Difteri: Gejala, Penyebab, dan Cara Mencegahnya

Artikel Kesehatan
Kumpulan artikel yang membahas informasi seputar kesehatan.
Konten dari Pengguna
1 Juli 2022 19:17 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Apa itu difteri? Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Apa itu difteri? Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Difteri adalah penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh salah satu bakteri bernama Corynebacterium. Apabila seseorang terjangkit penyakit ini, gejala yang dirasakan ialah sakit tenggorokan, demam, dan adanya lapisan amandel di area tenggorokan.
ADVERTISEMENT
Dalam data yang disusun oleh World Health Organization (WHO), tercatat ada 7.097 kasus difteri yang dilaporkan di seluruh dunia pada tahun 2016. Di antara angka tersebut, Indonesia turut menyumbang 342 kasus.
Pada tahu 2011, Indonesia mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk kasus difteri. Pada tahun tersebut, tercatat 3.353 kasus difteri dilaporkan hingga pada tahun 2016.
Karena jumlah yang begitu banyak, Indonesia menjadi urutan ke-2 setelah India dengan jumlah kasus difteri terbanyak. Tidak hanya itu saja, dari 3.353 orang yang menderita difteri, 110 di antaranya meninggal dunia.

Gejala Penyakit Difteri

Lambat laun, penyakit difteri sudah tidak semenyeramkan itu karena sudah adanya vaksinasi. Meski demikian, vaksinasi bekerja bukan dengan menutup kemungkinan tidak terjangkit difteri, tapi membantu mengurangi gejala difteri yang dirasakan oleh pengidapnya.
ADVERTISEMENT
Difteri memiliki gejala-gejala yang membuat penderitanya sulit untuk melakukan aktivitas seperti pada umumnya. Sebagai informasi, penyakit difteri terdiri dari dua jenis, di antaranya difteri kulit dan pernapasan.
Gejala yang dirasakan dari kedua jenis difteri ini berbeda-beda. Berikut informasinya, seperti yang dikutip dari laman RSUD Pariaman Provinsi Sumatera Barat:

a. Difteri kulit

Difteri kulit adalah kondisi di mana bakteri tersebut menyerang bintik kuning atau luka pada kulit.

b. Difteri pernapasan

Difteri pernapasan adalah kondisi di mana bakteri difteri berkembang biak di tenggorokan.
ADVERTISEMENT

Apa yang Menyebabkan Penyakit Difteri?

Bakteri Corynebacterium diphtheriae jadi penyebab difteri. Foto: Unsplash
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri tersebut akan melepaskan toksin pada tubuh manusia, sehingga mampu menginfeksi saluran pernapasan hingga kulit.
Akibat dari bakteri tersebut, seseorang bisa saja menjadi sulit untuk bernapas, gagal jantung, mengalami kelumpuhan, hingga kematian. Kondisi lebih parah dari penyakit difteri ialah gangguan jaringan saraf hingga serangan jantung.
Lebih lanjut, bakteri Corynebacterium diphtheriae adalah bakteri berjenis gram positif yang berbentuk batang ini biasanya menyerang membran mukosa dari hidung dan tenggorokan.

Siapa yang Berisiko Terkena Difteri?

Terjadinya difteri bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor. Namun ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena difteri. Berikut faktor-faktor di antaranya:
ADVERTISEMENT
Kondisi lingkungan sekitar sangat berpengaruh dalam pertumbuhan bakteri difteri. Maka itu, salah satu pencegahan untuk mengurangi risiko terkena difteri ialah menjaga kebersihan lingkungan yang ditinggali.

Penularan Difteri Melalui Apa Saja?

Udara jadi penyebab penularan diferi. Foto: Unsplash
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri tersebut menyebar dari satu orang ke orang lainnya melalui droplets yang keluar saat batuk ataupun bersin.
Tidak hanya itu, penularan juga bisa terjadi apabila seseorang menyentuh luka terbuka dari seseorang yang terinfeksi difteri. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa cara penularan difteri yang perlu untuk diwaspadai, seperti yang dikutip dari laman Mayo Clinic.

1. Partikel udara

Penularan pertama yang menyebabkan penyakit difteri menyebar dengan mudah adalah udara. Ketika seseorang terinfeksi difteri, lalu tanpa disengaja ia bersin dan batuk.
ADVERTISEMENT
Otomatis, orang yang berada di sekitarnya menghirup udara dari seseorang yang terinfeksi difteri tersebut. Akibatnya, bakteri akan menyebar dan masuk ke dalam tubuh melalui hidung dan mulut

2. Barang pribadi yang terinfeksi

Tidak hanya melalui udara, bakteri difteri juga bisa menyebar melalui peralatan makanan atau minuman yang digunakan oleh seseorang yang ikut terjangkit difteri.
Kondisi ini juga sama terjadi apabila seseorang memegang tisu atau barang lain tempat bakteri mengendap, dan kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut. Oleh karena itu, selalu perhatikan lingkungan yang ada di sekitar untuk mencegah penyebaran difteri.

3. Barang rumah yang terkontaminasi

Penularan terakhir bakteri difteri juga bisa disebabkan karena pemakaian handuk atau barang-barang rumah lainnya yang digunakan secara bersamaan. Meski demikian, kasus difteri yang disebabkan oleh barang rumah masih jarang ditemukan.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi penyebaran bakteri Corynebacterium diphtheriae. Menyadur laman Ciputra Hospital, berikut informasinya.
Langkah-langkah di atas ada baiknya dilakukan juga oleh penderita difteri. Dengan begitu, penyebaran difteri dapat berkurang.

Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Difteri?

Pencegahan difteri bisa dilakukan dengan melakukan vaksinasi. Sebelumnya sempat disinggung bahwa penyebaran penyakit difteri sudah mulai berkurang karena ada vaksin.
Hal tersebut sesuai dengan data dari Health Government Australia yang menunjukkan bahwa vaksin merupakan ‘senjata’ terbaik untuk melawan difteri. Pasalnya, di Australia, penurunan penderita difteri sangat terlihat ketika diberikan vaksin.
ADVERTISEMENT
Gerakan vaksinasi sebetulnya memang sudah difokuskan oleh pemerintah itu sendiri. Itu sebabnya, dibuatlah ORI (Outbreak Response Immunization) yaitu suatu upaya untuk menciptakan kekebalan komunitas agar masyarakat terhindar dari penyakit difteri.
Menyadur laman CDC, berikut beberapa vaksin yang dapat diberikan untuk melindungi tubuh, di antaranya:
Perlu diperhatikan bahwa setiap jenis vaksin tersebut memiliki sasaran kelompok tersendiri. DTaP digunakan untuk anak-anak dan dapat diberikan pada anak usia 2, 4, atau 6 bulan, 15-18 bulan, serta 4-6 tahun.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Tdap digunakan untuk anak remaja, yaitu pada rentan usia 11-12 tahun. Sementara itu, Td atau Tdap digunakan untuk orang dewasa dan dapat diberikan setiap 10 tahun sekali.
Menurut RSUD Kabupaten Buleleng, adanya vaksinasi tidak membuat seseorang benar-benar terhindar dari difteri. Vaksinasi hanya bisa mengurangi gejala-gejala yang akan dirasakan apabila terpapar difteri.
(JA)