyatukan kita semua sebagai manusia.”

September 2015, giliran Hazyim Muzadi menyambangi Vatikan. Ia tampil sebagai pembicara utama Inter-Religious Dialogue and Resolution of Conflicts. Hasyim, di negara kota kiblat umat Katolik dunia itu, menyampaikan makalah berjudul Moderate Moslem in Indonesia and Their Role in Social Religion Conflict Resolution.
ADVERTISEMENT
Itu tentu bukan kali pertama Hasyim menginjakkan kaki di Vatikan. Sepuluh tahun sebelumnya, 2005, ia sudah melawat ke Vatikan selaku Ketua Umum PBNU.
Saat itu, Februari 2005, Hasyim memimpin delegasi tokoh lintas agama yang beranggotakan cendekiawan Islam Nurcholish Madjid atau Cak Nur, Ahmad Syafii Maarif selaku Ketua Umum Pemimpin Pusat Muhammadiyah, Kardinal Julius yang ketika itu Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Pendeta Nathan Setiabudi selaku Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia, I Nyoman Suwandha dari Parisada Hindu Dharma Indonesia, dan Biksu Supeno Alidjurnawan dari Perwakilan Umat Buddha Indonesia.
“Mudah-mudahan, hubungan harmonis yang dijalin antartokoh dan antarumat beragama di Indonesia dapat dicontoh negara-negara lain yang dihuni sejumlah pemeluk agama berbeda,” kata Hasyim di Vatikan, 2015.
ADVERTISEMENT
Pesan Hasyim kepada warga dunia di Vatikan ketika itu, sudah sepatutnya menjadi cambuk bagi bangsa Indonesia untuk kini bercermin diri: sudahkah toleransi antarumat beragama di negeri sendiri selama ini dipelihara dengan sungguh-sungguh?

Selamat jalan, Kiai. Berbahagialah di pangkuan Yang Esa. Kami sayang padamu.