Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Danang: Dangdut Bukan Soal Goyangan, tapi Musik
1 Februari 2017 10:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Pepatah lama mengatakan, “Dangdut tanpa goyangan bagai sayur tanpa garam.”
ADVERTISEMENT
Dangdut selama ini memang identik dengan goyangan para penyanyinya. Mereka bergoyang, atau berjoget, untuk menggenapi musik pengiringnya.
Tapi rupanya adagium itu tak dianut oleh semua pedangdut, utamanya pedangdut millenial seperti Danang Pradana Dieva jebolan Dangdut Academy 2.
“Tidak semua lagu dangdut perlu goyang. Dangdut itu bukan dari goyangannya, tapi dari aliran musiknya--alunannya,” kata Danang.
Pedangdut asal Banyuwangi, Jawa Timur, itu tak sepakat dengan stereotip “Dangdut tanpa goyang bagai sayur tanpa garam.”
Danang ingin mengubah persepsi itu.
“Kita bisa membawakan dangdut dengan penampilan yang bagus dan elegan. Dangdut bisa dikemas lebih modern. Dangdut sekarang dinikmati banyak kalangan, dari kelas bawah hingga atas, karena mereka sudah mengerti bagaimana keindahan musik dangdut,” ujar Danang pada kumparan, Rabu (25/1).
ADVERTISEMENT
Penggemar pedangdut Erie Suzan itu bercita-cita membawa dangdut “naik kelas” dan bisa dikombinasikan dengan aliran musik lain.
“Saya ingin membuat dangdut punya sesuatu yang lebih. New in different thing. Bisa new packaging dengan mengubah dangdut menjadi dangdut pop, dangdut soul, R&B dut, rock dut,” ujar Danang.
Danang punya bakat menyanyi sejak kecil. Danang cilik, saat masih berusia 7 tahun, sangat suka musik keroncong.
Kecintaan Danang akan musik ini membawanya ke berbagai festival musik, mulai tingkat kabupaten hingga nasional.
Menginjak usia 12 tahun, Danang mulai mengeksplorasi musikalitasnya. Ia mengulik lagu-lagu daerah, khususnya Banyuwangian, demi menambah ilmu.
Hingga akhirnya Danang berlabuh ke musik dangdut dan mendalaminya. Pada masa itu, ia pernah hanya dibayar Rp 35 ribu untuk tampil di panggung.
ADVERTISEMENT
Dangdut kontemporer jadi ciri khas Danang. Ia selalu bekerja keras untuk menciptakan sesuatu yang berbeda, untuk memodernisasi dangdut.
Danang kemudian mencoba peruntungan di kontes pencarian bakat Dangdut Academy 2 yang digelar Indosiar. Dengan ciri khas yang ia miliki seperti nada suara tinggi dan kemampuannya mengaransemen lagu, Danang sukses meraih titel juara.
Julukan “Genius of Dangdut” bahkan diberikan dewan juri yang menilai berkala perkembangan musik Danang. Ia lantas sukses menjadi jebolan pertama Dangdut Academy Asia (DAA).
“(Menang kontes) itu sebenernya nothing to lose banget,” ucap Danang dengan nada masih tak percaya.
Dalam kompetisi DAA, Danang mendapat pesaing berat dari Indonesia, Lesty, yang juga sama-sama jebolan Dangdut Academy Indosiar.
ADVERTISEMENT
Pada detik-detik terakhir DAA, kenang Danang, ia berusaha, berharap, dan berdoa. Ia mengerahkan energi habis-habisan untuk terus mengolah aransemen musik dan suara.
“This is me,” ujarnya.
Danang berharap dangdut bisa terus dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan agar makin banyak orang menyukai dan menghargai musik dangdut.
Bagaimanapun, kata Danang, dangdut adalah salah satu budaya Indonesia.
“Kita yang lahir dan besar di Indonesia, jangan pernah melupakan musik dari Indonesia. Kita harus tetap cinta sama dangdut," tutup Danang.
Itu pesan Danang buat masyarakat Indonesia, termasuk generasi muda sepertinya.
Apa tanggapan kamu? Apakah kamu juga suka dangdut seperti Danang? Bagikan ceritamu yuk di kumparan.
Jangan lewatkan juga kisah berikut
ADVERTISEMENT