Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bendungan hingga Kereta Cepat, Megaproyek yang Didanai Utang China
15 Oktober 2021 13:53 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 16 Agustus 2023 6:26 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dari penelusuran kumparan, ada sejumlah megaproyek infrastruktur di Indonesia, yang didanai oleh China . Mulai dari bendungan hingga kereta cepat Jakarta-Bandung pun didanai dari sana.
Waduk Jatigede
Waduk Jatigede yang terletak di Sumedang, Jawa Barat, salah satu bendungan yang didanai China. Waduk terbesar kedua di Indonesia ini bisa dibangun dengan dana USD 215,62 juta dari CEXIM-China, seperti diungkapkan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.
"Pemerintah hadir untuk kita melalui pembangunan Waduk Jatigede yang dibiayai oleh pinjaman luar negeri CEXIM-China. Melalui pinjaman tersebut, Waduk Jatigede diharapkan mampu menjadi solusi dan terus menjadi kebaikan untuk masyarakat khususnya masyarakat Jawa Barat," tulis informasi di instagram DJPPR Kemenkeu, dikutip kumparan pada Jumat (15/10).
ADVERTISEMENT
Pembangunan Waduk Jatigede disebut dimulai sejak zaman Presiden Soekarno. Namun bendungan itu baru bisa direalisasikan pada pemerintahan Presiden SBY pada tahun 2008, dan diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 31 Agustus 2015.
Tol Medan-Kualanamu
Selain Waduk Jatigede, proyek Jalan Tol Medan-Kualanamu juga dibiayai utang luar negeri dari CEXIM-China sebesar USD 122,43 juta. Ruas jalan tol Medan-Kualanamu sepanjang 61,8 km menjadi jalan tol terpanjang di Sumatera saat diresmikan dan beroperasi pada 2018.
Dalam unggahan di akun instagram DJPPR Kemenkeu, proyek Jalan Tol Medan-Kualanamu juga dibiayai utang luar negeri dari CEXIM-China sebesar USD 122,43 juta.
"Pemerintah hadir untuk kita melalui pembangunan Jalan Tol Medan-Kualanamu tahap satu yang dibiayai oleh pinjaman luar negeri CEXIM-China. Melalui pinjaman tersebut, jalan tol Medan-Kualanamu telah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera khususnya Provinsi Sumatera Utara," demikian dinyatakan di akun DJPPR Kemenkeu.
ADVERTISEMENT
Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Terbaru dan jadi sorotan, megaproyek infrastruktur yang dibiayai China adalah Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Dikutip dari laman resmi Sekretariat Kabinet, saat Presiden Jokowi melakukan groundbreaking Proyek KCJB pada Kamis, 21 Januari 2016, disebutkan investasi sebesar USD 5,573 miliar tidak menggunakan APBN dan tanpa jaminan pemerintah.
"Investasi ini dibiayai secara mandiri oleh konsorsium BUMN Indonesia dan Konsorsium RAILWAYS dengan skema business to business," kata Hanggoro Budi Wiryawan yang saat itu menjabat Dirut KCIC.
Tapi saat ini, biaya pengerjaan proyek itu membengkak sebesar Rp 27,09 triliun. Untuk menutupi kebutuhan dana tersebut, Presiden Jokowi menerbitkan Perpres No. 93 Tahun 2021 yang mengizinkan penggunaan APBN untuk mendanai pengerjaan proyek oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), konsorsium beberapa BUMN dan perusahaan China Railway.
ADVERTISEMENT
Pelabuhan Kuala Tanjung
Sektor pelabuhan Indonesia juga masuk dalam target China. Salah satunya pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Tanjung atau Kuala Tanjung Port and Industrial Estate (PIE) yang digarap PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo.
Untuk mengembangkan kawasan ini, Pelindo membutuhkan dana Rp 12 triliun. Sejauh ini, Pelindo sudah menandatangani kerja sama dengan dua investor asing untuk pengembangan pelabuhan ini. Keduanya yaitu Zhejiang Seaport Group dan Port of Rotterdam yang memiliki jaringan logistik global.
Ambisi China Bangun Jalur Sutera Baru
Lembaga riset Amerika Serikat (AS), Aiddata, melaporkan aliran dana utang terselubung China ke Indonesia itu sebagai bagian dari obsesi mewujudkan Jalur Sutera Baru. China mencanangkan Belt and Road Initiative (BRI), untuk menggandeng negara-negara di jalur ekonomi tersebut, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut Aiddata, utang terselubung Indonesia dari China periode 2000-2017 mencapai USD 34,38 miliar atau dengan kurs saat ini setara Rp 488,9 triliun.