Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kesibukan dan keriuhan terlihat di ruangan itu. Seorang perempuan memerhatikan keramaian sembari sesekali melontarkan instruksi.
ADVERTISEMENT
“Tanya customer-nya apa segitu cukup atau kurang kuat pijatannya,” kata Tanya, berseru kepada salah satu orang di ruangan itu.
Ruangan itu berisi kursi-kursi salon, 4 cermin, pengering rambut (hair dryer), handuk, sampo, conditioner, cream, hair spa, dan vitamin.
Sementara Tanya, perempuan yang memonitor seluruh kegiatan di ruangan tersebut, adalah instruktur salon. Ia mengajarkan kepada tujuh orang “muridnya” untuk mencuci rambut pelanggan dengan benar.
Sejumlah detail diperhatikan Tanya, misal seberapa banyak sampo yang digunakan, bagaimana cara memijat kepala dengan baik, dan lain-lain.
Tapi, ruangan itu sama sekali bukan salon. Dan murid-murid Tanya bukan sekadar murid.
Mereka pasien sakit jiwa.
Ketujuh orang pasien itu tengah menjalani rawat siang di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Jakarta Barat. Mereka mengikuti kegiatan rehabilitasi, yang disebut dengan istilah day care.
ADVERTISEMENT
Sesungguhnya, day care tak cuma pelatihan salon. Ada banyak kegiatan lain seperti gym, tata boga, tata rias, berlatih bahasa Inggris, berkebun, dan cleaning service.
Tentu saja, kadang pelatihan-pelatihan tersebut tak berjalan mulus.
“Enggak mau belajar. Mau foto bareng dulu sama kakak itu,” kata salah satu pasien, berseru manja.
Sesungguhnya, apa fungsi pelatihan salon dan pelatihan-pelatihan lain bagi pasien sakit jiwa? Apakah mempercepat proses penyembuhan?
Tanya menjelaskan, pelatihan salon memiliki efek terapeutik pada otot-otot tangan pasien, dan menakar kemampuan tangan.
“Dengan diajari keramas dan creambath, otot-otot tangan menjadi lemas. Dengan memegang kepala orang, mereka harus bisa menakar kemampuan tangannya. Karena memegang kepala orang kan harus hati-hati. Kalau terlalu keras, bisa sakit. Kalau terlalu lembut, tidak ada efek refleksinya,” tutur Tanya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kata Tanya, pelatihan salon membantu pasien dalam meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi mereka.
Apalagi saat Tanya menunjuk salah satu dari mereka untuk menjadi asistennya. Itu artinya pujian dari Tanya untuk si pasien. Sebab menjadi asisten meningkatkan kepercayaan diri pasien sekaligus memotivasi mereka.
“Dipercaya menjadi asisten membuat percaya diri mereka naik. Sebagai manusia, mereka merasa berharga,” kata dia.
Kepercayaan dan perhatian dari orang lain, sangat penting untuk menstimulasi otak pasien gangguan jiwa.
Dalam kegiatan tata boga, pasien diajarkan untuk memotong-motong dan meracik bahan masakan, memasaknya, menghidangkan penganan, sampai memasarkannya.
Rino, instruktur memasak RSJ Dr. Soeharto Heerdjan, mengatakan beberapa pasien terlihat lebih serius saat melakukan kegiatan memotong-motong bahan makanan. Mereka berkonsentrasi penuh agar potongan yang dihasilkan sesuai dengan instruksi, misalnya memotong wortel dalam bentuk panjang dan tipis-tipis.
ADVERTISEMENT
“Kegiatan ini untuk menstimulasi otak mereka fokus. Ini aspek penting penyembuhan otak,” ujar Rino. Selain itu kegiatan memotong juga berfungsi untuk melatih motorik halus.
Sementara saat memasarkan hasil masakan dengan berkeliling rumah sakit, pasien diasah kemampuan komunikasinya.
Tapi, kadang ada pula pasien yang mengeluh dan tidak mau melanjutkan pekerjaannya.
Ini sama seperti pasien yang mengikuti latihan olahraga atau gym. Tak semua mau berpartisipasi sampai selesai.
“Aduh, capek banget nih. Jantung mau copot,” kata seorang pasien mengeluh sambil memegang dadanya, entah pura-pura atau sungguhan.
Dalam menjalankan berbagai aktivitas rehabilitasi, kadang ada pasien yang sudah mahir, namun keesokannya lupa lagi dengan cara yang diajarkan.
Walau begitu, mereka perlahan memperlihatkan peningkatan kemampuan.
ADVERTISEMENT
Saat kumparan menyambangi para pasien yang mengikuti day care di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan, mereka terlihat senang dan mengajak berkenalan.
Mereka yang telah merampungkan “ujian” di Pusat Rehabilitasi Dr. Soeharto Heerdjan dibagi menjadi tiga kategori, yakni alumni yang hanya bisa mengurus diri sendiri, alumni yang dapat berfungsi dalam rumah tangga, serta alumni yang bisa dipekerjakan bahkan membuka usaha.
Menurut Dokter Laila Bahasoean, Koordinator Manajemen Karier Pusat Rehabilitasi Dr. Soeharto Heerdjan, pada tahun 2015, setelah mengikuti program rehabilitasi selama 4-5 bulan, terdapat 50 pasien day care yang bisa kembali hidup mandiri.
Pengobatan dan terapi medis tepat bagi mereka adalah kuncinya.
Ikuti rangkaian kisah berikut
ADVERTISEMENT