Cover LIPSUS WELCOME 2020

Supaya Resolusi Langsing dan Kaya Tak Cuma Omong Kosong

30 Desember 2019 11:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Resolusi 2020. Foto: Maulana Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Resolusi 2020. Foto: Maulana Saputra/kumparan
Vira merasa tubuhnya tak sehat. Terakhir kali dia menimbang berat badan, jarum timbangan menyentuh angka 90. Saat itulah Vira merasa kondisi fisiknya sudah gawat. Maka, dia membuat resolusi tahun 2020: rajin berolahraga.
Ini minggu ketiga Vira mengikuti kelas olahraga di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Perempuan bernama lengkap Elvira Savitri itu menggeluti kelas-kelas aerobik seperti zumba dan yoga. Sementara olahraga-olahraga kardio seperti sepeda statis dan treadmill ia lakukan sesuka hati saja.
Hasilnya lumayan. Berat badannya turun 3 kilogram dalam waktu tiga minggu. Artinya, 1 kg per pekan. Namun itu tak cukup. “Pengennya (turun) 20 kilo dalam waktu 6 bulan,” kata Vira di Blok M Square, Kamis (26/12).
Vira tak muluk-muluk menyusun resolusi. Dia sebetulnya sudah pernah beresolusi serupa pada tahun-tahun sebelumnya. Tapi kali ini lebih ngotot. Berbeda dengan dulu kala niat tak sejalan dengan upaya. Alhasil, impian Vira lebih langsing tak pernah terwujud.
Belajar dari pengalaman, tahun ini Vira lebih realistis. Dia beranggapan, turun berat badan adalah bonus. Fokus utamanya adalah berolahraga agar badan sehat.
“Kalau gue sehat jiwa dan raga, pasti gue bisa melakukan aktivitas apa pun, dan itu jadi modal utama gue buat mencapai goal gue yang lain,” ujar Vira.
Dirawat di rumah sakit Foto: Shutterstock
Lain cerita dengan Brian Hikari. Resolusinya untuk tahun 2020 lebih spesifik: tidak mau masuk rumah sakit lagi.
Brian bercerita, di tahun 2019 dia sering mondar-mandir rumah sakit. Penyakit yang ia alami beragam, semisal usus buntu yang mengharuskannya dioperasi. Ia juga nyaris operasi amandel, dan yang terbaru adalah komplikasi cacar.
Pokoknya, Brian lelah menjadi pelanggan tetap rumah sakit. Ia menduga, salah satu faktor utama yang membuat dirinya penyakitan adalah terlalu banyak bekerja. Kebetulan, pekerjaannya yang sekarang adalah yang pertama setelah ia lulus kuliah. Umur pekerjaannya pun baru dua tahun. Dia ingin memberikan performa terbaik, namun ternyata kesehatannya berangsur turun.
“Awal masuk 2019 itu yang ada di pikiran cuma kerjaan. Boro-boro resolusi, gue mikirin diri sendiri pun kagak,” kata Brian.
Meski tujuan Vira dan Brian berbeda, namun niat mereka sama, yaitu menjadi lebih sehat di tahun 2020. Untuk itu, sekadar berolahraga tak cukup. Mereka perlu menjalankan gaya hidup sehat seperti memiliki pola makan sehat dan kebiasaan tidur teratur.
Personal trainer Osbond Gym, Ajeng, menyarankan bagi para pemula untuk melakukan olahraga yang umum dilakukan, misalnya berlari, bersepeda, dan berenang. Bahkan, menurut Ajeng, aktivitas-aktivitas pekerjaan rumah saja bisa dihitung sebagai olahraga apabila dilakukan konsisten, seperti menyapu dan mengepel.
“Jadi nggak mesti di gym. Olahraga tuh bisa di mana aja,” kata Ajeng.
Resolusi 2020. Foto: Maulana Saputra/kumparan
Ahli gizi Dokter Tan Shot Yen memberikan nasihat praktis terkait perbaikan pola makan untuk menunjang gaya hidup sehat. Ia menyarankan agar setiap orang, terutama para pekerja, untuk membawa bekal makanan setiap hari. Tap ini bukan sembarang bekal.
Apabila tempat bekal kita berbentuk bulat, maka bagi isinya jadi dua bagian. Sepertiga dari bagian pertama diisi dengan buah-buahan, dan dua pertiganya dengan sayur-mayur. Kemudian, sepertiga dari bagian kedua diisi dengan makanan karbohidrat seperti nasi, kentang, atau ubi. Sementara sepertiga sisanya dengan lauk berprotein macam ayam, ikan, atau bebek.
Porsi makanan sehat. Foto: Fauzan Anangga/kumparan
Menurut Dokter Tan, asupan gizi antara orang yang sedang menjalani program olahraga maupun tidak, tak perlu dibedakan. “Yang punya pantangan hanya orang-orang sakit,” ujarnya.
Makan sehat dan olahraga itu juga harus dibarengi pola tidur teratur. Dalam semalam, manusia membutuhkan waktu tidur sekitar 8 jam—tak lebih dan tak kurang. Kekurangan jam tidur dalam sehari atau beberapa hari, tegas Tan, tak bisa dibayarkan di hari libur.
“Jangan memperlakukan badan seperti hitung-hitungan saldo bank. Gue utang berapa, nanti gue bayar berapa plus bunga,” ujarnya seraya tertawa.
Ilustrasi wanita olahraga. Foto: Shutterstock
Kesehatan—baik diet/mengatur makanan, berolahraga, atau turun berat badan—merupakan salah satu resolusi paling populer dari tahun ke tahun. Resolusi berikutnya yang juga populer: kaya, baik dengan berhemat, berbisnis, berinvestasi, bermain saham, maupun mencari pekerjaan dengan gaji lebih tinggi.
Dengan kata lain: perbaikan kondisi ekonomi. Lebih spesifik lagi, sebagian orang menyebut ingin buka usaha, traveling, beli rumah, beli mobil, beli smartphone yang lebih smart. Pokoknya hal-hal yang butuh duit.
Tapi, bisakah resolusi itu terwujud di 2020? Padahal, harga sejumlah kebutuhan pokok juga pasti naik berbarengan dengan kenaikan biaya bensin, tarif listrik, dan iuran BPJS.
Tunggu dulu, jangan kecil hati. Perencana Keuangan Mike Rini Sutikno membeberkan strategi bagi orang-orang yang memiliki resolusi perbaikan ekonomi di tahun 2020.
Pertama-tama, tentukan target ekonomi yang akan dicapai, dan sesuaikan itu dengan kemampuan finansial kita.
“Jadi tentukan prioritas dulu. Kalau bikin budget sih semua orang bisa. Tapi dari sisi keuangan, kita mampu nggak mengalokasikan ke berbagai keinginan kita itu. Jadi harus balance, realistis, dan fleksibel,” kata Rini.
Seseorang tak hanya harus pandai dalam perencanaan dan pengelolaan keuangan, tapi juga perlu mengantisipasi kondisi ekonomi nasional yang tak menentu. Ini, terutama, penting bagi mereka yang punya resolusi kaya dengan berinvestasi dan buka usaha.
Pun begitu, Rini berpendapat resolusi “mau kaya” pasti akan menemui hambatan. Oleh sebab itu, fokus diperlukan untuk menentukan prioritas. Misalnya, tujuan harus jelas sehingga tidak cuma kebanyakan maunya namun tak sesuai dengan kebutuhan.
“Kalau semua nurutin penting, ya semua penting. Tapi kalau penghasilan antara 5 sampai 10 juta rupiah, ya nggak cukup kalau mau jalan-jalan, buka usaha, apalagi mau kaya,” tutur Rini.
Dompet tebal. Foto: Pixabay
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menyarankan beberapa sektor untuk dijajaki mereka yang ini mencari peluang usaha di 2020. Misalnya, sektor kuliner seperti bisnis makanan online atau kedai kopi, juga sektor pertanian dan properti.
Bhima juga menasihatkan kepada setiap orang yang ingin bermain saham di 2020 untuk berpikir ulang. Lebih baik, menurutnya, upaya itu dikonversi untuk menabung, baik deposito maupun emas batangan.
“Sekarang yang lagi ngetren itu saving, salah satunya emas batangan. Karena, di tengah kondisi seperti ini (ekonomi yang tak terlalu baik), memang itu lebih baik. Kemudian juga ke aset-aset rendah resiko. Untuk trading tidak disarankan karena fluktuasi harganya. Apalagi banyak korporasi juga mengalami penurunan penjualan dan dividen,” kata dia.
Pernikahan Anit dan Agri. Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan
Resolusi yang juga sering disebut adalah: menemukan jodoh dan menikah. Sementara jodoh dicari, pernikahan tentu harus disiapkan. Bukan cuma soal resepsi atau pesta perkawinan, tapi juga manajemen keuangan rumah tangga yang kerap luput dibahas calon mempelai.
Agri dan Anit, misalnya, sudah membicarakan manajemen keuangan rumah tangga sebelum keduanya menikah pada Februari 2019. Mereka sepakat mengalokasikan pendapatan Agri untuk membayar kontrakan, dan pendapatan Anit untuk duit tabungan. Sementara untuk biaya hidup sehari-hari, mereka menanggungnya dari gaji masing-masing.
Soal siapa yang memegang duit, keduanya sepakat Anit jadi bendahara rumah tangga karena ia lebih telaten mengelola keuangan.
Komunikasi sehat antarpasangan, menurut perencana keuangan Mike Rini, memang perlu dilakukan, termasuk untuk bicara soal kemampuan finansial, keterbukaan pendapatan, hingga investasi jangka panjang.
Manajemen keuangan keluarga. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
“Sejak pacaran mulai memikirkan (keuangan) itu saya kira sebuah pemahaman yang tidak dimiliki kebanyakan orang,” kata Mike.
Bahkan, berdasarkan catatan tahunan Komnas Perempuan per 6 Maret 2019, masalah ekonomi jadi penyebab utama terjadinya kekerasan terhadap perempuan di ranah privat, yakni sebanyak 1.064 kasus.
Mengacu pada data Badan Pusat Statistik, angka perceraian di Indonesia sejak 2013 sampai 2018 selalu meningkat setiap tahun. Pada 2018, angka tersebut menyentuh 408.202 kasus.
Itu pula sebabnya Kementerian Agama merevitalisasi Bimbingan Pranikah agar para calon pengantin siap mental dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Pada bimbingan yang digelar di Kantor Urusan Agama itu, selama dua hari calon mempelai diajarkan materi soal keluarga sakinah, dinamika keluarga, pemenuhan kebutuhan keluarga, perawatan kesehatan reproduksi, penyiapan generasi berkualitas, serta pengelolaan konflik rumah tangga.
Semua itu diharapkan dapat menjadi bekal bermanfaat bagi mereka yang hendak melangsungkan pernikahan.
Pendek kata, resolusi sehat fisik, sehat finansial, atau sehat perkawinan, semua bisa tercapai dengan cara tepat. Jadi, sudah siap menyongsong 2020?
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten