Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Inflasi: Pengertian, Dampak, dan Cara Menghitungnya
27 Mei 2022 19:19 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam ilmu ekonomi, inflasi merupakan kondisi di mana suatu negara atau daerah mengalami peningkatan harga-harga secara umum dan terus-menerus.
ADVERTISEMENT
Istilah inflasi ini merupakan keadaan yang sangat berat dirasakan oleh masyarakat dalam suatu negara. Hal ini disebabkan oleh harga-harga barang secara umum mengalami kenaikan. Akibatnya, masyarakat yang memiliki pendapatan tetap dan pendapatan yang rendah akan mengalami dampak negatif atau buruk.
Indonesia sendiri termasuk negara yang belum memiliki perekonomian yang stabil, akibatnya sering terjadi kelangkaan barang dan jasa yang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat yang selalu meningkat.
Untuk itu, pemerintah terus berusaha meminimalisasi kenakan laju inflasi agar tidak selalu berada dalam posisi yang rendah, sehingga kesejahteraan masyarakat terus-menerus meningkat. Umumnya, untuk mengatasi laju inflasi terdapat beberapa kebijakan, yaitu:
ADVERTISEMENT
Ingin memahami lebih lanjut tentang pengertian inflasi, dampaknya, serta contoh-contoh? Simak ulasannya pada artikel di bawah ini.
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi?
Menurut buku Ekonomi Peminatan Ilmu-Imu Sosial untuk Siswa SMA/MA Kelas XI karangan Basuki Darsono, inflasi adalah suatu keadaan di mana tingkat harga secara umum (price level) cenderung mengalami kenaikan.
Dikatakan tingkat harga umum karena barang dan jasa yang ada di pasaran mempunyai jumlah dan jenis yang sangat banyak, di mana sebagian besar dari harga-harga tersebut selalu meningkat, sehingga berakibat terjadinya inflasi.
Pengertian inflasi ini juga didukung oleh berbagai macam teori, mulai dari teori kuantitas, teori keynes, hingga teori struktural. Untuk lebih jelas memahami lebih jelas tentang teori-teori tersebut, berikut penjelasannya.
ADVERTISEMENT
1. Teori kuantitas
Pada teori ini, kaum klasik berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang yang telah beredar. Artinya, harga akan naik jika ada penambahan uang yang beredar.
Jika jumlah barang yang ditawarkan tetap, sedangkan jumlah uang ditambah menjadi dua kali lipat, cepat atau lambat harga akan mengalami kenaikan.
2. Teori keynes
Teori keynes menyebutkan bahwa inflasi terjadi karena nafsu berlebihan dari suatu golongan masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia.
Karena keinginan yang berlebihan tersebut, permintaan bertambah, sedangkan penawarannya tetap, akibatnya harga barang pun mengalami kenaikan.
3. Teori struktural
Teori menyorot penyebab inflasi dari segi struktural ekonomi yang kaku. Produsen tidak dapat mengantisipasi dengan cepat kenaikan permintaan yang disebabkan oleh pertambahan penduduk.
ADVERTISEMENT
Melihat dari pengertian di atas, apa perbedaan inflasi dan deflasi? Menyadur laman Bank Indonesia, deflasi merupakan kebalikan dari inflasi, yakni penurunan harga barang secara umum dan terus-menerus.
Apa Dampak Inflasi?
Seperti yang disebutkan sebelumnya, inflasi merupakan kondisi yang tidak diinginkan terjadi. Hal tersebut karena inflasi dapat berdampak terhadap pendapatan, ekspor, hingga kalkulasi harga pokok untuk usaha industri dan usaha lainnya.
Mengutip jurnal Hubungan Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia karangan Cesilia Hong, berikut beberapa dampak inflasi yang terjadi di Indonesia, di antaranya:
1. Menurunkan kesejahteraan masyarakat
Dampak pertama dari inflasi adalah menurunkan kesejahteraan masyarakat terutama yang memiliki penghasilan tetap. Karena inflasi, harga barang di pasar semakin naik, sedangkan penghasilan masyarakat tidak bertambah.
Kondisi tersebut yang menyebabkan kesejahteraan masyarakat terus-menerus menurun, karena sebagian masyarakat kurang minat untuk membeli barang yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
2. Distribusi pendapatan memburuk
Inflasi yang stabil dan bisa di atas terkadang tidak memberikan dampak negatif untuk pendapatan, sebaliknya jika inflasi tidak stabil, hal ini akan membuat pendapatan masyarakat di suatu negara menjadi tidak rata atau berat sebelah.
3. Berkurangnya daya saing untuk barang ekspor
Pada keadaan inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal.
Lebih lanjut, inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Akibatnya, negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang dan devisa yang diperoleh semakin kecil.
4. Suku bunga akan meningkat
Beberapa lembaga keuangan akan menerapkan suatu kebijakan untuk menambah tingkat suku bunga pinjaman, agar tidak terjadi penurunan pada nilai mata uang.
Meski demikian, peningkatan bunga pinjaman akan menghambat pengembangan usaha karena dapat mengurangi minat investor untuk mengembangkan usahanya.
ADVERTISEMENT
5. Distribusi barang tidak merata
Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi. Selain itu, distribusi juga akan menumpuk pada masyarakat yang memiliki uang banyak.
Apa Contoh Inflasi?
Indonesia merupakan negara yang kerap mengalami inflasi, hal ini karena ketidakstabilan ekonomi yang sering terjadi. Awalnya, inflasi di Indonesia terjadi pada saat awal kemerdekaan dan pada tahun 2020 ketika pandemi Covid-19.
ADVERTISEMENT
Berikut penjelasan lebih lengkap dari inflasi-inflasi yang pernah terjadi di Indonesia.
1. Inflasi pada awal kemerdekaan
Indonesia pertama kali mengalami inflasi pada saat awal kemerdekaan, karena pada saat itu keadaan ekonomi Indonesia mengalami keterpurukan.
Penyebabnya karena terdapat tiga jenis mata uang yang beredar di masyarakat secara tidak terkendali. Mata uang tersebut meliputi uang kertas De Javasche Bank, uang kertas dan logam pemerintah Hindia Belanda, uang buatan Jepang yaitu De Japansche Regering, Dai Nippon emisi 1943, dan Dai Nippon Teikoku Seibu emisi 1943.
Kondisi tersebut semakin parah karena pada saat itu Indonesia belum memiliki mata uang resmi, sehingga pemerintah tidak bisa mengendalikannya secara stabil.
2. Inflasi pada tahun 2020 saat pandemi Covid-19
Indonesia kembali mengalami inflasi pada tahun 2020. Badan Pusat Statistik (BPS) juga melaporkan bahwa inflasi pada tahun 2020 sebesar 1,68%. Laju inflasi ini bahkan lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2019 yang sebesar 2,72%.
ADVERTISEMENT
Laju inflasi 2020 sebetulnya sebagian besar disebabkan karena makanan, minuman, hingga tembakau dengan andil sebesar 0,19%. Tidak hanya itu, tingkat inflasi dari sektor lainnya mencapai 3,63%.
Lebih lanjut, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya memiliki andil terhadap keseluruhan inflasi sebesar 0,35% dengan tingkat inflasi sebesar 5,8%.
Bagaimana Cara Menghitung Inflasi?
Untuk mengetahui atau menghitung laju inflasi, dibutuhkan beberapa rumus yang harus dimengerti. Penasaran seperti apa rumus inflasi? Berikut informasinya.
Sebagai informasi, IHK merupakan kepanjangan dari indeks harga konsumen. Berikut adalah rumus menghitung besar inflasi atau laju inflasi, yaitu:
ADVERTISEMENT
(JA)
Live Update
Mantan Menteri Perdagangan RI Tom Lembong menjalani sidang putusan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (26/11). Gugatan praperadilan ini merupakan bentuk perlawanan Tom Lembong usai ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejagung.
Updated 26 November 2024, 13:49 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini