Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Xinjiang dan Misi China Menghidupkan Jalur Sutra
21 Mei 2017 14:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
China tidak main-main dalam ambisinya membangun kembali jalur sutra. Jalur kuno yang dulu sangat membantu perekonomian China tersebut perlahan mulai difungsikan kembali.
ADVERTISEMENT
Maksud dari pembangunan kembali Jalur Sutra ini adalah demi memudahkan distribusi barang ke banyak negara. Sebab, China dengan kekuatan ekonominya merasa mampu untuk terus menunjukkan eksistensinya di mata dunia.
Seperti diketahui, secara historis, jalur sutra amat berarti bagi pertumbuhan perekonomian China. Jalur ini adalah jalur perdagangan kuno yang menghubungkan China (Asia) dengan Eropa (Kerajaan Romawi) pada abad ke-3 sebelum masehi hingga abad ke-16 Masehi.
Luasnya 7.000 ribu kilometer lebih, melewati berbagai negara di Asia Selatan hingga Romawi (Eropa). Jalur ini juga menjadi favorit pelayar dari Eropa yang ingin mencari komoditi Asia.
Jalur ini disebut jalur sutra karena barang utama yang diperdagangkan lewat jalur ini awalnya adalah sutra China. Jalur ini begitu penting sebagai urat nadi ekonomi, budaya bahkan politik pada Abad Pertengahan.
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun terakhir, tepatnya sejak tahun 2013, China melakukan konsolidasi dengan berbagai negara untuk mewujudkan misinya ini. Implementasinya adalah dengan mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi Jalur Sutera dan Sabuk Maritim Baru untuk Kerja Sama Internasional (Belt and Road Forum) di Beijing pada Minggu (14/5).
Presiden China Xi Jinping saat itu mengaku telah mempersiapkan anggaran hingga 124 miliar dolar AS atau lebih dari Rp 1.650 triliun. Bukan jumlah yang sedikit bukan?
Dana melimpah ini akan digunakan untuk membangun infrastruktur jalan darat dan laut yang menghubungkan Asia, Afrika dan Eropa.
"Kita harus membangun landasan kerja sama yang terbuka dan meningkatkan perekonomian dunia yang terbuka," kata Xi.
Tak cuma KTT, untuk meyakinkan dunia, pemerintah China juga mengajak awak media dari berbagai dunia untuk menyaksikan secara langsung keseriusan mereka dalam mewujudkan ambisinya tersebut.
ADVERTISEMENT
Mereka mengundang puluhan wartawan dari berbagai negara untuk berkeliling daerah otonom Xinjiang. Sebagai informasi, Xinjiang menjadi zona utama penopang untuk mewujudkan Jalur Sutra baru tersebut.
Xinjiang memiliki sumber daya yang begitu besar dan merupakan pusat perekonomian yang maju pesat. Selain itu Xinjiang juga merupakan wilayah otonom ini dikenal memiliki keragaman etnik dan agam. Ada suku Uighur, China, Mongolia hingga Kazakhstan hidup di wilayah ini. Totalnya sekitar 47 kelompok etnik
kumparan (kumparan.com) selama 10 hari penuh disuguhkan dengan berbagai kemajuan yang ditunjukkan Xinjiang. Dari mulai kemajuan teknologi dengan banyaknya pabrik-pabrik, keseteraan pendidikan dan bertahannya nilai kebudayaan yang masih khas.
Semua warga China, termasuk warga minoritas dapat menikmati pendidikan yang setara. Semua diberikan pelajaran nasional dan internasional seperti: Bahasa China dan bahasa Inggris. Meski demikian, bahasa lokal juga diajarkan untuk mempertahankan kearifan lokal.
ADVERTISEMENT
Selain itu mereka juga membangun jalur transportasi dengan baik. Salah satunya adalah dengan memperluas jalur kereta api, bahkan hingga Eropa.
Salah satu jalurnya dibangun di daerah Khorgos yang dekat dengan perbatasan Kazakhstan. Tak cuma mengantar orang, jalur kereta barang juga ikut diperluas.
Kereta ini digunakan untuk mengangkut produk-produk lokal seperti buah-buahan untuk dikirim ke wilayah lain, juga ke daerah tetangga. Hal ini dilakukan untuk memotong biaya distribusi sehingga harga dapat ditekan.
Di masa lalu, jalur sutra memang mengedepankan jalur laut. Namun untuk ambisi menuju Jalur Sutra modern, mereka lebih mengutamakan transportasi darat seperti kereta api.
Pemerintah China berupaya untuk membangun jalur kereta hingga melintasi dunia. Salah satunya adalah dengan Nepal.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Nepal tengah melakukan pembicaraan serius dengan China untuk pembangunan rel kereta yang menghubungkan dua negara. Nilai investasinya US$ 8 miliar atau sekitar Rp 106 triliun lebih.
Sementara jalur laut, China akan menghidupkan kembali perdagangan di laut seperti di masa dinasti-dinasti China melewati Asia Tenggara. China sendiri menjanjikan keuntungan dengan dibukanya jalur sutra baru, dengan menghubungkan kawasan industri di sepanjang jalur perdagangan baru itu.
Di Ibu Kota Urumqi, pemerintah Xinjiang fokus mengenalkan kemajuan teknologi kepada awak media. Beberapa tempat yang dikenalkan antara lain: Software Eco Park, CRCHI Railway Station hingga perusahaan pembuat robot.
Untuk keterbukaan informasi, mereka juga terus mengebut pembaharuan. Kini di Xinjiang sudah terdapat stasiun televisi dengan saluran 4 bahasa.
ADVERTISEMENT
Hal ini untuk menjamin kebutuhan informasi bagi masyarakat etnis minoritas yang belum bisa berbahasa China. Meski demikian, semuanya belum sempurna.
Untuk mendapatkan berita peristiwa, warga Uighur ataupun etnis Kazakh harus bersabar hingga 2 jam menunggu penerjemah menyelesaikan tugasnya.
Namun yang mencolok juga adalah mereka tak ingin meninggalkan budaya lokal meski mengejar kemajuan. Beberapa tempat seperti theatre dan museum pun menjadi tempat yang wajib dikunjungi.
Di hari terakhir di Urumqi misalnya, awak media disuguhkan dengan pertunjukan teater berkelas dengan cerita lokal. Dari situ, pemerintah Xinjiang ingin menyatakan bahwa maju tak berarti meninggalkan budaya lokal.
Dengan beberapa hal di atas, ambisi China ini kemudian menuai pro dan kontra. Negara-negara Barat menyuarakan kecurigaan mereka terkait ambisi China ini.
ADVERTISEMENT
Menurut mereka Jalur Sutra baru adalah cara China memperkuat pengaruh mereka di seluruh dunia melalui perdagangan dan akses perjalanan. Menyadari kegelisahan Barat, presiden Xi Jin Ping dalam KTT Jalur Sutra mengatakan skema ini terbuka dan menawarkan keuntungan yang bisa dirasakan semua negara.
"Kami berharap bisa menciptakan keluarga besar yang harmoni dalam persatuan. Kami ingin memperoleh model baru dari kerja sama yang saling menguntungkan," kata Xi.
Bagaimana menurutmu?
Simak kisahku sebelumnya di sini:
ADVERTISEMENT