Konten dari Pengguna

Krisis Laut Merah: Dampak dan Implikasinya bagi Pelabuhan dunia dan Indonesia

SAFUAN
Doctor in Management Science, Head of Risk Management, Quality Assurance, Strategic Management Officer at Koja Container Terminal, Lecturer in Faculty of Business Economics at Esa Unggul University, Internal Auditor Trainer at CIAR PPIA
22 Juli 2024 9:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SAFUAN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jalur Pelayaran Komersial Dunia 2024. Sumber: Koleksi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Jalur Pelayaran Komersial Dunia 2024. Sumber: Koleksi Pribadi
ADVERTISEMENT
Peta rute pengiriman komersial tahun 2024 yang ditampilkan memberikan wawasan mendalam tentang jalur utama yang digunakan untuk transportasi barang global. Namun, krisis yang terjadi di Laut Merah akibat konflik dan ketidakstabilan politik telah mengganggu rute-rute ini, menyebabkan peningkatan biaya pengiriman dan mempengaruhi ekonomi global, termasuk pelabuhan-pelabuhan utama di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Peta di atas menunjukkan beberapa rute pengiriman utama yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan strategis di dunia. Rute dari Laut Arab ke Rotterdam melalui Terusan Suez membutuhkan waktu 19 hari, menawarkan jalur cepat untuk pengiriman barang antara Asia Selatan dan Eropa. Dari Pantai Teluk AS ke Chiba melalui Terusan Panama, perjalanan memakan waktu 27 hari, menyediakan rute yang efisien untuk pengiriman antara Amerika Utara dan Asia Timur. Rute dari Laut Arab ke Rotterdam melalui Tanjung Harapan memakan waktu 34 hari, menjadi pilihan alternatif saat jalur Terusan Suez terganggu. Selain itu, pengiriman dari Pantai Teluk AS ke Chiba melalui Terusan Suez membutuhkan waktu 44 hari, sedangkan melalui Tanjung Harapan memakan waktu 48 hari. Semua rute ini memainkan peran penting dalam menghubungkan pasar global dan memastikan kelancaran arus perdagangan internasional.
ADVERTISEMENT
Krisis di Laut Merah, khususnya di sekitar Bab el-Mandeb, telah menyebabkan gangguan signifikan pada rute yang melalui Terusan Suez. Bab el-Mandeb adalah chokepoint penting yang menghubungkan Laut Merah dengan Teluk Aden dan Samudra Hindia. Ketidakstabilan di wilayah ini, termasuk ancaman dari serangan bajak laut dan konflik regional, telah memaksa banyak kapal untuk mencari rute alternatif yang lebih panjang dan mahal.

Implikasi Ekonomi Global

Gangguan pada rute pengiriman ini memiliki dampak besar pada ekonomi global. Peningkatan biaya pengiriman terjadi ketika kapal harus mengambil rute alternatif yang lebih panjang, seperti mengelilingi Tanjung Harapan, menghadapi biaya bahan bakar yang lebih tinggi dan waktu pengiriman yang lebih lama.
Hal ini meningkatkan biaya operasional bagi perusahaan pengiriman dan pada akhirnya meningkatkan harga barang di pasar global. Keterlambatan pengiriman dapat menyebabkan gangguan pada rantai pasokan global, mempengaruhi produksi dan distribusi barang. Industri yang sangat bergantung pada komponen yang diimpor, seperti elektronik dan otomotif, sangat rentan terhadap gangguan ini.
ADVERTISEMENT
Selain itu, peningkatan biaya pengiriman dapat memicu inflasi, karena biaya tambahan ini sering kali diteruskan kepada konsumen. Hal ini dapat mengurangi daya beli konsumen dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Dampak terhadap Pelabuhan Dunia

Pelabuhan-pelabuhan utama di seluruh dunia merasakan dampak dari krisis ini. Pelabuhan di Eropa dan Asia yang bergantung pada Terusan Suez mengalami penurunan volume perdagangan, seperti pelabuhan di Rotterdam dan Chiba yang harus mengatur ulang jadwal dan rute pengiriman mereka, menyebabkan penundaan dan peningkatan biaya.
Pelabuhan di Afrika dan Timur Tengah, seperti Djibouti dan Sudan, yang sangat bergantung pada Terusan Suez untuk perdagangan internasional mereka, juga mengalami penurunan volume perdagangan dan pendapatan. Sementara itu, pelabuhan di Amerika Utara dan Selatan, meskipun tidak secara langsung terpengaruh oleh krisis di Laut Merah, mengalami peningkatan biaya pengiriman dan penundaan akibat rute alternatif yang lebih panjang dan mahal. Dampak ini terutama dirasakan oleh pelabuhan di Pantai Barat Amerika Serikat dan Amerika Selatan yang bergantung pada Terusan Panama.
ADVERTISEMENT

Dampak terhadap Pelabuhan di Indonesia

Sebagai negara kepulauan dengan ekonomi yang sangat bergantung pada perdagangan internasional, Indonesia juga merasakan dampak dari krisis jalur pengiriman ini. Indonesia mengandalkan rute pengiriman yang efisien untuk mengekspor komoditas seperti minyak kelapa sawit, karet, dan produk manufaktur. Gangguan pada rute pengiriman dapat memperlambat ekspor dan mengurangi pendapatan negara.
Di sisi lain, impor barang-barang penting seperti bahan baku dan barang konsumsi juga terpengaruh, yang dapat menghambat produksi domestik dan meningkatkan harga barang. Peningkatan biaya pengiriman dapat menyebabkan kenaikan harga barang impor, yang pada akhirnya mempengaruhi inflasi domestik.
Konsumen Indonesia mungkin menghadapi harga yang lebih tinggi untuk barang-barang kebutuhan sehari-hari, yang dapat mengurangi daya beli mereka. Selain itu, ketidakstabilan dalam jalur pengiriman dapat membuat investor asing ragu untuk berinvestasi di Indonesia, terutama dalam sektor-sektor yang sangat bergantung pada perdagangan internasional, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Krisis jalur pengiriman di Laut Merah memiliki dampak yang luas dan signifikan terhadap ekonomi global dan pelabuhan-pelabuhan utama di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Peningkatan biaya pengiriman dan gangguan rantai pasokan mempengaruhi harga barang, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi.
Bagi Indonesia, sebagai negara yang sangat bergantung pada perdagangan internasional, penting untuk mencari solusi alternatif dan meningkatkan efisiensi logistik domestik untuk mengurangi dampak dari krisis ini. Upaya diplomatik untuk menstabilkan wilayah Laut Merah juga sangat penting untuk memastikan kelancaran jalur pengiriman global.
Sumber: U.S. Energy Information Administration (EIA)