Strategi Wamenparekraf Hadapi Tantangan Pariwisata di Era Digital

14 Desember 2019 10:10 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon Wakil Menteri Pariwisata Angela Tanoesoedibjo usai bertemu Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Calon Wakil Menteri Pariwisata Angela Tanoesoedibjo usai bertemu Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, pariwisata terus berkembang. Apalagi di era teknologi seperti sekarang, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengahadapi tantangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekaraf) Angela Tanoesoedibjo pun memaparkan lima tantangan pariwisata di era teknologi digital.
Angela mengatakan Presiden Joko Widodo telah menjadikan pariwisata sebagai sekor unggulan dan juga mengarahkan agar seluruh kementerian mendukung sektor pariwisata ini.
“Karena seperti yang kita ketahui, untuk membangun destinasi pariwisata dibutuhkan kolaborasi lintas kementrian/lembaga termasuk pemerintah daerah, contohnya, PUPR untuk akses jalan, Kemenhub untuk aksesibilitas, BKPM untuk investasi, dan sebagainya,” katanya seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima kumparan, Sabtu (14/12).
Terlebih saat ini pariwisata menjadi sektor unggulan untuk mendatangkan devisa ke Tanah Air. Angela menjelaskan, potensi jumlah wisatawan asing jumlahnya masih bisa ditingkatkan ke depannya.
Ilustrasi wisatawan di Bali Foto: Dok. Kementerian Pariwisata
Namun, ia menambahkan satu hal yang harus menjadi perhatian bersama adalah kita jangan hanya terpaku dengan jumlah kunjungan wisatawan, melainkan total devisa yang dihasilkan.
ADVERTISEMENT
“Artinya, kita harus memperhatikan, pengeluaran wisatawan asing sekali datang, cara berhitungnya, dari pengeluaran perharinya, dan jumlah lama hari di sini atau length of stay. Yang harus diusahakan kita bersama adalah dengan satu wisatawan asing yang sama, bagaimana dia bisa spend lebih besar perhari,” imbuh Angela.
Dia pun merumuskan beberap langkah konkrit yang dapat dilakukan bersama untuk menggali potensi pariwisata di Indonesia.
Salah satu spot favorit wisatawan dan warga lokal untuk berswafoto di kawasan KEK Mandalika. Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan
Pertama, ia mendukung pengembangan akses, amenitas, dan atraksi destinasi wisata baru, atau yang sering disebut sebagai 10 Bali baru dan seluruh ekosistemnya.
Karena dengan pengembangan ini, opsi produk wisata semakin banyak sehingga bisa menargetkan semakin banyak wisatawan, dan kapasitas untuk bisa menerima lebih banyak lagi wisatawan akan meningkat.
ADVERTISEMENT
“Selain itu, pengembangan ini akan menciptakan lapangan pekerjaan baru, dan meningkatkan ekonomi di berbagai daerah,” ungkap.
Kedua, peningkatan kualitas SDM selain melalui jalur formal, namun juga bisa dengan vocational training (reskilling atau upskilling) yang bersertifikat internasional dan diakui oleh industri.
“Namun tidak hanya kita meningkatkan kemampuan SDM dalam bidang teknologi, perkembangan digital ini bisa dimanfaatkan sebagai platform untuk training online,” lanjut Angela.
Ilustrasi wisatawan Korea Selatan traveling di Jepang Foto: Shutter Stock
Ketiga, dengan mendukung inisiatif sustainable development tourism atau pengembangan pariwisata berkelanjutan. Dalam hal ini, kata dia, ada banyak elemen di antaranya wish management, pengembangan energi, juga water management, inklusif terhadap komunitas kesetaraan gender, isu keamanan, dan banyak hal lainnya.
"Ini penting bagi kita, karena tanggung jawab bersama untuk melestarikan alam, budaya, aset kita agar bisa diwariskan ke generasi berikutnya. Selain itu, tren ke depan sustainable tourism salah satu alasan wisatawan berkunjung,” ujar Angela.
ADVERTISEMENT
Keempat, lanjut Angela berkaitan dengan citra promosi digital, salah satunya mikro targeting tepat sasaran. Ia mencontohkan, jika calon wisatawan menyukai aktivitas selam, promosinya harus tepat untuk para pencinta selam bukan hiking, begitu pula sebaliknya, dan ini bisa dilakukan melalui digital.
“Promosi yang tepat itu menggunakan lima hal seperti platform yang tepat, target yang tepat, waktu yang tepat, frekuensi yang tepat dan message atau konten yang tepat. Khusus yang terakhir ini, ke depannya, dengan era digital, konten harus lebih personal, lebih menitikberatkan kepada pengalaman dan diiringi dengan call to action,” ujarnya.
Ilustrasi ayunan di Bali Foto: Shutter Stock
Solusi kelima yakni mendukung kolaborasi antara pariwisata dan ekonomi kreatif yang harus saling mendukung. Jika melihat destinasi yang sudah matang di Eropa, ekonomi kreatif lebih sering menjadi poin utama.
ADVERTISEMENT
"Ini perlu ditingkatkan. Di Bali sudah terjadi. Seperti wedding itu semua di dalamnya ada unsur ekonomi kreatif. Teknologi harus mendorong proses berbisnis, lalu ada satu aplikasi layanan fotografi, yang bisa menyediakan fotografer lokal dengan standar yang terjamin dan bisa di akses dengan mudah, bayarnya juga online, jadi kalau mau foto-foto bisa menggunakan jasa fotografer setempat,” jelasnya.