Konten dari Pengguna

Diplomat Menulis: Dari Kewajiban Menuju Kebiasaan

Nona Gae Luna
Diplomat Indonesia Saat ini sedang bertugas di Roma
29 April 2018 8:16 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nona Gae Luna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah hampir 3 bulan para diplomat muda di Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI digembleng di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kemlu, Senayan. Pelatihan pada tingkat madya ini, yang disebut sebagai Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu), bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para diplomat muda dalam menjalankan tugas-tugasnya.
ADVERTISEMENT
Jika dibandingkan dengan angkatan-angkatan sebelumnya, pelatihan madya angkatan ke-60 kali ini memiliki warna yang berbeda. Masing-masing diplomat muda di Sesdilu 60 dituntut untuk lebih giat menulis di media.
Apa maksud di balik pelatihan menulis ini?
Sesdilu 60 bersama Pemimpin Redaksi Kumparan (foto: Judhika "Choky" Madhuri)
Tujuan Pelatihan Menulis
Di zaman digital yang serba instan ini, seorang diplomat dituntut untuk dapat gesit mendapatkan informasi, menyajikan informasi secara akurat, namun tetap jujur dalam memberikan informasi. Pelatihan menulis diharapkan dapat menelurkan diplomat-diplomat yang memiliki kualitas tersebut, atau dalam bahasa pop saat ini, diplomat zaman now.
Dalam menjalankan tugas sehari-hari di kantor, para diplomat biasanya juga dituntut untuk menulis. Dari bahan masukan, berita faksimili, pidato, sampai presentasi. Namun membuat tulisan terbuka untuk dinikmati khalayak umum merupakan suatu tantangan tersendiri bagi para diplomat.
ADVERTISEMENT
Padahal bagi seorang diplomat, menulis itu adalah kebiasaan yang dapat menunjang profesi. Lewat menulis, seorang diplomat dapat memperkaya pengetahuan publik lewat analisanya terkait isu-isu hubungan luar negeri ataupun tentang kebijakan Kemlu sendiri.
Untuk menumbuhkan minat dan mengasah kemampuan, tim kumparan pun didatangkan untuk 36 diplomat muda ini. Pengetahuan mengenai cara menulis, bagaimana menangkap inspirasi dari lingkungan sekitar, ataupun menghasilkan foto yang mempunyai news value kemudian diserap oleh para peserta.
Berbekal pelatihan dari tim kumparan, ke-36 diplomat muda pun mulai menulis. Setelah pelatihan tersebut, setiap minggunya, setiap diplomat diminta untuk dapat membuat tulisan pendek tentang berbagai tema yang menjadi minatnya di kumparan.
Rutinitas tersebut melahirkan pertanyaan yang pada akhirnya menjadi frase paling umum di tengah-tengah Sesdilu 60, yaitu “Sudah selesai belum kumparan minggu ini?”. Ada yang rajin mengumpulkan jauh-jauh sebelum tenggat jatuh tiap hari Minggu pukul 23.59 WIB. Namun ada juga yang suka mengunggah tulisan mepet dengan deadline, seperti saya.
ADVERTISEMENT
Setiap tulisan peserta juga mendapatkan evaluasi. Hasil evaluasi ini seringkali menjadi topik perbincangan hangat di kelas. Apalagi jika ada yang tulisannya masuk dalam kategori konten unggulan (featured story) atau bahkan lebih dari itu, menjadi pilihan Editor (Editor’s Pick). Tentunya evaluasi tersebut menjadi kebanggaan tersendiri.
Seperti apa tulisan-tulisan Sesdilu 60? Temanya sangat beragam.
Ada yang menulis tentang pengalaman ketika menjalani penugasan, seperti di Rusia, Swiss, Sudan, China, Amerika Serikat, dan Kaledonia Baru.
Ada juga yang menulis tentang potensi daerah ataupun kekayaan kuliner daerah, seperti NTT, Palangkaraya, Jawa Timur, atau Salatiga.
Sebagian juga menulis tentang isu-isu yang diminatinya, seperti perlindungan WNI, nuklir, korupsi, Pilkada Indonesia, diplomasi budaya, potensi ekspor Indonesia, data science dan Kpop.
ADVERTISEMENT
Isu-isu sosial juga tak luput dari perhatian para diplomat muda, seperti transportasi umum, bencana alam, pluralisme, tantangan Ibu bekerja, cuti Ayah, generasi milenial dan pernikahan dini.
Ada yang konsisten mengangkat satu isu tertentu dalam beberapa tulisannya, seperti sepak bola, komoditas nasional, atau hubungan bilateral Indonesia-Australia.
Beberapa juga membuat infografis untuk isu-isu seperti manfaat minyak kelapa sawit dan Hari Bumi.
Semua tulisan di atas bisa diikuti dengan mencari topik “Diklat Kemlu” di halaman utama situs kumparan.
ADVERTISEMENT
Beragamnya tulisan para diplomat muda ini menunjukkan kekayaan pengalaman dan wawasan para diplomat.
Dari Kewajiban Menjadi Kebiasaan?
Tak lama lagi, masa pendidikan Sesdilu 60 akan berakhir. Saat ini, masing-masing peserta sedang fokus menyelesaikan tugas akhirnya. Dengan berakhirnya Sesdilu, berakhir pula kewajiban menulis di kumparan.
Apakah setelah berakhirnya pendidikan ini Sesdilu 60 akan berhenti menulis? Semoga tidak. Rutinitas menulis selama delapan minggu terakhir merupakan awal yang baik bagi masing-masing diplomat untuk membangun kebiasaan menulis.
Setelah selesai menempuh pelatihan, para diplomat akan kembali rutin bekerja. Rutinitas kantor mau tidak mau akan kembali mengambil porsi yang besar tiap harinya. Waktu luang untuk menulis pun semakin berkurang.
Namun pengalaman menulis selama lebih dari dua bulan terakhir, saya yakin, pasti akan membekas dan semoga menjadi kebiasaan yang baik untuk membangun keahlian profesi.
ADVERTISEMENT
Terima kasih, kumparan!