Menjadi Ibu dan Pemimpin, Why Not?

21 April 2017 15:45 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi ibu yang bekerja dengan anaknya (Foto: Thinkstock)
Perempuan masa kini lumrah menjadi ibu sekaligus pemimpin, baik di organisasi atau perusahaan. Menjadi Bu Bos tak lantas membuat mereka melepas tanggung jawab sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
Nah, bagaimana cara untuk menjaga agar ritme kehidupan keluarga dan pekerjaan berjalan harmonis? Berikut beberapa tips yang patut dicoba.
1. Merancang jadwal dengan baik
Pekerjaan kerap datang tak kenal waktu. Bahkan, waktu untuk tidur dan bermain dengan keluarga pun bisa tersita hanya untuk membalas surel atau sekadar memastikan pekerjaan berjalan sesuai target.
Maka untuk menghindari pekerjaan mendadak atau kegiatan yang tak kunjung usai, sebaiknya kita mencatat seluruh aktivitas yang direncanakan dalam agenda. Ini misalnya dapat dicatat dalam agenda online yang sewaktu-waktu bisa disinkronisasi bila ada perubahan.
Fitur seperti online calendar yang tersinkronisasi dengan alamat surel dapat dimanfaatkan agar kita dapat mengolah agenda dengan mudah.
2. Mengatur waktu
Agar kegiatan keluarga dan pekerjaan tak tumpang tindih atau bertabrakan, kita dapat menyusun jadwal yang harmonis antara acara keluarga dengan deadline pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Dalam penyusunan jadwal itu, seluruh anggota keluarga diberi informasi sehingga sepakat atas waktu-waktu keluarga yang telah ditentukan.
3. Berperan ganda
Menjadi bos perempuan sekaligus seorang ibu merupakan tantangan tersendiri. Seabrek masalah mesti diselesaikan, mulai persoalan dan isu di kantor, hingga memantau perkembangan anak dan menyisihkan waktu bermain dengannya meski didera berbagai tugas dan dikejar sejumlah tenggat waktu.
Sebisa mungkin, fokus mesti dijaga. Bila sedang di tengah kegiatan keluarga, coba untuk tetap perhatikan keluarga. Namun bila sedang bekerja di kantor atau di lokasi dinas lainnya, fokuslah untuk menyelesaikan pekerjaan.
Ilustrasi ibu yang bekerja dengan anaknya (Foto: Thinkstock)
4. Mengantisipasi agenda tak terduga
Kerap kali agenda kantor dan keluarga ternyata tak berjalan harmonis. Misalnya, jadwal bepergian bersama keluarga yang sudah dibuat jauh hari ternyata harus batal karena ada urusan urgen pekerjaan yang mendadak harus diselesaikan secepatnya.
ADVERTISEMENT
Agenda tak terduga seperti ini sebaiknya diperhitungkan sejak awal, terlebih seorang bos yang harus selalu siaga bila para bawahan membutuhkan arahan.
5. Memangkas waktu perjalanan kantor-rumah
Perjalanan rumah-kantor acap kali memakan waktu yang lebih lama dari waktu istirahat. Apalagi untuk anda yang tinggal di ibu kota atau kota-kota besar lain dengan kepadatan manusia dan kemacetan kendaraan yang menggila.
Jarak yang jauh dan waktu perjalanan yang begitu menyita jelas jadi momok buat semua orang, utamanya ibu dengan anak. Tua di jalan bagi mereka artinya kehilangan waktu berharga melihat tumbuh kembang sang anak.
Maka mencari cara untuk memangkas waktu perjalanan jadi solusi realistis. Ini dapat dilakukan dengan menetapkan moda transportasi tercepat dari kantor ke rumah dan sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Misalnya, bila biasa ke kantor menggunakan mobil yang memakan waktu hingga 2 jam, maka tak ada salahnya beralih menggunakan kereta yang hanya membutuhkan waktu 1 jam.
Ilustrasi ibu yang bekerja dengan anaknya (Foto: Thinkstock)
6. Menetapkan prioritas
Membuat skala prioritas menjadi langkah yang baik untuk mengatur harmonisasi jadwal keluarga dan pekerjaan. Selain itu, skala prioritas dapat menjadi patokan utama untuk menentukan kegiatan apa yang harus didahulukan.
Skala prioritas dapat dibuat dan diubah sesuai kebutuhan pekerjaan dan keluarga. Semisal, tenggat pekerjaan tengah datang berderet, maka selama beberapa hari hal itu mendapat prioritas tinggi. Namun jika telah rampung, maka skala prioritas langsung diubah, misalnya dengan menjadikan acara keluarga ada di urutan teratas.
Jika kadang skala prioritas itu kacau karena perkembangan tertentu di luar terencana, itu wajar dan tak perlu merasa terlalu bersalah. Yang penting, bagaimana untuk kembali mengelola waktu antara keluarga dan pekerjaan agar keduanya dapat berjalan beriringan.
Ilustrasi ibu yang bekerja dengan anaknya (Foto: Thinkstock)
7. Membatasi perjalanan bisnis
ADVERTISEMENT
Para ibu, terutama mereka yang masih berada pada masa menyusui anak ASI Eksklusif, sebaiknya membatasi perjalanan bisnis, baik di dalam maupun luar negeri. Ini untuk menjaga pemenuhan kebutuhan ASI anak --yang juga dapat diantisipasi dengan menyetok ASI sebanyak-banyaknya sehingga anak tetap mendapat asupan ASI meski si ibu pergi ke kantor atau beraktivitas di luar rumah.
Selama pekerjaan dapat dirampungkan dari jarak dekat, maka opsi itu dapat diambil. Terlebih saat ini teknologi membawa kemudahan yang membuat sebagian pekerjaan dapat diselesaikan tanpa harus bepergian jauh.
Misalnya, kunjungan ke daerah, lawatan ke luar negeri, atau rapat koordinasi di lokasi jauh bisa diganti dengan video conference melalui fitur group video call untuk menyambungkan seluruh pihak berkepentingan.
ADVERTISEMENT
Melalui video conference, semua pihak dapat bertatap muka secara langsung, dapat memaparkan presentasinya via video, tanpa harus pergi dari tempat mereka masing-masing.
Silakan mencoba!
Baca juga
Ilustrasi ibu yang bekerja dengan anaknya (Foto: Thinkstock)