Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Kerja dari Rumah Tapi Ditemani Mertua
5 April 2020 18:02 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, work from home jadi kebijakan yang patut disyukuri selama wabah virus Corona . Terutama bagi ibu bekerja yang selama ini kurang quality time dengan anak. Namun tidak bagi Aliyah, sebab ibu satu anak itu kerja dari rumah tapi ditemani mertua .
ADVERTISEMENT
—
Selama ini aku menghabiskan sebagian besar waktuku di luar rumah. Sengaja memang, cari-cari kegiatan biar pulang paling pagi jam 8 malam. Setelah pulang kerja misalnya, aku ikut kelas yoga, night running dengan komunitas lari, makan di luar dengan si kecil, atau hangout dengan teman kantor.
Pokoknya ada saja kegiatanku untuk menghindari rumah. Bukannya aku tidak mau quality time dengan anak dan suami, tapi memang aku tidak betah di rumah. Alasannya satu: ada ibu mertuaku di sana.
Aku, suami, anak, dan ibu mertua memang tinggal serumah. Ibu pindah ke rumah kami sejak suaminya meninggal, sekitar 1 tahun lalu. Dia dulu baik dan ramah sekali. Tapi sejak ayah mertua meninggal, entah kenapa dia seperti melampiaskan stresnya ke aku.
Apapun yang kulakukan selalu dikritik. Masak soto ayam kurang asin, cuci piring kurang bersih, lantai rumah lengket, dan lain-lain. Aku keluar rumah untuk menghindari konflik. Kalau ingin quality time dengan suami dan anak, lebih enak juga di luar rumah.
ADVERTISEMENT
Tapi strategiku rusak sejak dikeluarkannya kebijakan work from home. Demi mencegah penyebaran virus Corona , 80 persen karyawan di kantorku harus bekerja dari rumah. Bekerja, belajar maupun ibadah, semua dianjurkan dilakukan di rumah oleh pemerintah.
Sebagai warga negara yang baik, tentu aku mengikuti instruksi itu meski dengan berat hati. WFH berarti aku bekerja ditemani si kecil, suami, dan tentu saja mertua . Bisa kabur kemana aku?
Setiap aku bekerja di depan laptop di ruang tengah, aku merasa ibu mertua selalu mengawasiku. Entah apa maksudnya. Misalnya seminggu lalu, dia memandangi aku kerja sambil mengepel rumah.
“Kerjanya mesti dari pagi sampai sore ya?” tanyanya.
“Iya Bu, tetap ngikut jam kerja kantor kayak biasanya,” jawabku sambil tetap melihat layar laptop.
ADVERTISEMENT
“Emang kalau ditinggal beres-beres rumah atau masak bisa ketahuan?”
“Bisa ketahuan sih kalau ada teman kantor yang hubungi aku terus aku balasnya lama. Nggak enak juga Bu kalau target kerja harian nggak tercapai,”
Sudah jelas kalau ibu mertua tidak cuma bertanya, tapi juga setengah menyindir aku. Dia ingin aku mengerjakan tugas domestik selama jam kerja. Pada lain waktu, dia menyampaikan maksudnya itu secara gamblang.
“Kamu nggak pengen nyoba resep kare ayam yang Ibu kasih minggu lalu? Mumpung lagi di rumah. Yuk masak bareng,” ajaknya. Sekilas memang terdengar ramah tapi sepertinya dia sengaja menggangguku di jam kerja.
“Boleh Bu, tapi nanti malam ya. Lagi banyak deadline nih,” jawabku.
“Ah kamu. Mau Corona atau nggak Corona, kerjaan mulu yang kamu urusin. Ngurusin keluarga kapan?”
ADVERTISEMENT
Mulai deh si ibu mertua mengajak perang. Inilah yang bikin aku tidak betah di rumah. Aku selalu dipojokkan, seakan lebih memilih karir daripada keluarga. Aku selalu dibuat merasa bersalah, karena tetap menjadi diriku sendiri setelah menikah dan punya anak.
“Ibu tenang aja. Meski ibu nggak lihat, suami sama anak aku urus dengan baik kok,” jawabku sambil berlalu.
Kalau sudah begitu, aku akan pindah spot kerja ke kamar. Aku tutup pintu rapa-rapat dan tidak keluar kamar sampai jam kerja berakhir. Biar saja, toh aku bekerja juga untuk memperbaiki kesejahteraan keluarga.
Kerja di rumah sambil ditemani mertua memang tidak nyaman. Apalagi bila mertua suka menyindir dan berkomentar miring.
Entah sampai kapan wabah dan kebijakan WFH ini berlangsung. Yang jelas bila sampai sebulan tak ada tanda pandemi ini akan berakhir, aku harus belajar berdamai dengan kehadiran mertua di rumah. (sam)
ADVERTISEMENT
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Aliyah? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected]