Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Berkat Profesinya, Mertua Jadi Tanggap Lawan Corona
5 April 2020 16:11 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sama halnya dengan orang tua kandung, mertua bisa jadi sosok yang paling peduli dengan kesehatan kita. Mertua bisa jadi sosok sigap yang kita butuhkan di tengah kekalutan pandemi virus Corona . Silvi adalah ibu beruntung yang punya mertua seperti itu. Berikut kisahnya.
ADVERTISEMENT
—
Banyak teman-temanku bercerita lewat grup WhatsApp bahwa orang tuanya susah sekali diminta untuk berdiam di rumah. Banyak yang masih ingin keluyuran. Dilarang keluar rumah, ada saja protesnya.
Menurutku, hal itu terjadi karena mereka tidak begitu paham betapa bahayanya COVID-19 ini. Mereka tidak setiap hari scrolling timeline Twitter atau Instagram yang didominasi informasi tentang Corona. Rasanya, semakin banyak tahu, semakin takut pada virus jahat itu.
Namun, mertuaku bukan salah satu orang tua yang membangkang. Justru dia yang paling rajin mengingatkan kami untuk melakukan physical distancing.
“Jangan keluar rumah dulu ya sampai kondisi stabil. Kalau terpaksa keluar, pakai masker terus. Sering-sering cuci tangan juga,” nasihatnya.
Ya, ibu mertua memang sangat tanggap melawan COVID-19. Setidaknya, lebih tanggap dibandingkan ibu-ibu lain seumurannya yang ku kenal. Mungkin karena dia bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit swasta. Sudah hampir 30 tahun profesi itu dia jalani.
Profesinya itu membuatnya paham betul betapa cepat wabah ini memakan korban. Di RS tempatnya bekerja pun, sudah ada lima pasien yang terdeteksi positif Corona.
ADVERTISEMENT
Tak heran, dia jadi sering menelepon hanya untuk menanyakan kabar dan melarang keluar rumah. Tapi perhatian ibu mertua tidak hanya sekadar lewat lisan.
Beberapa hari yang lalu dia mengirimkan paket yang berisi dua pak masker dan empat botol kecil hand sanitizer. Masker untuk dipakai saat terpaksa keluar rumah dan hand sanitizer untuk digunakan saat jauh dari air.
“Jaga-jaga kalau stok kalian habis. Maunya sih ibu langsung ke sana tapi daripada risiko,” jelasnya lewat telepon.
Ibu mertua memang tidak setiap hari pulang ke rumah sejak ada wabah. Selain karena kesibukannya di RS, dia juga mengurangi kontak langsung dengan ayah mertua dan adik-adik ipar. Dia sering menginap di RS karena takut membawa virus Corona ke rumah.
Melawan pandemi COVID-19 di barisan depan memang tak mudah. Kadang aku dan suami merenung, bagaimana nasib ibu mertua bila akhirnya tertular? Usianya tak lagi muda, sudah kepala lima. Termasuk usia rentan dengan risiko kematian tinggi bila sampai positif Corona.
ADVERTISEMENT
“Ibu nggak bisa ngambil cuti dulu? Bahaya lho Bu kalau sampai kena,” saran suamiku.
“Tenaga medis itu lagi dibutuhin banget sekarang. Masa ibu ambil cuti. Kalau semua dokter dan perawat takut kena Corona, siapa dong yang ngerawat pasien?” jawabnya singkat.
Aku salut pada ibu mertuaku. Pasti dia capek sekaligus khawatir dengan kondisi penuh ketidakpastian ini. Pasti dia kangen rumah, rindu berleha-leha. Pasti dia juga ingin cuci mata di mall seperti dulu. Tapi belum bisa.
Meski sibuk begitu, dia bisa menyempatkan waktu untuk mengirimkan masker dan hand sanitizer untuk kami. Untuk sekadar menelepon dan menanyakan kabar kami. Walaupun dia sendiri belum tentu sepenuhnya terlindungi.
Terima kasih ibu mertua. Stay safe. (sam)
ADVERTISEMENT
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Silvi? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected]