Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kemeriahan Maudu Lompoa, Peringatan Kelahiran Nabi Muhammad di Desa Cikoang
8 Oktober 2024 11:20 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Rahmat Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kamis, 3 Oktober 2024 pekan lalu, Desa Cikoang yang terletak di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan sangat ramai didatangi ribuan pengunjung untuk menyaksikan pelaksanaan Maudu Lompoa yang rutin diadakan setiap tahun dipenghujung bulan Rabiul Awal . Kata Maudu dapat diartikan sebagai Maulid atau peringatan kelahiran Nabi Muhammad dan kata Lompoa sendiri berati besar, sehingga Maudu Lompoa dipahami sebagai peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw secara besar-besaran
ADVERTISEMENT
Maudu sebagai peringatan kelahiran Nabi pertama kali dibawa dan diajarkan oleh Sayyid Jalaluddin di Desa Cikoang dan dilanjutkan oleh keturunannya secara turun temurun hingga saat ini, beliau adalah penyebar agama Islam yang datang pada abad ke-17 M. Pelaksanaan Maudu sebenarnya bukan hanya dilakukan sekali di Desa Cikoang , melainkan telah berlangsung sejak memasuki tanggal 12 Rabiul Awal dan berakhir pada akhir bulan. Walaupun pada intinya pelaksanaan Maudu sebelum Maudu lompoa memiliki nilai dan makna yang sama, hanya saja pelaksanaannya tidak semeriah dan seramai dengan Maudu Lompoa.
Beberapa hari menjelang puncak pelaksanaan Maudu Lompoa, ratusan pedagang dari berbagai wilayah mulai berdatangan memadati sepanjang bahu jalan maupun pekarangan rumah warga untuk menggelar dagangannya. Berbagai jenis dagangan yang meramaikan Maudu Lompoa juga menjadi salah satu daya tarik dan hiburan bagi pengunjung dan warga sekitar.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan maudu lompoa berlangsung pada siang hari ba'da dhuhur yang terletak ditepi sungai Cikoang berupa panggung yang terbuat dari bahan kayu dan dikenal dengan istilah Balla' Pa'ratekang. Namun, keramaian akan mulai terasa pada malam hari sebelum puncak acara. Para pengunjung yang datang pada malam hari akan disuguhkan dengan proses pengisian bakul dan pemasangan kain pada perahu julung-julung (replika perahu pinisi) di depan rumah warga yang diiringi dengan tabuhan gendang yang sangat memukau dan sesekali diisi dengan seni bela diri khas yang dikenal dengan istilah Manca'.
Pemandangan seperti itu dapat disaksikan sepanjang jalan menuju tempat pelaksanaan Maudu Lompoa. Selain itu, para pengunjung yang datang saat malam hari tidak akan bosan karena bisa mencoba berbagai hiburan permainan maupun berbelanja pakaian ataupun makanan yang dijajakan oleh ratusan pedagang. Sementara di antara keramaian para pedagang, ada juga festival pemuda-pemudi Cikoang dengan nama Culture Butta Cikoang yang diwadahi oleh Karang Taruna Garudaya Desa Cikoang.
ADVERTISEMENT
Festival ini berisi bermacam lomba, seperti lomba lagu sholawat, fahsion show, dan tari-tarian. Kegiatan Karang Taruna Garudaya sendiri sudah berlangsung selama tiga tahun berturut-turut sebagai bentuk aktualisasi dan kontribusi untuk kemeriahan acara Maudu Lompoa yang sudah berlangsung ratusan tahun di Desa Cikoang. Kegiatan yang diadakan oleh anak muda ini cukup menghibur para pengunjung yang hadir malam itu.
Keramaian pengunjung Maudu Lompoa pada malam hari cukup memadati Desa Cikoang dan berlangsung hingga pukul 01.00 dini hari. Sementara pada esok hari menjelang puncak acara, pemandangan akan terlihat lebih meriah dibanding malam hari, hal ini dikarenakan bertambahnya pengunjung yang baru datang pada hari itu. Pada pagi hari, pengunjung akan disuguhi pertunjukan yang lebih seru karena julung-julung yang memuat bakul dan telah dirias dengan megah dan mewah akan diarak dari rumah warga ke tepi sungai Cikoang dan berjejer dengan rapi.
Penampakan perahu julung-julung yang berjejer sepanjang tepi sungai Cikoang dengan berbagai macam corak warna kain yang menghiasinya akan memanjakan mata pengunjung dengan kemeriahan yang membuat hati menjadi riang dan bergembira. Sejak pagi hingga siang hari, semua julung-julung akan datang satu-persatu hingga memadati sekitar balla' pa'ratekang hinga terkumpul semuanya untuk kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Rate' atau Ratib .
ADVERTISEMENT
Selepas dhuhur, para tamu undangan yang terdiri dari tokoh masyarakat dengan mayoritas kalangan Sayyid mulai berdatangan mengisi panggung balla' pa'ratekang untuk melakukan pembacaan Ratib atau dikenal dengan istilah A'rate'. Pembacaan Ratib berisi syair dan kisah-kisah penciptaan dan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Pembacaan ini berlangsung khidmat dengan dibacakan secara khas masyarakat Cikoang dan berlangsung selama hampir tiga jam.
Para pengunjung akan menunggu hingga pembacaan Ratib selesai untuk kemudian mengikuti proses rebutan telur dan ka'do' minyya' (songkolo dan ayam). Antusiasme pengunjung mendapatkan telur dan ka'do minyya' merupakan bagian dari upaya untuk memperoleh berkah dari Nabi besar Muhammad Saw .