Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah kunci. Kalau menang di dua provinsi itu, di daerah-daerah lain relatif bisa unggul.
― Ferry Juliantono, Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi
ADVERTISEMENT
Menusuk ke jantung pertahanan lawan. Itulah misi Badan Pemenangan Prabowo-Sandi ketika menggodok gagasan membangun markas tempur di Solo―kota kelahiran Jokowi yang dipimpin rival Prabowo itu pada periode 2005-2012.
Tak tanggung-tanggung, tim Prabowo semula hendak mendirikan empat markas sekaligus di Solo, dengan salah satu lokasi di dekat rumah Jokowi. Setidaknya, itulah ucapan Abdul Wachid, Ketua Badan Pemenangan Nasional Jawa Tengah Prabowo-Sandi yang juga Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gerindra Jawa Tengah.
“Bagaimana bisa mengalahkan lawan kalau tidak berada di kandang lawan?” kata Wachid kepada kumparan, Kamis (13/12).
Markas baru Prabowo di Solo, menurut pengusaha tebu itu, akan menjadi tempat rapat-rapat koordinasi sekaligus untuk menyimpan logistik kampanye. Otomatis, mobilitas kampanye Prabowo-Sandi di Jawa Tengah pun akan meningkat signifikan.
Jawa Tengah telah masuk radar prioritas Prabowo sejak awal kampanye. Dua bulan lalu, tepatnya hari ke-20 sejak masa kampanye dimulai, yakni 13 Oktober 2018, Prabowo Subianto menyambangi Istana Mangkunegaran di Solo.
ADVERTISEMENT
Di sana, ia bertemu Raja Mangkunegaran, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara XI, dan berbincang selama satu jam dengannya. Menurut Prabowo, dulu kakeknya bekerja di tempat itu.
“Eyang kakung saya salah satu menteri Mangkunegara tahun 1930-an. Jadi saya merasa dekat dengan keluarga Mangkunegaran,” kata Prabowo.
Ia tak hanya bertemu Raja Mangkunegaran hari itu, tapi juga tenaga medis Sahabat Medica yang mengundangnya ke acara “Meet the Expert of Vascular Medicine” di lokasi yang sama, Istana Mangkunegaran.
Dari Mangkunegaran, Prabowo menuju Gedung Sriwijaya untuk menghadiri deklarasi relawan Prabowo-Sandi―dan berpidato menggebu-gebu tentang “negara kaya yang tidak berdaya”, yang menjelma menjadi “peminta-minta dan peminjam-minjam”, sehingga menyimpang dari gen “negara keturunan Kerajaan Majapahit, Mataram, dan Sriwijaya”.
Lewat dua pekan, 30 Oktober 2018, Prabowo kembali ke Solo. Kali itu, ia mengunjungi Pondok Pesantren Ta’mirul Islam di Laweyan. Selain Solo, dua daerah lainnya di Jawa Tengah waktu itu ia sambangi―Klaten dan Boyolali (masih ingat keriuhan akibat ucapan Prabowo soal “Tampang Boyolali ” yang kemudian membuatnya tersudut?)
ADVERTISEMENT
Kembali soal Solo, dua puluh tiga hari kemudian, 22 November 2018, Prabowo ke kota itu lagi untuk menghadiri deklarasi kelompok relawan Aliansi Masyarakat Madani―yang mengklaim telah menyiapkan pertempuran darat untuk melawan massa Jokowi di Solo.
Kalau dihitung-hitung, setiap bulan Prabowo menyempatkan diri singgah di Solo. Namun, bukan hanya Solo yang jadi target, melainkan Jawa Tengah secara keseluruhan. Pada September dan Oktober, misal, mantan Danjen Kopassus itu juga mendatangi pondok pesantren di Tegal dan Demak.
Calon wakil presiden pendamping Prabowo, Sandiaga Uno, pun bergerak lincah bak gasing untuk merebut suara masyarakat Jawa Tengah. Pertengahan Desember 2018 saja, seiring psywar kubu Prabowo untuk mengepung Jawa Tengah, Sandiaga terus berkeliling provinsi dengan jumlah suara terbesar ketiga di Indonesia itu.
Dimulai dari Yogya pada 11 Desember, Sandi meluncur ke Kebumen pada 13 Desember, dan Cilacap serta Banyumas pada 14 Desember. Pokoknya, ia menyisir wilayah eks Keresidenan Banyumas, lalu mampir Semarang―ibu kota provinsi―pada 16 Desember.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya di awal bulan, 1 Desember, mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu bertandang ke Magelang―setelah pada 16 November juga menengok kawasan itu.
Di daerah tempat mahakarya Dinasti Syailendra―Candi Borobudur―kokoh berdiri itu, Sandi sadar, masih banyak yang harus ia lakukan untuk mengamankan Jawa Tengah.
Saat blusukan di sekitar MesaStila, resor mewah miliknya di Desa Losari Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang yang berjarak satu jam perjalanan dari Semarang, Sandi terkejut karena warga setempat tak mengenalnya.
Sejumlah penduduk bahkan tak pernah mendengar nama Sandiaga. Pun meski ia pemilik resor luas dengan perkebunan kopi di kaki Gunung Ungaran itu. Lebih-lebih soal dia adalah cawapres Prabowo. Keriuhan politik seolah putus di lereng gunung tersebut.
Sosok Sandi masih asing bagi sebagian warga di pelosok Jawa Tengah. “Orangnya seperti apa, rakyat belum tahu. Padahal salah satu syarat orang dipilih itu kan harus bertemu (rakyat yang memilih),” kata Abdul Wachid.
ADVERTISEMENT
Padahal masa kampanye tinggal empat bulan lagi, sampai 13 April 2019. Belum lagi, Jawa Tengah tercatat sebagai salah satu provinsi tempat Prabowo kalah telak pada Pemilu 2014. Kala itu, Prabowo hanya mengantongi 33,35 persen suara di Jawa Tengah, sedangkan Jokowi meraup hingga 66,65 persen suara.
Kekalahan di Jawa Tengah pada 2014 itu menyumbang 75 persen dari total kekalahan nasional bagi Prabowo. Ini sekaligus menandakan betapa penting suara Jawa Tengah di peta politik nasional. Maka mau-tak mau, Prabowo memang perlu mengambil hati masyarakat Jawa Tengah yang selama ini jadi basis suara PDIP.
“Kami memang perlu turun ke bawah, sampai ke akar rumput di Jateng. Jadi Bang Sandi harus stay di Jateng,” ujar Wachid. Artinya pula: mendirikan markas besar di Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Pembentukan markas baru di Jawa Tengah dilontarkan Sandiaga pada 1 Desember di Magelang. Saat itu, ia menggelar rapat koordinasi teknis di MesaStila bersama partai pendukung, relawan, dan Badan Pemenangan Nasional Jawa Tengah.
“Dalam pertemuan itu, para relawan dan jaringan menceritakan progres dari masing-masing daerah. Kemudian terlontar pikiran seperti itu (membuat pos besar di Jawa Tengah). Akan bagus kalau kami penetrasi ke jateng,” kata Sudirman Said, Direktur Materi Debat Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi yang mengikuti pertemuan di MesaStila tersebut.
Menurut Wachid, mulai Januari 2019, 90 persen aktivitas kampanye Prabowo-Sandi akan dipusatkan di Jawa Tengah. Oleh sebab itu Sandi kini mulai memanaskan mesin politiknya di kandang “banteng”. Agendanya berkeliling Jawa Tengah telah padat sampai akhir 2018.
ADVERTISEMENT
Setelah susur eks Keresidenan Banyumas pada 13-16 Desember, Sandi akan bergerilya ke Kabupaten Grobogan, Pati, Demak, hingga Blora. Sampai akhir masa kampanye April 2019, Sandi dijadwalkan bersafari politik di 35 kabupaten, 573 kecamatan, dan 8.559 desa serta kelurahan di Jawa Tengah.
Sementara Prabowo diplot berkampanye di wilayah eks Karesidenan Banyumas, bertukar dengan Sandi. Kebetulan, Banyumas tak asing bagi Prabowo karena keluarga besarnya, Djojohadikusumo, berasal dari daerah itu.
Meski sepakat untuk menguasai Jawa Tengah, pembentukan markas pemenangan Prabowo di Solo belum diputuskan permanen. Sandi berpendapat, Solo terlampau ke timur.
“Mungkin (lebih baik) di tengah-tengah (Jawa Tengah) seperti Salatiga, Wonosobo, Temanggung,” ujarnya.
Menurut Wachid, memang terdapat beberapa alternatif selain Solo, yakni Magelang dan Salatiga. Kota-kota itu jadi opsi karena secara geografis terletak di tengah provinsi. Sejumlah pengusaha di Magelang dan Salatiga bahkan telah menawarkan rumahnya digunakan sebagai markas pemenangan.
ADVERTISEMENT
Markas pemenangan itu bahkan ternyata tak harus ajek di satu kota, melainkan dapat berpindah-pindah fleksibel ke beberapa kota di Jawa Tengah.
“Bisa mobile. Bulan ini di Magelang, bulan depan di Purwokerto. Tapi intinya, Sandi dan Pak Prabowo ingin fokus ke Jateng,” kata Sudirman.
Tak cuma Sandi yang akan sering mencebur ke Jawa Tengah. Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Djoko Santoso, juga bakal berkantor di Solo. Ia akan menjadikan rumahnya di Sumber, Banjarsari―yang masih satu kelurahan dengan rumah pribadi Jokowi―sebagai posko pemenangan.
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi yang juga Wakil Ketua Umum Gerindra, Ferry Juliantono, menganggap pertarungan di Jawa Tengah adalah kunci. Terlebih, hasil survei internal partai menunjukkan tingkat keterpilihan Prabowo-Sandi di wilayah itu masih rendah.
ADVERTISEMENT
“Kami punya PR besar di Jawa Tengah, karena tertinggal agak jauh (dari petahana). Tingkat keterkenalan rendah, tingkat keterpilihan juga masih rendah. Jadi harus all-out kerja keras,” ujar Sandiaga.
Pasca-Pilkada Serentak 27 Juni 2018, Jawa Tengah menjadi wilayah dengan peningkatan elektabilitas signifikan pada Jokowi. Berdasarkan survei Litbang Kompas pada Juli 2018, usai pilkada, elektabilitas Jokowi naik ke angka 68,2 persen dari sebelumnya 61,2 persen.
Sudirman Said―yang bertarung di Pemilihan Gubernur Jawa Tengah Juni 2018 sebagai calon usungan kubu Prabowo, dan kalah dari Ganjar Pranowo yang dicalonkan koalisi PDIP―mengatakan selisih elektabilitas antara pasangan Prabowo-Sandi dengan Jokowi-Ma’ruf Amin di Jawa Tengah saat ini masih terbilang jauh.
ADVERTISEMENT
“Survei internal kami menunjukkan gapnya masih sekitar 70:30,” ujar Sudirman saat berbincang dengan kumparan, Rabu (12/12).
Gap itu, masih berdasarkan survei Litbang Kompas, paling tinggi dibanding provinsi lain di Pulau Jawa. Di Jawa Barat yang juga daerah dengan kantong suara gemuk (dihuni 46,71 juta jiwa), elektabilitas Prabowo masih kompetitif. Juga di Banten dan DKI Jakarta.
Sebetulnya, hal tersebut tak aneh-aneh amat, sebab Jawa Tengah dikenal luas sebagai basis PDIP. Meski begitu, menurut Sudirman, merebut suara di kandang banteng bukannya mustahil. Sebagai orang yang pernah bertarung di Pilgub Jawa Tengah, ia punya pengalaman sebagai bukti.
Saat itu, Pilgub Jateng diprediksi hanya akan menjadi ajang pertunjukan tunggal (one man show) bagi calon petahana, Ganjar Pranowo. Sementara Sudirman Said yang berpasangan dengan Ida Fauziyah, dalam berbagai survei mentok di angka belasan persen saja.
ADVERTISEMENT
Namun ternyata, di luar dugaan, Sudirman-Ida yang diusung Gerindra, PKB, PKS, dan PAN, berhasil meraih 41 persen suara. Angka signifikan ini, buat Sudirman, adalah tanda bahwa masyarakat Jawa Tengah menginginkan perubahan. Itu sebabnya ia yakin Prabowo-Sandi bisa mendulang suara di Jateng bila mereka berkampanye lebih giat di provinsi itu.
Jokowi bukannya diam melihat Prabowo merangsek basisnya di Jawa Tengah. Meski berdasarkan survei internal timnya, Jokowi masih mengantongi elektabilitas aman di angka 73 persen, ia tak mau kendor. Senin (17/12), PDIP memutuskan untuk membuat posko di setiap kelurahan di seluruh Jawa Tengah.
“Hari ini ditetapkan setiap kelurahan bikin posko untuk menanggulangi pembukaan posko Prabowo di Jateng,” kata Teguh Prakosa, Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang PDIP Solo, kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Direktur Program Kampanye Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, Aria Bima, berpendapat pembentukan markas Prabowo di Jawa Tengah tak akan berpengaruh terhadap elektabilitas Jokowi. Terlebih, Jokowi-Ma’ruf disokong dua kekuatan politik yang punya basis massa besar di Jateng, yakni kelompok nasionalis dan Nahdliyin.
Di sisi lain, Nahdliyin pula yang pada Pilgub Jawa Tengah menjadi mesin politik penting yang berkontribusi terhadap lonjakan suara Sudirman Said. Dukungan sebagian Nahdliyin ke calon usungan Prabowo itu disebabkan pasangannya, Ida Fauziyah, merupakan tokoh Fatayat NU―salah satu organisasi perempuan Nahdlatul Ulama.
“Kemarin Pak Dirman (Sudirman) memang di Tegal, Brebes, dan Kebumen itu karena PKB. Jadi kami akan buktikan, di daerah-daerah itu nanti Pak Jokowi yang menang,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKB Jawa Tengah, Yusuf Chudlori.
ADVERTISEMENT
Pada Pilgub Jawa Tengah, PKB memang turut mengusung Sudirman Said bersama dengan Gerindra, PKS, dan PAN. Namun kini menghadapi Pemilu 2019, PKB berada di seberang Prabowo, dan menyatakan bakal membawa semua suara mereka ke Jokowi.
Kubu Prabowo tak pesimistis. Salah satu sumber kumparan di Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi mengklaim, KH Maimun Zubair memilih mendukung Prabowo. Kiai Maimun yang biasa disapa Mbah Moen merupakan kiai karismatik NU yang dukungannya selalu diperebutkan.
Sinyal dukungan itu, menurut dia, terlihat saat Mbah Moen menyambut hangat kedatangan Prabowo ke Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang miliknya di Rembang, 29 September 2018. Prabowo bahkan diajak berbicara empat mata di kamar pribadi Mbah Moen.
”Tidak ada pemimpin yang diajak berbicara ke kamar pribadi beliau sebelumnya,” ujar sumber itu. Dua putra Mbah Moen pun disebut ikut berkampanye untuk Prabowo-Sandi.
ADVERTISEMENT
Ucapan tersebut dibantah Romahurmuziy, Ketua Umum PPP dan anggota Dewan Penasihat Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin. Menurut Romy, Mbah Moen sudah menyampaikan secara langsung bahwa ia mendukung Jokowi dalam Pilpres 2019.
“Kiai Maimun sudah dawuh langsung, sangat terang dan tidak ada ambiguitas. Bahkan beliau menyampaikan, ‘Sampaikan ke mana pun bahwa saya mendukung Pak Jokowi.’ Jadi tidak ada informasi lain soal itu kecuali yang saya sampaikan ini. Kalau ada informasi lain berarti itu hoaks,” ujar Romy.
Dari berebut dukungan kiai sampai akar rumput, Jawa Tengah mungkin memang akan jadi salah satu medan tempur terberat kedua pasang calon di Pemilu 2019.
------------------------
Simak selengkapnya dalam tautan di bawah ini:
ADVERTISEMENT